PERLAHAN

6.2K 311 12
                                    

Jika memang hidup harus terus berjalan bahkan ketika hati baru saja dipatahkan, maka sudah seharusnya kita mengusahakan bahagia lain, bahagia baru yang tak lagi bergantung pada apa-apa yang disebut masa lalu.

************

Malam sudah semakin larut, udara terasa dingin sebab di luar memang sedang turun hujan. Biasanya Naraya paling suka melihat hujan di teras rumah sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. Tapi kali ini Naraya memilih untuk diam di dalam kamar. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, ada banyak hal yang mengusik perasaannya.

Setelah berkali-kali mencoba memejamkan mata, Naraya tetap gagal melakukannya. Akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke kamar mamahnya yang berada tepat di samping kamarnya.

"Mah"

"Apa sayang?"

"Nara tidur bareng sama mamah, ya?" Naraya langsung masuk ke dalam selimut dan memeluk erat mamanya.

"Tumben, ada apa? pasti ada sesuatu nih, cerita sama mamah."

"Ngga kok, mah."

"Kenapa? Kio?"

Naraya terkejut mendegar perkataan mamanya. Selama ini Naraya tak pernah cerita apapun tentang Kio pada mamanya tapi bagaimana bisa mamanya langsung mengetahui siapa orang yang membuat hati Naraya tidak tenang?.

"Nara tau? Akhir-akhir ini Nara terlihat lebih bahagia dari sebelumnya. Mamah seakan kembali melihat Nara yang dulu, Nara yang penuh dengan semangat dalam menjalani hidup. Mamah pikir itu karena........."

"Mah" Naraya memotong perkataan Tante Hanun, mamanya.

"Iya, sayang" Tante Hanun mengusap lembut rambut Naraya.

"Kio berhasil buat Nara bahagia, tapi Nara takut kalau bahagia cuma ada di awalnya aja."

"Tidak semua kisah berakhir sedih" Jawab Tante Hanun.

"Gimana caranya seseorang bisa yakin kalau cinta yang hadir di hidupnya itu adalah cinta yang akan membawa bahagia?" Naraya menatap mata mamanya dalam.

"Dengan menerimanya lalu menjalaninya. Bagaimana bisa Nara tau itu akan membawa bahagia atau tidak jika Nara tidak mau menjalaninya?"

"Tapi, Mah. Bumi....."

"Dia? ..... ini masih tentang dia ternyata?"

Selama ini Naraya memang selalu bercerita apa saja pada Tante Hanun, dan Tante Hanun sendiri memang selalu berpikiran terbuka, selalu memosisikan diri sebagai teman dan mendengarkan Naraya dengan baik. Bahkan tak jarang Neva pun ikut mencurahkan perasaannya pada tante Hanun layaknya bercerita kepada temannya sendiri.

Naraya selalu merasa bahagia sebab dilahirkan dari rahim seorang ibu yang hebat, ibu yang selalu mengerti perasaan anaknya dengan baik, bahkan tanpa cerita pun Tante Hanun selalu bisa menebak apa yang sedang dirasakan oleh Naraya.

Dan kali ini, cerita tentang Kio-lah yang sedang mengudara di antara ibu dan anak ini, diselipi dengan beberapa luka lama yang memang susah sekali disembuhkannya.

"Nara inget kata mamah, kan?" Tante Hanun memeluk erat anak semata wayangnya itu.

"Pelan-pelan, semua akan terlupakan. Pelan-pelan, luka tidak mungkin selamanya bertahan. Pelan-pelan, bahagia punya caranya sendiri untuk datang." Naraya menirukan apa yang sering mamanya katakan kepadanya.

"Itu inget!. Sekarang tidur dulu. Besok kan harus sekolah."

Naraya menurut, meski sebenarnya ia benar-benar ingin menceritakan segalanya tentang Kio pada mamanya, pada akhirnya keadaan membuat Naraya tetap diam. Barangkali memang ini bukan saat yang tepat baginya untuk memberitau mamanya tentang semuanya. Tapi Naraya yakin jika mamanya itu paham bahwa ia tengah merasakan banyak kerisauan dan rasa sakit.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now