15. lukisan 2

93 10 0
                                    

Kenapa bumi tidak berputar saja agar waktu juga ikut berputar. Aku ingin mengulang kembali tetapi di dunia tidak ada waktu yang kembali ke masa lalu

__Nissyarahim__

" Lo mau bawa gue kemana kar? " Tanya jingga ketika mereka sudah di setengah perjalanan. Jingga sedikit berteriak jika ingin berbicara karna hujan yang deras bersamaan angin akan menghanyutkan suaranya jika ia bersuara pelan.

" Ke sebuah ruangan " jawab kara yang juga sedikit berteriak.

" Karaaa " panggil jingga lagi. Suara nya semakin serak efek nada suara yang terus saja di keras kan.

" Apa. Udah gak usah ngomong terus itu suara Lo udah serak mending Lo diam aja deh. Nanti kalo udah sampe Lo boleh ngomong sepuas yang Lo mau " balas kara. Bibir dan tubuh nya sudah mulai menggigil. Karna dia yang mengendara maka dia yang terkena terpaan hujan dan angin yang berlawanan arah ketika berkendara dan jingga tidak terlalu kena karna dia ada di belakang kara, terlindungi oleh tubuh kara.

" Iyaa. Gue cuma mau nanyak wajah Lo gak sakit ya kena hujan? Kalo sakit sini biar gue gantiin aja bawa motor nya " Lanjut jingga.

" Sakit sih tapi gak usah lah ngga. Kayak Lo bisa aja bawa nih motor. Udah gak usah banyak ngomong ah gue lagi fokus nih nglindungin Lo dari hujan " ujar kara. Lalu diam mengutuk ucapan nya sendiri, menyesal dengan yang di bilang nya barusan. Pipi nya terlalu merah menahan malu.

" Ciee perhatian" ledek jingga akhirnya setelah debar jantung nya kembali normal dan pipinya kembali pucat seperti awal. Tapi senyum belum juga pergi, karena senang yang tidak bisa di sebutkan nya dalam bentuk lisan .

Kara menghentikan motornya di sebuah rumah yang cukup besar dan bertingkat berwarna maroon.

" Ini rumah siapa? " Tanya jingga turun dari motor ragu ragu.

" Gue " jawab kara singkat. Meletakkan helm nya di atas motor.

" Serius? " Jingga memastikan.

" Hm "

Tak ada lagi percakapan diantara mereka setelah itu. Jingga hanya menurut saja kemana pun kara akan berjalan, dia hanya mengekori dengan wajah polos dan lugunya.

Aaww

Kara menoleh kebelakang melihat jingga. Lalu melihat wajah nya yang sedikit berdarah di bagian pipi kirinya akibat goresan duri dari ranting bunga kertas.

" Lo ngapain sih ngga, sampe berdarah gitu pipi Lo " ujar kara. Membuang nafas kasar. Lelah melihat tingkah jingga.

" Tadi gue lagi jalan terus gue gak nampak ada bunga kertas di samping trus wajah gue ke gores deh trus luka trus berdarah tr__

" Trus. Lo mau bilang itu kan? Kebanyakan trus nya Lo , udah sini cepat gue obatin. Eh tunggu!! Lo tunggu sini aja gue mau kedalam dulu ambil kunci ruangan nya, jangan kemana mana dan jangan masuk. Paham!!! " Kara menegaskan ucapan nya dari kata " eh tunggu sampai habis " agar terdengar jelas dan lebih paham lagi oleh Jingga.

Jingga hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Lalu duduk diatas pot bunga besar yang terbuat dari tanah liat. Pot itu sangat bagus dan cantik, sangat terlihat bahwa harga pot itu pasti mahal.

" Kamu siapa? " Tanya seorang wanita paruh baya.shinta. Mata nya sedikit kesal menatap jingga.

Bukan langsung berdiri melihat pemilik rumah dia malah hanya tersenyum manis.

" Anak muda!! Tolong itu pot nya jangan di dudukin. Liat lah bunga nya penyek kamu dudukin " cetus Shinta gemas.

" Ha. Eh maaf maaf Tante maaf gak sengaja " jingga langsung berdiri dan mengangkat mendirikan kembali bunga yang penyek. Dia kesusahan karna terlalu gugup dan gelagapan.

Bagaskara (Tamat)Where stories live. Discover now