HUJAN

4.9K 280 35
                                    

"Lo beneran jadian sama Kak Kio? Serius?" Teriak Azki ketika Naraya baru saja memasuki ruang kelas. Semua tatapan tertuju ke arah Naraya seakan menunggu jawaban apa yang akan dikatakan oleh Naraya.

Naraya terdiam, menatap seisi kelas yang mengarahkan pandangan padanya dan suasana pun mulai terasa menegangkan.

"Ra, ngaku! Itu alesan dia ngusir gue waktu kita bikin tugas bareng kan?" Desak Azki.

"Ha? Kak Kio ngusir Azki? Yang bener?" Terdengar banyak bisikan yang masih bisa Naraya dengar dengan jelas.

"Ngga!" Naraya menjawab singkat dan langsung duduk di kursinya.

"Ngaku lo!"

"Heh! lo pikir Naraya pencuri dipaksa ngaku segala?" Teriak Neva sambil menggebrak meja. Keadaan kelas menjadi sedikit kacau.

"Hahaha Sorry, gue cuma ......."

"Diem lo!" Neva melemparkan kotak pensil ke arah Azki yang membuatnya terdiam tak melanjutkan perkataannya.

Naraya sendiri bingung harus ngomong apa, dia hanya terdiam dan menunduk dalam. Sebab memang dia dan Kio belum ada hubungan, sebab keberadaan Kio di hidupnya belumlah bisa disebut sebagai pasangan, sebab meski hatinya mulai luluh sebenar-benarnya luka di hatinya belumlah sembuh.

Tapi meski Naraya berkata tidak pun semua masih akan tetap menganggap dirinya dan Kio sebagai pasangan, sebab memang cara Kio memperlakukan Naraya nampak seperti seorang kekasih yang takut kehilangan, Kio tidak pernah menyembunyikan perasaannya, Kio selalu menunjukkan cintanya pada Naraya bahkan ketika banyak orang melihatnya. Ya, meski sampai sekarang Naraya masih keras kepala menolak memastikan hubungannya dengan Kio. Berteman adalah cara Naraya menjaga hati Kio dari luka yang bisa saja Naraya berikan tanpa sengaja. kapan saja.

************

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini langit menjatuhkan banyak kesedihan. Naraya dan beberapa anak lainnya masih tertahan di sekolah sebab tidak membawa payung karena memang tidak menyangka bahwa hari ini akan turun hujan. Sedangkan Neva sedang sibuk mengurusi beberapa persiapan lomba yang akan diadakan Senin depan, Neva memang masuk sebagai salah satu panitia pelaksana lomba HUT Sekolah itu.

"Pulang?"

Suara itu lagi!
Di mana saja Naraya berada, sepertinya pemilik suara itu memang akan selalu mengikutinya. Siapa lagi kalau bukan Kio!

"Hujan, nunggu reda."

"Lo takut basah?" Tanya Kio.

"Bukan, gue takut buku gue basah" Naraya menjawab pertanyaan Kio tanpa menoleh ke arah Kio sedikitpun.

"Gue takut kehilangan lo" Pernyataan Kio inilah yang membuat Naraya menatap Kio dengan tatapan tajam, bagaimana tidak, masih banyak siswa lain di samping Naraya, tapi Kio tetap saja bersikap demikian. Bukan karena Naraya tidak suka, Naraya hanya takut jika hati Kio akan sangat terluka jika akhirnya nanti Naraya tidak bisa menerima kehadiran Kio di hidupnya. Naraya takut Kio menjadi bahan pembicaraan banyak orang nantinya.

"Nih" Kio menyodorkan kantong kresek hitam besar kepada Naraya.

"Buat apa?" Naraya bingung

Kio menarik Naraya duduk di bangku kosong di depan salah satu kelas.

"Tas lo bawa sini" Naraya menyerahkan Tasnya kepada Kio.

Kio membuka tas Naraya dan mengeluarkan semua isinya. Buku, kotak pensil, dompet, kaca, juga ponsel Naraya, lalu memasukkannya ke dalam kantong kresek besar itu. Kemudian Kio memasukkan kantong kresek itu ke dalam tas Naraya. Naraya makin kebingungan dengan apa yang Kio lakukan.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now