[10. Pustaka umum]

2.3K 279 3
                                    

Happy reading:)

📖📖📖

Helusan angin menerpa wajah Yora pelan memainkan anak rambutnya hingga berterbangan sana-sini karena ulah sang angin. Yora mengeratkan jaket yang ia gunakan, menatap langit yang cerah namun dingin.

Langkah kakinya membawa ia masuk ke dalam sebuah perpustakaan yang bisa di bilang klasik, yaitu perpustakaan umum di daerahnya.

"Permisi, saya ingin mengembalikan buku," ujar Yora pada wanita yang ia tebak umurnya sudah memasuki kepala empat.

"Atas nama?"

"Ralfia Yora."

"Baiklah, anda tepat waktu. Silakan melihat-lihat jika ingin meminjam kembali," ujar sang pustakawan ramah.

"Terima kasih, saya akan melihat-lihat sebentar."

Yora beranjak ke arah rak buku berisikan cerita fiksi. Gadis itu adalah salah satu dari banyaknya remaja pencinta novel, ia mulai memilah-milih buku yang dikiranya bagus untuk dibaca.

"Kakak," ujar seorang anak kecil sambil menarik ujung jaket Yora membuat gadis itu melirik ke bawah.

"Hei, kamu sendirian?" Yora berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil tersebut.

"Kakak orang baik kan?"

Pertanyaan anak itu membuat Yora terheran, ia melirik kanan dan kiri untuk mencari keberadaan orang tua si anak kecil. Namun sepertinya tidak ada orang yang kehilangan anak di sini. Pustaka sangat hening dengan pengunjungnya yang sibuk akan aktifitas masing-masing.

"Hm, memangnya kenapa kalau kakak adalah orang baik?" tanya Yora.

"Jika kakak orang baik, itu artinya kakak mau bantu aku?"

Yora terkekeh pelan melihat kepolosan si gadis kecil, ia mengusap rambut ikal tersebut sambil tersenyum.

"Iya, kakak bakal bantu kamu. Kamu mau dibantu apa?"

"Ini." dia memberikan buku tebal dengan judul TRY OUT kelas 12 SMA.

Yora menautkan kedua alisnya terheran sambil menerima buku tersebut.

"Kamu ingin mengembalikan buku ini? Tapi kenapa anak sebesarmu mainannya buku kaya gini yah?" Tanya Yora sambil membolak-balik halaman buku itu.

"Itu punya kakakku, aku kemari sedang mencari bantuan. Guru lesnya memberi dia tugas padahal kan sekolah sedang berlibur," ujar gadis itu murung.

"Lalu apa kendalanya?"

"Kakakku sedang sakit sekarang. Aku kasihan melihatnya." kini matanya terlihat sendu.

"Jika kakak kamu sakit, maka dia tidak perlu masuk les."

"Tapi gurunya garang, kemarin dia maksa pergi les dan pulang dengan pucat. Ia sangat rajin biasanya, hingga dia akan pusing sendiri kalau tugasnya belum selesai," ujar sang anak panjang lebar.

Yora melirik buku itu sebentar dan mengalihkan pandangan lagi ke gadis kecil di depannya.

"Halaman berapa tugas kakak kamu?"

"Woah, kakak mau bantu?"

Yora mengangguk sambil tersenyum.

"Ini, sudah aku lipat." dia menunjukkan lipatan pada beberapa lembar halaman.

Yora duduk di salah satu kursi pengunjung diikuti anak kecil tersebut. Ia mulai menghitung dan memainkan beberapa rumus yang sudah ia hafal di luar kepala. Hingga setelah beberapa menit, 30 soal dikerjakan Yora dengan kecepatan tidak seperti orang biasanya. Ia tersenyum sambil menyerahkan buku tersebut kepada si gadi kecil.

"Kamu adek yang baik, hati-hati di jalan yah," ucap Yora sambil mengelus kepalanya.

"Terima kasih kak, aku senang bisa bertemu kakak."

Melihat gadis kecil itu tersenyum, Yora ikut menyugihkan senyuman manis. Namun, senyum itu memudar dikala melihat seseorang yang berdiri di belakang anak kecil itu dengan melipat kedua tangannya sambil menyender ke rak buku.

"Aku pamit kak," ujar anak kecil itu dan melangkah pergi.

Ketika ia berpapasan dengan orang yang Yora lihat, anak itu berhenti sejenak dan melambaikan tangannya pada cowok itu.

"Dah, kak." pamitnya pada si cowok.

Lambaian itu dibalas pula dengan lambaian ditambah senyum manis. Si gadis kecil keluar perpustakaan dengan riang sambil memeluk buku kakaknya.

Yora mendekati orang itu dengan keheranan.

"Kamu kenal?"

Diyo menaikkan sebelah alisnya.
"Anak tadi? Gue yang nyuruh dia minta tolong ke lo."

"Kenapa?"

"Lo bisa ngerjain semua soal untuk kelas 12, masih menyangkal?"

"Kenapa bersikeras mencaritahu sesuatu yang tidak penting?"

"Karna penasaran," jawab Diyo enteng.

"Apa ada hubungannya dengan dirimu?"

Diyo berdiri dari sandarannya pada rak buku dan menatap Yora lurus.

"Kenapa lo nyembunyiin semuanya?"

Yora diam.

"Apa untungnya berpura-pura bodoh?"

"Kau tidak tahu apa-apa." Yora memilih pergi meninggalkan Diyo, namun dihalangi oleh cowok itu.

"Jawab dulu," titahnya.

"Memangnya kenapa? Pura-pura bodoh ga bakal buat seseorang mati kan?"

Diyo tercenung. Perlahan cekalannya terlepas, tapi tetap saja ia heran akan sikap Yora yang menurutnya sangat aneh.

"Gini aja, lo kasih gue satu alasan yang pas dengan sikap aneh lo. Setelah itu gue ga bakal ganggu lo lagi," tawar Diyo.

"Kamu tidak akan mengerti."

"Huh?"

Yora berlalu meninggalkan Diyo sendirian. Ia benar-benar kesal karena tingkah keingintahuan cowok itu.

🎖🥇🥈🥉🎖
-Terkadang orang lain itu berupa cermin di dalam kehidupan,
Karena untuk menilai kehidupan membutuhkan mata lain selain mata kita sendiri.-
🎖🥉🥈🥇🎖

07.15 pagi.

Diyo berdecak kesal, padahal tadi di jalan dekat rumahnya masih baik-baik saja. Kenapa setelah jaraknya dengan sekolah semakin dekat malah terjadi macet parah? Ternyata Bandung tidak ada bedanya dengan Jakarta.

Ini tahun ajaran baru, kelas baru, angkatan baru. Apakah di hari pertamanya Diyo harus telat? Lagi-lagi cowok itu hanya bisa mengumpat kesal.

Plakk,, Diyo terkaget dan menatap ke samping. Tempat di mana sebuah mobil yang juga sedang mengalami kemacetan. Kaca mobil bagian belakang tidak ditutup sama sekali membuat Diyo leluasa menatap gerak gerik penumpangnya dari balik kaca helm.

Seorang lelaki paruh baya baru saja menampar gadis di sampingnya. Sepertinya itu seorang anak dan ayah, si gadis menangis pelan sambil memegangi pipinya.

Diyo tidak bisa mendengarkan percakapan ayah dan anak itu dikarenakan gemuruh klakson yang saling bersahutan. Tapi sepertinya ia pernah melihat gadis itu, tidak salah lagi. Seragam yang mereka kenakan sama, ia benar-benar pernah melihat gadis itu.

Bukankah itu gadis yang mendapatkan juara dua di kelasnya? Gadis aneh yang memberikan raut tidak senang dikala menduduki posisi juara umum 2?

Ya, tidak salah lagi. Itu orangnya.

📖📖📖


~Menghargai sang peninggal jejak:')

Smart or Genius ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang