[24. Maaf]

1.9K 215 7
                                    

Happy reading:)

📖📖📖

Ke kafe jam 6 nanti.

Yora masih memperhatikan pesan dari teman setempat kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul 5.25, namun Yora belum minat untuk bersiap-siap pergi ke kafe. Ia memiliki insting buruk, namun sedari tadi dicobanya untuk menjauhkan pikiran buruk itu dari benaknya.

Kemarin malam saat Yora pulang ke rumah, ia langsung tidur dengan posisi telungkup. Bahkan ia tidak mengganti bajunya terlebih dahulu saking lelahnya.

Bagaimanapun juga ia harus pergi ke tempatnya bekerja, karena Yora juga ingin memastikan keadaan kafe. Gadis itu beranjak dari tempat tidur, tak sengaja ia menyenggol foto berbingkai yang ia letakkan di atas meja samping tempat tidurnya.

Yora berjongkok untuk mengambilnya. Setelah bingkainya dibalik, ternyata kacanya pecah. Yora menghela nafas dan memungut lembaran foto tersebut. Itu foto dirinya bersama kakak dan mamanya.

Diusapnya foto tersebut, sebuah perasaan aneh timbul membuat Yora merasakan sesuatu yang asing. Pikirannya semakin kacau, gadis itu memasukkan foto tersebut ke dalam laci dan segera bergegas ke kafe.

Yora akan datang ke kafe lebih awal, setelah itu ia akan pergi ke rumah sakit untuk menemui kakaknya. Sudah lama Yora tidak menjenguk kakaknya, Yora harap ada perkembangan yang terjadi pada kakaknya. Karena kakaknya lah satu-satunya yang tersisa di kehidupan Yora, ia tidak memiliki siapa-siapa lagi.

Setelah mandi dan beres-beres, Yora bergegas menuju kafe dan menaiki angkutan umum. Ia segera berlari masuk ke dalam kafe. Namun, keadaan kafe kosong. Diliriknya jam tangan, sudah menunjukan pukul 5.55. Seharusnya sudah ada orang, yang Yora tahu mereka tidak pernah ngaret jika membuat janji.

Ting, bunyi lonceng yang dahulu sering Yora dengar kembali berdentang.

"Ana? Di mana yang lain?" tanya Yora.

"Kami rapat tadi malam. Kamu tidak bisa dihubungi," ucap Ana.

"Lalu? Kenapa kamu memintaku datang ke sini pagi-pagi seperti ini?"

"Lihatlah keadaan kafe, semuanya sudah kosong."

Yora mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan minimalis ini dan benar saja, meja dan kursi yang biasanya tertata rapi sudah tidak di posisinya.

"Ada apa?"

"Kafe ini sudah dijual. Pembelinya akan datang memeriksa tempat ini jam tujuh nanti. Karena itu aku memintamu datang satu jam sebelum pemilik barunya datang," jelas Ana.

"Aku hanya ingin menyampaikan, hasil rapat tadi malam. Hasilnya, ya seperti itu. Kita kehilangan pekerjaan," Ana tersenyum miris.

Ana dan Yora memiliki nasib yang serupa, mereka harus mengorbankan paruh waktu mereka untuk bekerja agar memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ana adalah gadis kuat yang tidak pernah menyusahkan ayahnya. Ibunya sudah meninggal sejak ia kecil, dan semenjak itu ayahnya depresi hingga hampir tidak pernah pulang ke rumah. Ayahnya selalu minum dan mabuk-mabukkan, jika pulang ia hanya menumpang tidur lalu pergi kembali paginya.

"Aku tidak memberitahumu lewat pesan, agar kamu datang dan melihat keadaannya secara langsung."

"Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru?"

Smart or Genius ✓ Where stories live. Discover now