DIA BUMI

4.6K 264 7
                                    

Siang yang panas dilengkapi dengan angin yang berhembus menerbangkan debu-debu. Sudah lama tidak hujan, jadi cuaca memang sedikit gersang.

"Jus mangga kesukaanmu" Bumi menyodorkan jus mangga ke arah Naraya yang sedang mendengarkan musik di taman sekolah.

Naraya tersenyum dan meraih jus mangga dari tangan Bumi.

Naraya memang lebih suka menyendiri, tidak pernah ingin bergabung dengan siswa lain, sampai-sampai tidak ada yang menyadari keberadaannya. Bumi adalah satu-satunya orang yang menyadari keberadaan Naraya di sekolah ini. Bumi adalah satu-satunya orang yang berhasil memasuki dunia Naraya, dunia yang entah apa isinya. Dunia yang sangat berbeda dari bayangan orang lain.

"Kamu ngga bosen minum jus alpukat mulu?" kata Naraya melihat Bumi yang sudah menghabiskan jus alpukat kesukaannya dengan begitu cepat.

"Kamu tidak bosan minum jus mangga tiap hari?" Bumi balik bertanya pada Naraya.

"Mangga tuh enak! Kamu harus coba!" Naraya meraih tangan Bumi dan meminta Bumi menggenggam jus mangganya itu.

"Enakan jus alpukat, lainkali kamu harus coba." Bumi memberikan jus mangga itu pada Naraya setelah mencicipinya satu tegukan.

"Ogah!" Naraya menggelengkan kepalanya.

Naraya memang paling tidak suka dengan alpukat, menurut Naraya, alpukat rasanya aneh! Apalagi dijadikan jus! Tambah aneh nanti!

*****
"Naraya kamu beli apa itu?  Banyak banget buat apa?" tanya Tante Hanun melihat Naraya pulang sekolah membawa kira-kira 10 gelas plastik jus alpukat.

"Jus alpukat"

"Bukannya kamu ngga suka alpukat?"

"Iya"

"Terus itu buat apa?"

Naraya tak menjawab pertanyaan Tante Hanun, Naraya justru langsung berjalan memasuki kamarnya lalu mengunci pintu dari dalam. Tante Hanun mengetuk pintu kamar Naraya berkali-kali tapi tak mendapat jawaban.

Naraya mengambil satu jus alpukat, meminumnya perlahan. Ada perasaan aneh di mulutnya, ada perasaan sesak di hatinya, ada basah di ujung matanya.

Naraya mengingat Bumi yang sudah satu bulan lebih menghilang. Naraya meminum jus kesukaan bumi, Naraya berpikir bahwa barangkali dengan begini rindunya pada Bumi akan sedikit terobati.

Gelas keempat~

Naraya masih terus meminumnya. Meski ada perasaan mual, Naraya tetap meminumnya. Naraya benar-benar telah hilang kendali. Ia hanya berpikir bagaimana cara agar Bumi kembali.

Masih tersisa dua gelas di meja kecil samping tempat tidurnya~

Naraya merasa perutnya sudah tidak kuat lagi menampung jus alpukat sebanyak itu. Tapi Naraya memaksakan perutnya untuk menerima.

"Narayaaa keluar! Ada apa?"

Naraya masih sesenggukan. Bekas gelas plastik berceceran di atas kasur, setelah berkali-kali Tante Hanun menggedor pintu kamar, akhirnya Naraya berdiri dan membukakan pintu untuk Tante Hanun, ibunya.

melihat anaknya yang terlihat begitu kacau, Tante Manun memeluknya erat.

"Ada apa?" Tante Hanun masih mendekap Naraya

"Bumi pergi, mah"

"Bumi? Pergi kemana?" Tante hanun melepaskan pelukannya lalu menatap anaknya yang masih menangis itu.

Naraya menggelengkan kepala.

Tante Hanun kembali memeluk Naraya. Tante Hanun paham bahwa Bumi bukan hanya sekadar teman bagi Naraya, Bumi adalah dunianya Naraya, Bumi adalah semesta bagi Naraya. Hanya Bumi yang bisa menjadi teman berbagi bagi Naraya setelah dirinya sendiri---selaku Ibunya..

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now