WAKTU ITU

4.4K 215 16
                                    

Pagi yang menyejukkan, angin berhembus pelan.

"Naraya sudah siap?" Tanya seorang bapak-bapak berkumis tebal dengan baju bermotif kotak-kotak.

"Sudah, pah" jawab Naraya.

Hari ini adalah hari pertama Naraya masuk SMP, masih masa orientasi. Naraya mengucir rambutnya menjadi 10 kuciran dengan pita warna warni. Memang hari ini semua siswi baru harus mengucir rambutnya sejumlah tanggal lahirnya.

Om Hendro, Papa Naraya, memakaikan helm pada Naraya. Dan mengantarkan anak kesayangannya itu menuju SMP NUSA.

Naraya memang paling dekat dengan papanya itu, sejak kecil Naraya lebih suka bermain di rumah dengan papanya dari pada harus bermain di luar bersama teman-teman sebayanya.

"Cari temen yang banyak, jangan jadi orang asing di tengah-tengah orang yang seharusnya bisa kamu kenal dengan dekat.........."

"............Baik-baik terus anak papah, jangan nakal" kata om Hendro sambil memegang pundak Naraya.

Naraya mengangguk pertanda mengiyakan nasehat dari papanya itu.

Hari yang membahagiakan tapi juga menakutkan bagi Naraya, bahagia sebab dia sudah beranjak remaja dan memiliki sekolah baru, menakutkan sebab harus beradaptasi lagi dengan semua orang. Naraya benci menjadi pusat perhatian semacam memperkenalkan diri di depan teman sekelas sesuai ritual yang ada ketika pertamakali memasuki kelas baru.

Naraya benci berada di tengah-tengah orang banyak. Sendiri dan menepi dari keramaian jauh lebih menenangkan.

Naraya berjalan menyusuri koridor kelas, matanya melihat ke kanan dan kekiri mencari di mana letak aula. Sebab memang pagi hari ini semua siswa baru dikumpulkan di dalam aula terlebih dahulu sebelum akhirnya memasuki kelasnya masing-masing.

*********

"Kalian bisa mengikuti kakak-kakak kalian untuk menuju kelas masing-masing. Untuk kegiatan selanjutnya akan diarahkan oleh kakak OSIS yang bertugas di kelas masing-masing" kata seorang guru yang bisa dibilang tidak lagi muda kepada semua siswa baru yang berada di aula.

Mendengar perintah tersebut, semua siswa beranjak dari tempatnya lalu mengikuti kakak-kakak OSIS yang telah bertugas membimbing siswa baru menuju kelasnya.

Naraya berdiri di barisan paling belakang sendirian. Tatapannya kosong.

"Cari tempat duduk kalian masing-masing, silakan ingin duduk dengan siapa kalian bisa memilihnya sendiri"

Mendegar kakak OSIS mengatakan hal demikian, seisi kelas langsung ribut mencari teman yang sudah sempat diajak kenalan tadi ketika di aula untuk duduk bersama. Sedangkan Naraya yang tidak berkenalan dengan siapapun memilih kursi paling pojok sendirian, tak menghiraukan keributan yang terjadi.

"Oke sudah dapat tempat duduk semua, ya?"

"Sudah, kak"

Tok tok tok

"Maaf, kak terlambat" kata seorang cowok manis yang masih tergopoh-gopoh mungkin karena capek berlari.

"Baru hari pertama sudah telat, sudah sekarang langsung duduk saja. Tapi untuk selanjutnya jika ada yang telat lagi, akan ada hukuman, mengerti?"

"mengerti, kak" jawab seisi kelas kompak.

Cowok itu melihat ke seluruh kelas dan melihat seorang cewek duduk sendirian di pojokan, cowok itu berjalan menghampirinya.

"Aku duduk di sini ya, kursi lain sudah penuh" kata cowok itu seraya mengulurkan tangannya tapi tak mendapat respon apapun selain anggukan pelan dan tatapan sekilas.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now