39. menyakitkan

76 6 0
                                    

maksud kakak apa? " tanya Yusti.

" kamu itu Yusti, aku nganggap kamu udah seperti adik aku sendiri yus, gak mungkin kan aku pacaran sama adik sendiri, kalo aku pacaran sama kamu, jika suatu saat hubungan kita retak, aku gak hanya kehilangan kekasih aku aja tapi juga adik aku, kamu tau kan aku gak punya adik, aku udah kehilangan seseorang dan aku gak mau kehilangan kamu juga yus " jelas kara lembut sembari mengelus rambut hitam yusti. jingga Kembali menatap kara dan tersenyum.

" dan kamu juga tau kan, aku tuh suka nya sama jingga, tapi sayang cinta itu tak lagi mau memberi aku kesempatan " lanjut kara lagi.

jingga berdiri dan pergi begitu saja setelah mendengar ucapan kara barusan. kara hanya bisa diam sembari menatap pergi.

" ayo! kita langsung ke wisma aja, gak usah di lanjutin hari ini, siap siap untuk besok pulang jam 11 ya " perintah kara, lalu pergi meninggalkan yusti dan Shinta yang masih duduk disana.

®®®

jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, namun mata nya belum juga terkatup. ia masih duduk di lantai, bersandar kan pada dinding tempat tidur.

" jingga, belum tidur? " tanya Nafhesa tiba tiba, karna terbangun.

" lo ngapain? " tanya Nafhesa lagi sembari turun dari tempat tidur nya dan menghampiri jingga, ikut duduk di sana.

" ada apa ngga? lagi ada masalah ya? ".

Nafhesa merangkul bahu jingga dan mengusap bahu itu pelan, mencoba menguatkan gadis di sampingnya. pelan pelan jingga melepas rangkulan tersebut dan menghadap kan tubuhnya ke arah Nafhesa.

" gue mau nanya, boleh? " ujar jingga membuka suara.

" ya boleh lah, mau nanya apa? " jawab Nafhesa tersenyum lebar.

" lo masih suka sama kara? " tanya jingga to the point.

perlahan senyum lebar tadi turun begitu saja setelah mendengar pertanyaan jingga. Nafhesa menelan ludah nya, bingung harus menjawab apa, ia takut jawaban nya akan kembali merusak persahabatan mereka.

" Nafh, jawab jujur, gue butuh jawaban lo Sekarang, gak usah pikirin perasaan gue, lo tinggal jawab yes or no " ujar jingga, paham dengan situasi saat ini.

" lo yakin gak papa? kita gak bakal marahan lagi kan? " ujar Nafhesa memastikan.

" ya gak lah! gak mau banget gue harus marahan lagi sama lo cuma karna masalah yang sama! gue cuma mau mengklarifikasi aja kok, supaya gak ada lagi kesalah pahaman " jelas jingga senang. Nafhesa mangguk mangguk mengerti.

" iya ngga, gue masih suka sama kara " jawab Nafhesa akhir nya. ada sedikit rasa perih di hati nya mendengar jawaban Nafhesa, tapi apa boleh buat, dia lah yang memulai nya, ini adalah resiko yang di terima nya dengan menanyakan itu. ia berharap jawaban nya adalah tidak , tapi ini adalah kenyataan.

" kenapa ngga? maafin gue ya ". Nafhesa berubah panik melihat melihat ekspresi jingga yang berubah murung.

" oke bagus! " teriak jingga tiba tiba. begitu lebar senyum yang di keluarkan nya, membuat raut bingung di wajah Nafhesa.

" lo baik baik aja? " tanya Nafhesa ragu ragu. jingga mengangguk cepat sembari tersenyum, seperti tidak terjadi apa apa. padahal di balik raut bahagia itu ada raut kesedihan yang kuat.

" udah mau jam 3, mending lo tidur lagi aja Nafh " perintah jingga setelah melihat jam tangannya.

" lo gak tidur? "

" belum ngantuk, gue mau begadang, lanjut nulis " balas jingga beralasan.

" masih nulis lo? "

" masih dong, ya walaupun belum niat gue buku in, tapi gue nulis buat seneng seneng aja "

" ouhh, yaudah gue tidur duluan ya " pamit Nafhesa lalu kembali ke tempat tidur setelah di balas anggukan oleh jingga.

jingga membuang napas berat setelah ia kembali duduk sendirian dan gelap. tidak ada yang spesial hari ini. justru hari ini ia merasa bimbang.

karna sudah terlalu lama duduk jingga berdiri untuk merenggang kan otot otot lalu berjalan menuju jendela untuk berpindah posisi di sana. ia berdiri di balik jendela, melihat langit yang masih gelap, padahal ini sudah termasuk pagi, tapi matahari belum naik, itulah sebabnya langit dan di keadaan di luar masih gelap. hanya lampu jalan dan lampu rumah warga yang hidup untuk menerangi tempat di sana, tidak ada bulan yang terlihat oleh nya dari arah ia berdiri.

jingga menoleh ke nakas di tempat tidur nya, karena mendengar notifikasi dari handphone. tanpa ragu jingga mengambil handphone tersebut, penasaran siapa yang memberi nya pesan di jam segini. tertera nama kara di notifikasi tersebut, lalu membuka pesan untuk di lihat isi nya dan di balas

kara

belum tidur?

belum
kenapa?

gak papa, nanya aja
mau gue temenin begadang nya?

gak usah
gue udah mau tidur

oh Yauda good night kalo gitu

ini udah pagi
bukan malam lagi

masa gue ngucapin nya good
morning, kan lo mau tidur

gak usah ngucapin

ok! selamat tidur

eh tunggu!gue mau ngomong
sama lo 4 mata nanti, gue tunggu di
kafe sekitaran wisma jam set 11
sebelum pulang!

ok

jingga melempar handphone nya ke tempat tidur setelah selesai percakapan via WhatsApp nya dengan kara. walaupun begitu ia belum mau tidur alhasil ia masih berdiri di jendela hingga notifikasi pesan dari kara muncul kembali, namun jingga tak ingin membalas nya, ia hanya membaca saja.

kara

katanya mau tidur
kenapa masih di jendela?






salam manis
Lintasan Bintang

Bagaskara (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang