7. Siapa Atma? ⛲

137 15 0
                                    

Mendengar nama nya saja sudah membuat ku goyah, aku tidak bisa menyatakan perasaan yang kurasakan dalam lisan maupun tulisan

Jingga merapikan pakaian nya setelah sarapan. Ia mengambil ransel sekolahnya untuk segera berangkat.

" mah jingga pergi ya " pamit jingga mengecup punggung tangan ibunda nya yang single parrents.

" oh iyaa nanti abang mu pulang, tolong beliin kue ya selepas pulang dari sekolah " pinta mira sambil menatap putri nya simpati.

Jingga tersenyum mengiya kan dan pergi.

" jinggaaaa " nafhesa memeluk erat tubuh ramping jingga membuat gadis itu sulit mengendalikan nafas nya.

" guee kangenn banget ama lo ngga " nafhesa tersenyum senang menatap teman nya itu. Mereka sudah seperti bersaudara. Hingga wajah mereka berdua pun di sangka mirip jika sedang berdua.

Jingga hanya tersenyum simpul. Mimpi yang di alami nya malam tadi masih mengusik pikirannya.

" kenapa ngga? " tanya nafhesa ketika melihat perubahan raut di wajah jingga.dilihat dari raut wajah jingga Ia tau bahwa jingga sedang sedih.

" atma " jawab jingga lirih dan memeluk erat tubuh teman nya itu. Ia tumpah kan semua air matanya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghilang kan perasaan nya yang tidak karuan.

Nafhesa kembali mengingat masa masa satu tahun silam ketika jingga senang dekat bersama atma. Kini pria itu kembali mengusik pikiran sahabat nya.

" lo blum juga bisa lupain atma ngga? " tanya nafhesa ikut simpati melihat keadaan jingga.

Jingga mengelap air mata nya dan tersenyum. Lesung pipi dan gingsul nya yang muncul ketika ia tersenyum semakin membuat senyuman nya lebih terlihat.

" dahh ah melow terus gue kalo ngomong in dia " ujar jingga memperbaiki posisi duduk nya dan berusaha tegar.

®®®

" gue mau ke taman belakang sha, nemuin kara " jingga merapikan peralatan tulis nya dan membawa kameranya. Kamera tak pernah lepas dari pangkuan nya.

" hm, gue di tinggal nih maksud nya " jawab nafhesa ketus.

" iyaa, bentar doang kok " jingga cengengesan dan pergi menuju taman belakang.

" hai kar! Ngapain? " sapa jingga membuat pria jangkung yang tengah menggambar sesuatu itu terkejut dan cepat cepat menutup gambar nya.

" ee ha haii ngga, sendirian? " tanya kara basa basi.

" iya " jawab jingga tersenyum dan duduk di samping kara.

" gak berwajah dua lagi lo kar? " ledek jingga tanpa menoleh dari memainkan kan kameranya.

" jadi lo pengen gue punya wajah dua lagi " kara berpura pura kesal.

" canda kali kar, eh gue mau ke kelas dulu kesian nafhesa gue tinggal sendiri "

" yahh kalo gitu lo ngapain ke sini kalo cuma bentaran doang " rungut kara.

Jingga hanya tersenyum menangapi dan pergi meninggal kara yang tanpa ia sadari bahwa ia menjatuh kan sebuah buku di sana.

Kara mengambil buku jingga yang terjatuh. Rasa penasaran tiba tiba menghampiri nya. Buku kecil berwarna jingga dan unik semakin membuat kara penasaran. Buku itu tampak sudah mulai usang.

Kara membuka halaman pertama buku itu, ia terkejut ketika halamam pertama buku itu tertempel sebuah foto yang sepasang. Foto jingga bersama pria tampan dan tinggi.

Bagaskara (Tamat)Where stories live. Discover now