MENGULANG

3.9K 233 37
                                    

Pagi itu udara terasa sangat dingin sebab sejak subuh telah turun hujan, Naraya baru saja sampai di sekolah ketika melihat Bumi sudah tertunduk di kursi paling pojok. Kelas masih sedikit sepi. Sebab memang masih terlalu pagi.

"Bumi, masih pagi sudah lemes?" Naraya memegang pundak Bumi. Bumi menoleh pelan. Tatapannya redup, ada sedikit memar di ujung bibirnya.

"Kenapa? Jatuh lagi? Kenapa kamu sering banget jatuh si? Bisa lebih hati-hati tidak?" Naraya memegang memar di wajah Bumi, kening bumi mengernyit seakan menahan sakit.

"Jatuh kepleset tadi, halaman depan rumah licin habis hujan" Terlihat jelas Bumi sedang berusaha terlihat baik-baik saja.

Naraya menarik tangan Bumi berniat mengajaknya ke UKS.

"Ini kenapa UKS masih dikunci!!" Naraya menendang pintu UKS yang terkunci, Naraya ingin mengambil obat merah dan mengobati Bumi tapi...

"Masih pagi, Naraya. Jadi masih dikunci" kata Bumi pelan.

"Kamu tuh ya! Udah diem! Udah tau kesakitan gitu." Naraya menatap Bumi. Bumi tersenyum seakan tak terjadi apa-apa.

"Lho ini" Naraya mendelik melihat lengan kanan Bumi berdarah.

"Sudah kubilang tadi pagi jatuh"

"Tapi iniii"

"Udah udah! jangan bawel! Aku tidak kenapa-kenapa. Ini luka biasa aja karena kurang hati-hati"

"Kamu itu jangan ceroboh bisa, tidak? Kamu itu jangan bikin khawatir!!"

"Kamu kalau khawatir lucu ya! Jadi marah marah gini."

"Kaaaaan! Jangan ngeledek! Udah ah terserah, sakit aja terus sana!!" Naraya merengut dan berbalik meninggalkan Bumi.

Saat itu, Naraya hanya percaya bahwa apa yang dikatakan Bumi benar adanya, Naraya tak pernah menyangka bahwa dulu berkali-kali Bumi terluka itu karena Om Bimo. Ayah Bumi yang tega memukul Bumi.
Naraya tidak tau!!
Andai Naraya tau Naraya tak akan membiarkan Bumi merasakan itu, Naraya tak akan membuat Bumi tertekan karena kekhawatirannya yang seringkali justru terlihat kekanakan.

********

Sudah pukul tujuh malam, Naraya dan Bumi masih duduk di ayunan. Keduanya saling diam. Naraya merasa lega sebab tau bahwa ternyata Bumi masihlah Bumi yang sama, meski masih ada beberapa pertanyaan seperti

"mengapa Bumi tak berusaha menghubungi Naraya sama sekali? Mengapa Bumi justru bersikap seolah mereka berdua benar-benar asing?"

Naraya hanya mampu memikirkannya tapi tak berani menanyakannya langsung pada Bumi.

"Naraya, mungkin kamu akan menganggap ini sebagai alasan, tapi ini adalah keadaan yang sebenarnya. Aku pergi karena ayah memintaku untuk pergi dan melarangku menghubungi siapapun yang kukenal di sekolah lama kita. Kata ayah, ayah tidak ingin kejadian yang merenggut nyawa mama terbongkar. Aku harus pergi ke luar kota dan menjadi asing di sana. sekarang aku bisa balik lagi ke Jakarta dan sekolah di SMA Persada itu pun karena aku mengancam tak akan pulang ke rumah. Aku sungguh ingin bertemu lagi denganmu, itu sebabnya aku ingin kembali ke Jakarta, dan semesta sungguh berbaik hati mengabulkan permintaanku"

Bumi memberikan penjelasan yang sangat panjang, seakan Bumi paham apa yang sedang Naraya pertanyakan bahkan tanpa dikatakan oleh Naraya.

"Apa alasan Om Bimo setega ini?"

"Entahlah, yang aku tau, tanpa alasan yang jelas ayah bisa berubah menjadi monster yang memukuli semua yang ada di dekatnya, termasuk aku. Setelahnya ayah akan sangat menyesal dan memelukku seolah aku adalah orang yang paling dia sayang"

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Where stories live. Discover now