1. Prolog 🌦

686 38 4
                                    

Senja datang hanya karna ingin melakukan tugasnya dan pergi ketika tugasnya telah selesai

__ Lumut Hijau __

Rintikan hujan sore yang deras membasahi kota melayu itu. Beberapa pejalan kaki tampak menikmati hujan sore.

Walaupun mereka tau, hujan dapat membasahi pakaian, tapi mereka acuh saja. Toh, hujan hanya air bukan sebongkah batu.

Beberapa orang ada yang berteduh di depan depan ruko dan halte bus. Di halte itu seorang gadis masih dengan seragam putih abu abunya  ikut berteduh menunggu redanya hujan.

Jingga. Arunika jingga swastamita. Ia berteduh sambil terus memainkan ponsel, kalian tau ponsel? Handphone, tanpa henti, entah apa yang dimainkannya. tubuhnya kedinginan, tampak dari Jemarinya yang keriput, pucat.

Hujan semakin deras, halte bus mulai penuh dengan orang yang terus berdatangan untuk berteduh. Jingga melihat sekilas sekitarnya, ternyata sudah penuh dan sempit. ada apa dengan orang-orang ini, kenapa malas sekali mencari ruko atau rumah yang bisa di teduhi, halte ini sudahlah kecil, tidak sempurna pula melindunginya. dasar orang-orang bodoh.

Jingga menarik headset keluar dari saku roknya, memasang, dan menyumpalnya di telinga. rambut berkuncir gadis itu basah. Alunan musik Letto mengalun merdu di telinganya, sambil sesekali bersenandung, tak peduli sekitar yang memperhatikan dia.

Seseorang menarik headset tersebut, melepas dan membuangnya ke jalan hingga headset tenggelam dalam genangan air. Jingga terdiam kaku melihat headset miliknya, satu-satunya, sudah habis di siram hujan.

Jingga menatap pria di sampingnya, pria yang sudah membuang headset kesayangan.

"Apa?" tanya pria itu.

"gak liat ada petir? gak dengar ada guruh?" lanjutnya. Jingga hanya diam.

Jingga mengalihkan pandangan dari pria disebelahnya ini. kenapa berdebar sih? Dia kembali menatap pria itu, heran, membatin dan bertanya tanya.

Wajah khas aceh, hidung mancung, alis mata yang tebal, basah terkena tempias hujan. Ketika pria itu meneguk ludahnya tampak si jakun naik turun menambah pesonanya. Jingga menggelengkan kepala, mengembalikan kesadaran diri.

Petir dan guruh menikmati suaranya sendiri, menyambar kemana-mana.

karena tidak tahu harus apa Jingga memilih untuk mengambil kembali headsetnya. baru akan merunduk, siap sedia menembus hujan pria itu sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangan Jingga. gadis itu kembali ketarik kebelakang menambrak tubuh semampai si pria. Dahinya mengernyit melihat Jingga.

"Apa!?? apaa?? apa maumu????Apaa!"

lepas sudah suara yang sudah ditahan-tahan di tenggorokan itu, mengingat situasi dan kondisi di tempat umum, banyak orang jingga memilih diam tapi nyatanya suara itu lepas juga. jingga sedikit terisak, bukan karena lega suara yang ditahannya sudah keluar tapi karena malu, dia merasa malu dan tidak berani membuka mata dan wajah.

"Next time, jangan pake headset ketika hujan, diruangan terbuka pula. kita tidak tau apa yang akan terjadi" ucap pria itu sembari mengeluarkan headset bluetooth merk apel tergigit itu dari saku tasnya dan memberinya ke telapak tangan Jingga, membuat gadis itu menggenggam jemarinya erat. "Ganti headset lo yang gue rusak." Jingga diam seribu bahasa.

"jaketnya simpan dulu aja, dan gausah repot-repot di cuci soalnya itu udah lama banget belum gue cuci jadi gak usah lo cuci kalo repot"

Dalam hitungan menit pria itu sudah menghilang di persimpangan jalan. karena hujan sudah mereda satu persatu orang pergi dari halte sebelum hujan kembali. Halte kembali kosong menyisakan Jingga yang duduk termenung. 

jingga tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada laut yang ada di seberang jalan tempat ia berteduh.

Laut itu tampak tenang walaupun hujan menimpa dengan deras. Tapi bukan laut lah yang di tatap jingga saat ini, melainkan matahari. di mana senjanya? jika hujan senja tak ingin bertemu.

terdengar suara dering dari saku tasnya, ia bergegas mengangkat telepon tersebut. terdengar suara berat menyapa lebih dulu dari seberang telpon.

" senja datang hanya karena ingin melaksanakan tugas nya dan pergi ketika tugasnya sudah selesai " ucap Jingga.

" emang tugas nya apa? "

"menampakkan diri" jawab jingga.

"dia tau bahwa dia sangat disukai banyak orang hingga quotes pun di buat dengan namanya, karna itu, dia tau bahwa dia punya tugas penting untuk menampakkan diri didepan orang orang yang menyukai pemandangan nya, untuk dinikmati, contohnya ya kayak gue" jelas jingga menunjuk diri sendiri.

Pria diseberang terkekeh. "pasti harini senjanya gak ada kan? lagian kan hujan, ada mendung aja senja males apalagi hujan, masa ini aja anak senja gatau sih"

"diem ah!"

Sudah cukup puas bagi nya hari ini menikmati senja yang berbeda dan rasa yang berbeda pula. meskipun senja itu hanya ada dalam haluanya saja.

"gue mau pulang"

"perlu gue jemput?"

"Ga usah"

"tapi hujan nya belum reda! "

"lo sih kelamaan, tadi hujan reda bukannya langsung pulang malah nelponin gue, gatau kan lo gue tadi lagi menikmati hangatnya selimut" 

" gue disini bukan untuk berteduh tapi untuk melihat senja yang datang dan pergi "

"tapi kan senjanya gak ada"

"ya udah sih iyain aja!"

Hahaha.

tut tut tut. sambungan telpon diputus.

Ia mulai berlari menorobos hujan yang kembali lebat. Ia tau waktunya sudah terlambat untuk pulang, dan ia juga tau, sesampai dirumah ia akan dimarahi habis habisan oleh sang ibu. Bagi nya itu sudah biasa, sudah seperti rutinitas jadi tidak perlu takut dan tertekan. iya kan?

________________________________________

Haii gaysss jumpa lagi nih kita di cerita ke dua yang gue bikin. Ingat ya gays gue masih pemula jadi wajar kalo masih amburadul tulisan gue.

Follow nya jangan lupa gays, oups vote dan koment nya juga jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Bagaskara (Tamat)Where stories live. Discover now