RAGU

6.8K 384 9
                                    

Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali, ada banyak hal yang terjadi tanpa pernah diingini.

"Kio, gue pulang dulu ya. sudah sore." kata Naraya saat keadaan sudah mulai tenang, Naraya merasa ini adalah hari yang sangat berat baginya dan tentunya lebih berat lagi bagi Kio. Naraya memilih untuk tak banyak bicara, Naraya memilih untuk tak mempertanyakan pada semesta tentang perasaan apa yang sebenarnya sedang ada di dalam dadanya itu.

"Gue anter, sebentar."

"Kio! ngga perlu! gue bisa pulang sendiri." Kio masuk ke dalam rumahnya tanpa mendengar penolakan Naraya.

"Apa-apan lo! mau nganter tuh cewek? jangan gila lo! kemarin gara-gara dia nyokap kita meninggal!" teriak kakak Kio dari dalam rumah, suaranya benar-benar penuh dengan amarah. Naraya yang mendengarnya memilih untuk langsung pergi meninggalkan rumah Kio. Naraya berjalan menyusuri gang kecil dari rumah Kio menuju jalan raya.

"Nara" Seseorang memanggil nama Naraya dengan keras. ternyata itu adalah Kio yang tengah mengejar Naraya menggunakan motor kesayangannya.

Naraya menghentikan langkahnya, ia menatap Kio yang makin lama semakin dekat.

"Gue anter." kata Kio saat ia menghentikan motornya tepat di samping Naraya.

"Kio, gue pulang sendiri aja. Lo kan......."

"Udah cepet naik" Kio langsung memasangkan helm untuk Naraya hingga Naraya tak punya kesempatan untuk melanjutkan perkataannya. Akhirnya Naraya menuruti Kio, ia naik ke atas motor Kio dan sekali lagi melakukan perjalanan bersama Kio.

Entah apa sebenarnya rencana semesta, baru kenal 2 hari sudah harus melewati keadaan yang rumit seperti ini.

************

"Tuhan, masih ada luka yang belum sembuh. masih ada rasa sakit yang belum bisa kulupakan. masih ada kebencian perihal dia yang telah hilang. Aku belum mampu mengatasi segala hal yang berkaitan dengan masa lalu, aku masih belum bisa memulai kisah yang baru. tapi apa ini? mengapa Engkau mengirim Kio di hidupku? mengapa Engkau biarkan aku terlibat dalam segala hal-hal rumit yang sedang Kio alami? apa maskud dari semua ini? kini aku ragu dengan perasaanku sendiri." Batin Naraya sembari menatap punggung Kio. Sepanjang perjalanan Naraya memilih diam tak mengucapkan kalimat apapun.

Kio sendiri juga tak banyak bicara seperti biasanya. Kesedihan memang sedang menyelimutinya. tapi meski begitu, ia tetap tak bisa membiarkan Naraya pulang sendirian. Selama ini telah begitu banyak kekhawatiran-kekhawatiran yang Kio rasakan dan untuk saat ini Naraya telah masuk ke dalam daftar seseorang yang Kio khawatirkan keadaannya, kebahagiaannya, keamanannya dan semuanya selagi itu tentang Naraya. Kio sendiri heran dengan perasaanya yang mudah sekali menetapkan Naraya sebagai seseorang yang pantas untuk dibahagiakan olehnya.

"Tuhan, Engkau telah mengambil seseorang yang sangat berharga dalam hidupku tepat setelah Engkau mempertemukanku dengan Naraya. Jadi kini biarkan aku untuk terus bersama Naraya, jangan jadwalkan sebuah perpisahan untukku dan Naraya. Aku tau terlalu cepat bagiku untuk berdoa seperti ini, tapi tetap akan kulakukan sebab untuk saat ini hanya Naraya yang benar-benar bisa membuatku merasa bahagia setelah bahagia terbesarku Engkau ambil dengan sengaja. Bukankah memang ini tujuan-Mu mempertemukanku dengan Naraya? Bukankah memang Naraya dikirim ke dalam hidupku untuk menemaniku menghadapi hari-hari yang berat ini? bukankah memang Naraya adalah perwujudan dari sebuah bahagia yang telah Engkau tugaskan untuk mewarnai hari-hariku?" Batin Kio, ia melirik ke arah Naraya yang hanya terdiam sejak tadi. 

Motor Kio melaju pelan, melewati jalanan yang sepertinya memang tak pernah sepi itu.

"Gue langsung pulang, ya. Salam buat mamahmu" Kata Kio sesaat setelah Naraya menyerahkan helm yang dipakainya kepada Kio.

"Iya, hati-hati. Terima kasih sudah mau nganterin gue" Jawab Naraya.

"Oh ya, boleh pinjem ponsel lo sebentar? ponsel gue lupa ngga kebawa."

Naraya mengambil ponsel dari sakunya dan memberikannya pada Kio. Kio mengetik beberapa nomor di ponsel Naraya lalu menyimpannya dengan Nama "Calon kekasihnya Nara". Naraya hanya terheran-heran melihat Kio melakukan itu.

"Itu nomor gue, jangan lupa kirim pesan ke nomor itu. gue tunggu" Kio menyerahkan ponsel Naraya lalu melaju pergi.

Naraya mematung memandangi punggung Kio yang makin lama makin tak terlihat.

"Nara, masuk. Kenapa pulang sampai jam segini?" Teriak Mama Naraya yang melihat anaknya berdiri di depan rumah sendirian.

"Maaf, mah tadi harus ke rumah temen dulu" Naraya memilih untuk diam tak menceritakan apa yang terjadi, ia tak ingin membuat mamanya khawatir.

***************

Sudah pukul 22.00 malam, Naraya masih tak bisa memejam. tiba-tiba saja ponsel Naraya berdering.

"Nara, gue ngga akan minta lo buat cerita, karena gue tau ini pasti sulit buat lo. gue cuma khawatir sama lo. kalau lo butuh temen berbagi, inget gue! gue bakal selalu ada" Naraya tersenyum saat tiba-tiba mendapat pesan seperti itu dari Neva.

Melihat pesan Neva, mengingatkan Naraya pada Kio yang meminta Naraya mengirim pesan untuknya.

"Kio, ini Gue. Naraya."

"Heiii... akhirnya. udah gue tunggu dari tadi. Besok gue masih izin, jangan cari gue di sekolah."

"Siapa juga yang mau cariin lo!"

"Nah tadi lo nyariin gue kan? nyariin gue sampai rumah malah!"

"Kio! lo emang nyebelin ya. udah istirahat! jangan pura-pura kuat lagi! ngga papa sesekali terlihat lemah. lo manusia! wajar!"

"Siap, Nyonya Narayaaaaa"

Naraya merasa sedikit lega, setidaknya ia bisa mengetahui keadaan Kio. meski ia tak bisa mengetahui keadaan hatinya sendiri.

************

Sekuat apapun menghindar, seseorang yang memang ditakdirkan untukmu akan selalu menemukan kebetulan-kebetulan untuk sampai pada dirimu.

Jangan pernah meyalahkan keadaan, setiap apa yang terjadi pada dirimu saat ini  adalah jalan bagi kebahagiaan-kebahagiaan untuk menemukanmu di masa mendatang.

************

Haiiii.... terima kasih sudah mau membaca cerita ini. semoga sukaaaak

jangan lupa votes komentar dan share yaaaah


salam,

Kopioppi


#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now