30. wacana study tour

78 6 0
                                    

Kara memeriksa kembali proposal kegiatan study tour yang akan diadakan. Karna kegiatan tersebut membutuh kan dana itulah sebabnya ia membuat proposal untuk meminta dana pada sekolah agar bisa menutupi kekurangan-kekurangan dana kegiatan.

" Yusti ". Panggil kara datar, pada adik kelasnya yang sudah menjabat sebagai sekretaris OSIS. Walaupun jabatan nya sudah lengser sebagai ketua OSIS, karna sudah kelas XII, dia tetap membuat wacana study tour ke Bandung, yang sudah di buat nya beberapa bulan lalu, dan baru akan dilaksanakan sekarang.

" Iya kak? Ada apa kak? ". Tanya Yusti, tersenyum manis. Walaupun senyum nya akhir akhir ini selalu di balas dengan masam oleh kara gadis itu tetap tidak jengah. Cinta nya pada kara membuat nya buta segala hal.

" Nanti kalo proposal nya udah di setujuin pihak sekolah, tolong kamu segera bikin laporan proposal nya trus sama dispensasi untuk para orang tua peserta. Oya satu lagi, yang akan ikut study tour tolong di data orang orang nya ". Perintah kara. Hari hari nya terasa begitu pelik tiap detiknya. Tak ada warna tak ada sesuatu yang bisa di perjuangan kan dan di banggakan nya. Semuanya sudah berakhir.

" Kak ". Panggil Yusti lagi karna kara tidak menjawab pertanyaan nya.

" Iya ". Jawab kara setelah sadar. Wajahnya masih datar.

" Enggak kak. Ada lagi? ". Ulang Yusti.

" Ouh. Enggak itu aja, kamu boleh pergi ". Intruksi kara. dia kembali memeriksa data data, laporan, dan dokumen dokumen penting yang harus di urus dan di tanda tangani.

Kara berdiri, hendak mencari Yusti, karna masih ada lagi yang harus di bicarakan dan tugas yang harus di lakukan sekretaris itu.

" Mau kemana kar? ". Tanya Dinar, sekretaris OSIS pada masa jabatan kara.

" Gue mau nemuin Yusti, lo liat dia gak? Masih ada tugas yang harus dia lakuin ". Ujar kara memberitahu.

" Tadi gue liat dia jalan ke ruangan kepsek ". Jawab Dinar. " Ah iya bener, kok gue gak kepikiran ya, oke gue cab dulu ya ". Pamit nya terburu buru.

di perjalanan kara mendadak berhenti karna melihat jingga yang sedang duduk di kursi penonton, sedang menonton pertandingan basket. Jantung nya berdegup sangat kencang. dia ingin rasanya melangkah menghampiri jingga tapi sayang nya, ego mengalah kan nuraninya.

Jingga tau bahwa kara sedang menatap nya sekarang tapi apa boleh buat, dia tak ingin terlihat bahwa dia juga ingin menemui kara. Dia memang sedang menonton pertandingan tapi pikiran nya tidak pada pertandingan tapi jauh entah kemana.

" Kak kara! Ada ada apa kak? ". Tanya Yusti, dia berhenti di depan kara karena melihat pria itu berdiri diam ditengah koridor.

" Ee em gak kok, oya kebetulan ketemu disini, saya nyariin kamu dari tadi ". Ujar kara, tanpa berfikir bahwa kalimat biasa saja bisa membuat gadis di depannya itu melayang di udara.

" Sumpah, demi apa lo yuss, kak kara nyariin lo, OMG gue seneng banget, kira kira kak kara mau ngapain ya nyariin gue? Jangan jangan kak karaa....oh noo gue gak nyangka gue mimpi apa semalemmmm ". Batin nya. Menggemas senang, dan senyum senyum sendiri.

" Kami kenapa? ". Tanya kara yang bingung dengan tingkah Yusti.

" Eh gak kok kak, kakak nyariin aku ada apa ya kak? Sambil jalan aja yuk kak ngobrol nya ". Jawab Yusti, sembari memberi saran, supaya lebih nyaman.

" Oh gak gak gak, itu gak perlu, gak lama juga kok, saya nyariin kamu cuma mau bilang kalo, ntar sebelum pulang sekolah tolong semua siswa-siswi di kumpulin di lapangan untuk mengumumkan pelaksanaan study tour nya. Eh tunggu, kepsek udah nyetujuin proposal nya kan? ". Jelas kara sekaligus bertanya.

" Udah kok kak, kepsek udah nyetujuin kalo sekolah akan menutupi kekurangan dana ". Balas Yusti senang bercampur kecewa, bahwa tidak ada yang spesial diantara percakapan nya dan kara. Itulah mengapa dia kecewa, apa yang dia pikirkan tidak sesuai ekspektasi.

" Good!! Thanks yaa ". Ujar kara senang, sembari menepuk nepuk pelan bahu Yusti. Hanya tepukan biasa kara mampu membuat Yusti meleleh dan semakin membuat nya salah tingkah.

Jingga, meremas remas ujung baju nya kesal. Hatinya benar benar panas melihat kara dan Yusti si bunglon, julukan yang di berikan oleh jingga ketika Yusti mencari perhatian kara dua bulan lalu.

" Kenapa ngga? Lo panas ya? Gue juga panas! ". Ujar Rahma, menyadar kan jingga dari kekesalan nya melihat kara dan Yusti.

Jingga membalas ucapan Rahma dengan delingan kesal. " Hai jingga ". Sapa Azhari anak baru di kelas nya.

" Eh hai Rii ". Balas jingga menyapa. Setelah membalas sapaan Azhari jingga melihat ketempat kara dan Yusti berdiri tadi. Matanya menyusuri tiap tiap sudut koridor tapi orang yang di cari tidak ada.

" Kemana pergi nya tuh orang? Ahh payah!! Azhari lambat sih datang nya, kan kara keburu pergi ". Gumam nya kesal masih mencari dengan mata.

" Nyari siapa sih? ". Tanya Azhari bingung.

" Eh enggak kok, duduk Rii ". Ujar jingga mempersilah kan. Azhari duduk ragu ragu. Baru saja ia menduduk kan pinggul nya jingga sudah bersuara untuk pamit.  " Eh iya, gue baru ingat kalo PR Bindo belum gue kerjain, gue kelas dulu ye ". Azhari membalas dengan tersenyum kecut.

" Gue juga, nikmatin pertandingan, ntar tim siapa yang menang kasih tau gue ya, Bye ". Pamit Rahma juga, terburu buru, ingin mengejar jingga yang sudah duluan.

" Hari ini ada pelajaran bindo ya? ". Tanya Rahma ketika sudah berjalan di samping jingga. " Gak ada ". Jawab jingga enteng.

" Ih bego! Kalo gak ada kenapa lo alasan pake blum ngerjain PR Bindo, kan hari ini gak ada Bindo, ketauan bohong lo ". Balas Rahma tanpa berfikir. Mendengar balasan Rahma jingga berhenti mendadak.

" Ih apasih? Gak usah mendadak deh berhenti nya ". Kesal Rahma, merungut.

" Kenapa sih ngga lo liatin gue gitu banget? Gue salah apa coba? "

" Dia gak bakalan tau gue bohong, jadi sante ae ". Ujar jingga kesal lalu melanjutkan perjalanan. " Kata siapa dia gak bakalan tau? Kan dia sekelas sama kita Bambang ". Jingga kembali berhenti. Wajahnya berubah merah. Diam beberapa detik, lalu tertawa sangat kencang. Jika jingga tertawa maka Rahma hanya bisa menatap heran dengan tingkah Jingga yang tiba tiba tertawa begitu kerasnya.

" Eh anjirr, kok bego banget yaa guee, Astagaa jinggaaa jinggaaa " ujarnya disela sela tawa. Dia mengelap dengan jari air mata nya yang keluar sedikit di ujung sudut kelopak mata, karna terlalu keras tertawa. Rahma hanya menggeleng prihatin melihat tingkah sepupu nya yang semakin hari semakin tidak tentu arah. Perasaan nya selalu berganti ganti tiap menitnya.







Salam manis
Lintasan_Bintang

Bagaskara (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang