SIAPA?

7.5K 414 12
                                    

Bagi sebagian orang, cinta memang perihal menyakitkan. Meski memang benar ada bahagia, tapi kesedihan yang ada di dalamnya jauh lebih besar. Hingga baginya lebih baik sendiri dari pada harus mengulang luka yang sama dengan seseorang yang berbeda.

Bagi sebagian orang, memulai kembali dengan cinta yang baru adalah hal yang mudah. meski sempat begitu terluka, itu bukanlah alasan baginya untuk berhenti mencinta.

Cinta memang tergantung bagaimana masing-masing orang menafsirkannya. Cinta memang memiliki banyak warna. Terserah kalian akan memandangnya sebagai warna apa.

**********

"Nara, kemarin lo kemana aja? siapa cowok yang bicara sama lo di depan sekolah? wajahnya ngga asing. tapi gue lupa-lupa inget gitu."

"Apa sih, Va? masih pagi ini. Udah kepoin hidup gue aja lo!"

"Naraaaaa... please! cerita sih! gue penasaran nih?"

"Penasaran gue kemarin kemana?"

"BUKAN! gue penasaran siapa cowok cakep yang ngobrol sama lo itu. Kali aja bisa gue pacarin" Neva tertawa terbahak-bahak setelah mengucapkan kalimat itu, di hatinya masih ada luka yang belum sembuh, tapi dia sadar bahwa tak baik berlama-lama menikmati kesedihan. Yang seharusnya dinikmati itu bukan kesedihan tapi kebahagiaan!

Naraya mendelik ke arah sahabatnya itu.

"Va, ini Bu Dyan ngga dateng? jam kosong nih?" bisik Naraya pada Neva yang masih belum menyelesaikan tawanya.

"Lo sih kemarin ngga masuk kelas, jadi ketinggalan info gini kan! Mulai hari ini Bu Dyan cuti melahirkan. Ada tugas sih, tapi santai aja. Sekarang lo cerita dulu! buruan! jangan bikin gue makin penasaran sama cowok itu!"

"Namanya Kio. Anak sekolah ini juga kok. Tapi gue ngga tau kelas berapa dan jurusan apa dia" kata Naraya  mengawali ceritanya perihal cowok yang seharian kemarin menemaninya.

"Kio! Astaga! Kak Kio! Kio Adhyastha? goblok banget gue sampai ngga ngenalin dia. Pantesan wajahnya ngga asing." Teriak Neva dengan sangat keras, hingga seisi kelas melirik ke arahnya. Neva hanya cengengesan karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian.

"Lo kenal?" tanya Naraya heran melihat reaksi Neva setelah mendengar nama Kio, bahkan Neva tau nama lengkapnya.

"Astaga Naraya! lo hidup di mana sih sampai ngga kenal sama kak Kio! jadi kemarin setelah lo ngobrol sama dia, lo ngapain lagi?"

"Jawab dulu kali Va! dia siapa?" Naraya makin penasaran tentang siapa Kio sebenarnya.

"Dia kakel kita. kalau ngga salah dia kelas XI IPA 1 eh atau IPA 2 ya. Tau deh, intinya dia itu cowok inceran cewek-cewek di sekolah kita ini. Ya lo lihat sendiri kan gimana sempurnanya dia? selain cakep dia juga pinter abis. Tahun kemarin aja dia juara satu paralel di sekolah kita, pernah ikut olimpiade juga. Oh ya, dia jago basket pula! Pokoknya paket komplit! sumpah! gue juga mau jadi pacar dia, tapi ya gitu gue malah terjebak sama cintanya Ken!"

"Ken lagi! udah Va, lupain! nanti juga ada gantinya" Naraya terdiam mendengar penjabaran Neva tentang Kio. Sudah hampir setengah tahun sekolah di sini tapi Naraya bahkan tidak mengetahui apapun tentang Kio. Bukan karena tak mau bergaul atau membatasi diri, tapi memang Naraya tidak pernah tertarik jika itu mengenai cinta.

"Eh! jangan bengong! sekarang cerita lo kemarin kemana?" Neva memegang pundak Naraya yang terdiam cukup lama.

"Cuma jalan-jalan sebentar, gue mau pulang takut mamah marah. jadinya ya gitu"

"Ha? jalan sama Kio? astaga Nara! mimpi apa lo? andai itu gue"

"Jangan mulai lebaynya! cuma jalan-jalan biasa. ngga lebih!"

"Terus-terus! apa lagi?"

"Dia nganterin gue pulang, ketemu mamah juga sebentar" Naranya sengaja tak menceritakan perihal apa yang terjadi di rumah sakit, sebab menurutnya itu adalah sebuah hal yang harus dirahasiakan.

"Serius lo! aaaaa Narayaaaa! gue iri sama lo sumpah!" Neva mendadak heboh mendengar cerita naraya.

"Lo punya nomor HPnya?" tanya Neva lagi.

"Engga, gue ngga kepikiran sama sekali. Ya gue pikir itu pertemuan pertama dan terakhir gue sama dia. Jadi buat apa gue punya nomor dia atau dia punya nomor gue?"

"Gila! asli lo gila! Udah jalan seharian sama cowok sebadai Kio, lo masih cuek aja! Naraya, hati lo udah bener-bener ketutup atau gimana sih?" Neva terlihat kesal dengan Naraya. Naraya hanya tersenyum melihat sahabatnya yang menggila itu.

"Untuk apa gue nanya nomor HPnya kalau gue aja ngga berniat untuk melanjutkan apa yang sudah terjadi? maksud gue, gue ngga berminat untuk melanjutkannya. Meski memang ada rasa yang aneh pas gue bareng sama dia, pada kenyataannya gue dan dia hanyalah dua orang asing yang kebetulan dipertemukan bukan dua orang yang ditakdirkan untuk menjalin suatu ikatan." Batin Naraya yang seolah mencari sebuah pembenaran atas apa yang dilakukan.

*********

Saat istirahat sekolah, Naraya memilih untuk membuka bekal roti selai kacang yang dia bawa. sedangkan Neva yang masih sedikit kesal dengan Naraya, pergi ke kantin untuk membeli jus melon kesukaannya.

Suasana kelas terlihat sepi karena sebagian penghuninya sedang keluar.

"Naraya!" teriak Neva dari depan pintu kelas.

"Apa, Va? mana jus lo? katanya mau beli jus tadi?"

"Itu ngga penting, ada info lebih penting dari itu. Sini buruan!" Neva tampak serius dengan ucapannya. Naraya yang penasaran akhirnya berjalan menghampiri Neva yang masih tergopoh di tengah pintu.

"Kio. Kio....."

"Apa lagi? gue udah cerita kan tadi?"

"Bukan itu. Ibunya Kio meninggal" kata Neva pelan.

"Serius lo?" Naraya mendadak lemas mendengar penuturan Neva. Naraya berharap itu tidak benar. Entah kenapa mendengar kabar itu saja sudah berhasil menyayat hatinya.

"Gue barusan lewat kelas IPA 1, di sana lagi pada ngumpulin iuran buat ibunya Kio yang meninggal. Katanya sih kemarin sore meninggalnya. Makanya gue langsung lari ke sini. gue pikir lo perlu tau tentang ini"

"Lo tau rumah Kio?" tanya Naraya.  Tiba-tiba saja ia teringat raut wajah Kio kamarin sore saat meninggalkan rumahnya. Tiba-tiba saja Naraya merasa sangat bersalah karena mungkin saja Kio tidak bisa melihat saat-saat terakhir ibunya karena harus mengantar Naraya pulang. tiba-tiba saja Naraya merasa menyesal sebab tak menanyakan nomor Kio, Naraya merasa harus segera menemui Kio. sekarang juga!

"Va! Ken kelas IPA 1 juga kan? please tanyain" Naraya memelas. Neva menghela nafas panjang melihat sahabatnya yang hampir meneteskan air mata itu.

**********

Tuhan, mengapa harus ada perpisahan setelah sebuah pertemuan? mengapa harus ada kesedihan jika bahagia saja sudah cukup menyenangkan?

Tuhan, mengapa aku dan dia harus dipertemukan? mengapa semua ini harus terjadi tepat setelah aku dan dia saling menemukan?

pertanda apa ini?

Tuhan, buatlah dia tetap baik-baik saja sesakit apapun luka yang sedang dia rasakan, juga izinkan aku menemuinya lagi untuk memastikan bahwa dia tidak terlalu lama larut dalam kesedihannya ini. Biarkan aku menemuinya dan meminta maaf sebab telah menyita waktunya.

Tuhan, kumohon. Jaga dia.

***************

aaaaaa sediiiiiih jugaaaa.

tunggu lanjutan ceritanya ya. maaf jika updatenya lama. nikmati saja cerita Kio dan Naraya ini pelan-pelan. semoga kalian suka ya.

jangan lupa vote, share dan komentarnya juga ya.

love yaaaah

salam sayang,

Lulux RF

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt