MENCARI CARA

6.9K 374 12
                                    

Luka yang disebabkan oleh masa lalu, terkadang membuat hati seseorang menolak cinta yang baru. Bukan karena tidak bisa lupa, hanya saja sudah merasa muak pada kesedihan dengan cara yang sama; kehilangan.

***********

Naraya masih sibuk dengan tugasnya. Sedangkan Kio hanya menatap Naraya dan tidak membantu apa pun, sebenarnya Kio sudah mencoba menawarkan bantuan tapi ditolak.

"Lhoo, ada nak Kio ternyata" Tante Hanun terkejut melihat Kio yang ternyata sudah berada di teras rumah bersama Naraya.

"Iya, Tante. Mau ketemu Naraya." Kio berdiri dan melangkah mendekati tante Hanun lalu dengan penuh senyum menyalami tante Hanun.

"Sudah lama? Itu tadi temen Nara yang satunya kemana?"

"Baru saja kok, Tante. Oh Azki, pulang tant, katanya lupa belum ngasih makan kucingnya di rumah" Kio asal menjawab pertanyaan tante Hanun. Tante Hanun tertawa mendengar penuturan Kio.

"Kio, bisa tolong tante angkat galon di dapur?"

"Bisa dong!" jawab Kio penuh semangat.

"Yuk" Tante Hanun berjalan menuju dapur dengan diikuti Kio di belakangnya. Naraya tak merespon apapun, ia merasa malas untuk berbicara. Menurutnya diam adalah satu-satunya cara agar keadaan kembali menjadi tenang.

"Terima kasih" ucap Tante Hanun setelah Kio berhasil mengangkat galon seperti arahan tante Hanun.

"Sama-sama tante. Tan, ini Naraya?" Kio menunjuk foto anak berseragam SMP dengan senyum manis yang menempel di pintu kulkas, ada banyak foto di sana tapi tatapan Kio hanya tertuju pada satu foto itu saja.

"Iya, dulu waktu pertama masuk SMP itu. Masih polos ya? tapi kalau galaknya dari dulu sampai sekarang masih tetep sama." Jawab tante hanun.

"Naraya ngga galak kok, Tan. cuma emang suka serem aja kadang-kadang"

Kio mengambil ponsel di sakunya lalu memotret foto Naraya yang tertempel di pintu kulkas itu. "Kio simpen ya, Tan. Lucu" Kio memperlihatkan hasil jepretannya ke Tante Hanun.

Tante Hanun mengangguk. Lalu berjalan keluar. Kio kembali mengekor di belakang tante Hanun.

"Sudah selesai, Nara?"

"Kurang dikit, mah. Sumpek banget hari ini." Naraya manyun dan menatap tante Hanun dengan manja.

"Jalan-jalan, yuk" Ajak Kio pada Naraya "Boleh kan, tante?" lanjutnya meminta persetujuan tante Hanun.

"Boleh, sana. Kasian juga Naraya sumpek katanya"

"Ogah kalau jalan-jalannya sama tuh orang! Nyebelin!" Teriak Naraya

"Eh jangan ngomong gitu. Tadi katanya sumpek, diajak jalan malah gitu. Udah sana. Lagian Habis ini mama mau ke rumah Bu Tatik. ada arisan. Daripada kamu sendirian di rumah kan mending jalan-jalan sama Kio"

"Maaaah!"

"Udah, Tante aja ngizinin. Ayok." Kio langsung merapikan semua kertas yang berserakan dan menaruhnya di ruang tamu.

"Lho, belum selesai itu!" Jerit Naraya.

"Udah lanjut nanti, pamit dulu ya tante" Kio menyalami tante Hanun yang sedari tadi tertawa melihat kelakuan Kio dan Naraya.

"Eh, eh bentar. Baju gue masih jelek gini. Gue juga belum dandan ini. masak mau pergi tampilan buluk Gini." Naraya memang sedang hanya mengenakan celana olah raga hitam dan kaos pendek berwarna biru muda. Rambutnya dikucir satu di belakang.

"Ngga perlu. Udah gitu aja.... Kio pamit dulu ya Tante. Nanti Naraya-nya Kio anter pulang lagi dengan selamat." Kio menarik tangan Naraya. Naraya makin terlihat kesal dengan Kio yang makin lama makin menyebalkan itu.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now