[5. pertolongan]

2.7K 326 8
                                    

Happy reading:)

📖📖📖

"Dengan kaki seperti ini, aku bisa berjalan dan bertahan hingga 300-400 meter mungkin. Tapi, jika aku memilih pergi ke rumah sakit, aku tidak bisa pulang karena terlanjur kemaleman ntar. Dan tenaga ku akan habis setelah sampai di rumah sakit, karena jarak rumah sakit 300 meter. Tapi jika aku memilih ke ujung jalan dan mencari angkutan umum untuk pulang, aku akan kelelahan di tengah jalan. Karena jarak dari sini ke ujung jalan kira-kira 500 meter," gumam Yora.

"Intinya sama saja arghhh!! Aku tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini," Yora memekik frustasi.

"Analisis yang bagus!"

Yora berbalik di saat mendengar suara seseorang dari belakang. Ia mengerutkan keningnya, seorang cowok berdiri di sana sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket dan menatap Yora lurus.

"Siapa kamu?"

Orang itu malah diam.

"Yor!" panggil seseorang membuat Yora menoleh kesamping.

Orang itu adalah Ziko, yang baru menghampiri Yora dan si cowok aneh itu.

Kenapa Ziko ada disini? Batin Yora bertanya.

Dialihkannya pandangan pada cowok yang berdiri di samping Ziko, orang yang mengagetkannya saat sedang bicara sendiri tadi.

"Owh, kamu pasti belum mengenalnya," Ziko berucap.

"Kenalkan, dia sahabat saya dari SD. Namanya Diyo. Sempat terpisah saat SMP, dan kami bertemu lagi sekarang. Hhhh." Ziko memperkenalkan Diyo sambil terkekeh.

Sebenarnya Ziko dan Diyo sedang berada di kedai kopi di seberang jalan bertepatan di depan tempat Yora mengalami kecelakaan kecil itu. Mereka melihat kerumunan tadi, karena penasaran Ziko menyuruh Diyo pergi ke seberang jalan dan mengeceknya duluan. Sedangkan Ziko akan membayar kopi mereka terlebih dahulu. Dan ternyata, kerumunan tadi mengerubungi orang yang mereka kenal.

Gadis pucat itu masih diam menatap dua orang di depannya sambil memegang lengannya yang masih sakit.

"Tangan lo luka, bisa infeksi." Diyo mendekat.

Yora mundur beberapa langkah dengan sedikit terseok ketika Diyo maju untuk memeriksa tangannya. Tangan Diyo tergantung di udara karena Yora menjauhkan lengannya saat Diyo akan menyentuhnya.

"Ehm. Diyo, namanya Yor-"

"Yora, gue udah tau," potong cowok itu.

📖📖📖

"Kulit kamu tergores ketika terseret saat jatuh di angkot. Kuman akan mudah masuk jika tidak segera diobati, dan lengan kamu bisa infeksi. Beruntung kamu segera kesini dan mengobatinya."

"Terima kasih, dok." Yora tersenyum tipis.

Sang dokter muda itu mengangguk pelan dan beranjak ke mejanya kemudian menuliskan sesuatu disana.

"Saya akan memberi kamu resep, nanti ditebus di apotek yah. Obatnya tidak banyak, hanya penghilang nyeri, antiradang agar tidak bengkak, dan antibiotiknya."

Yora hanya diam mendengarkan, sambil berfikir uang mana yang harus ia bayarkan untuk menebus obat itu. Dia memang baru saja mendapat gaji harian di toko roti tempat Yora mengambil kerja sampingan sepulang sekolah, namun tentu uang itu sudah ia tetapkan tujuannya. Jika dipakai, kebutuhannya tidak akan terpenuhi.

Smart or Genius ✓ Where stories live. Discover now