22. kara

74 10 0
                                    

" jingga " panggil kara lirih. Dia mengambil tangan jingga lalu menggenggam nya. Dan jingga hanya diam melihat dan membiarkan kara terus menggenggam jemari lentik nya. Seperti nya dia sudah sedikit tenang setelah beberapa Hari ini mengalami konflik yang membuat pikiran nya berat, sehingga menjadi sebuah beban.

" Apa " tanya Jingga. Karna Kara belum juga melanjutkan kalimatnya.

" Udan kayak sepasang kekasih yang romantis blum kita? " Tanya kara bercanda dan menggoda.

" Apaan sih " kesal Jingga. Kesal nya bukan kesal karena marah tapi kesal karna lelucon kara yang selalu membuat nya ingin tertawa, selagi pun dia sedang marah.

Kara terus berlelucon. Tanpa disadari sebuah leluconnya menjadi sebuah kepedihan, dan kebencian yang dialami seseorang diseberang tempat nya dan jingga duduk.

Pria misterius yang setiap harinya, setiap detiknya, setiap menitnya selalu menatap, memperhatikan, dan mengikuti semua gerak gerik Jingga dan kara untuk saat ini hanya bisa diam menatap mereka dengan Semua rasa perasaan yang di rasankanya.

" Udah isya nih ngga, pulang yuk, besok harus sekolah kan? " Ajak kara melepas jaket nya lalu mememakai kan nya pada jingga seperti biasanya.

" Pasti Lo gak bawa jaket lagi kan hari ini? Untung gue bawa "

" Kata siapa? Gue bawa kok, nih liat, gue bosen dengerin cerewet Lo yang marahin gue Mulu cuma karena gak bawa jaket " jingga mengeluarkan jaket nya lalu melingkar kan nya di pinggangnya dan pinggang kara, sehingga membuat tubuh mereka menjadi dempet dan menjadi bersatu.

" Gue cerewet karna gue sayang, Lo harus nya beruntung bisa di sayang in sama orang seganteng gue, se cool gue, se waw gue, se Ter lah pokoknya " pede kara bergaya. Hingga mendapatkan Satu Jambak kan di rambut nya oleh jingga.

Mereka tertawa memikirkan kembali kekonyolan yang mereka lakukan.

Karna tangan nya terkurung di dalam lingkaran jaket, kara mengeluarkan nya, lalu, merangkul kan nya di bahu jingga.

Mereka tidak pulang dengan motor. Kara sengaja meninggalkan motor nya di kafe karna jingga Ingin diantar pulang dengan jalan kaki, dengan alasan Agar dia bisa lebih lama lagi bersama kara malam ini.

®®®

Kara kembali berjalan kaki menuju kafe mengambil motor nya setelah ia mengantar jingga pulang.

Bugh

Arghh

" Sakit? " Tanya pria misterius. Pria itu tiba tiba melayang kan tendangan ke perut kara ketika ia sedang dalam perjalanan menuju kafe. Kara meringis kesakitan memegangi perutnya.

Kara masih belum bangun dari jatuh nya. Dia masih mencoba melihat wajah orang misterius yang memukuli nya secara tiba tiba.

" Itu baru satu, Itu masih pemanasan, dan permainan belum di mulai, Lo yang memulai duluan mengibarkan bendera permusuhan dan penghianat tan " ujar pria itu dengan suara yang sengaja di serak kan nya, agar terdengar berbeda dan menyeramkan.

" SIAPA LO " berang kara masih memegangi perut nya.

Bugh

Arghh

Kurang ajar

" Itu baru dua sobat " ujar pria itu lagi setelah melayangkan tinju pada wajah kara, sehingga mengeluarkan darah segar di ujung sudut bibir Kanannya.

Pria itu lalu pergi meninggalkan kara yang terus berteriak memanggil nya.

Arghh

" Sialan " kesal kara meninju angin.

" Siapa sih tu orang " kesal nya lagi mencoba untuk berdiri melanjutkan perjalanan.

" Kara "  kara menoleh melihat siapa yang memanggil namanya
" Lo kenapa? " Tanya rian, orang yang memanggil kara barusan.

Kara mendengus kesal, malas menceritakan apa yang terjadi pada nya beberapa menit lalu. Dia malas untuk mengingat nya kembali. Alhasil Rian hanya diam membantu kara pulang kerumahnya.

" Lo kok bisa disini? Ngapain? " Tanya kara pada rian yang kesulitan memapah tubuh ideal kara yang banyak di idamkan para lelaki.

" Gue kebetulan lewat sini trus liat Lo kesusahan mau berdiri tadi yaudah gue bantuin deh " Jawab Rian.

®®®

Kara langsung merobohkan tubuhnya di atas kasur. Sedikit demi sedikit penat di badan nya lumayan berkurang. Kasur yang empuk semakin membuat tubuh nya terasa nyaman untuk di istirahat kan.

" Karaa " teriak cempreng Rani dan mairet melompat ke atas kasur kara. Dan kara hanya bisa mendengus pasrah karena dia baru saja ingin terlelap tapi pengganggu kembali datang mengusik ketenangan nya. Jika jingga yang di posisi Rani dan mairet dia tidak akan mengeluh, sebab memang itu yang di inginkan nya. Satu rumah, satu kamar, satu ranjang, satu pasang, dan satu hati dengan jingga. Gadis yang kini sedang hadir di hidupnya entah sampai kapan. Dia tidak pernah mengeluh sedikit pun jika jingga yang menggangu nya.

Oh indah nya jatuh cinta

Kara terbelalak kaget dengan apa yang barusan di dengar nya dari mulut Rani. Rani menautkan kedua alisnya mengisyaratkan kata " Apa ".

" Itu yang barusan Ngomong siapa? " Tanya kara masih berdegup kaget serta cemas. Takut Rani mengetahui nya bahwa dia sedang jatuh cinta dan cintanya itu sudah di dapat nya. Jika Rani tau satu keluarga akan tau Karna mulut ember rani, dan dia tidak ingin Semua keluarga nya tau, dia belum siap.

" Siapa? " Tanya kara lagi.

" Gue! emang kenapa? " Jawab Rani.

" Kenapa Ngomong gitu? "

" Lah emang kenapa? Gue kan lagi jatuh cinta kar, lagi berbunga bunga " jawab Rani bergaya lebay seperti anak alay.

Kara menyipit kan mata nya menyelidik kearah Rani.

" Ahahaha haha aaaa sakitt haha sakit hahaha, cukup mai cukup geli mai hahaha " mairet terus menggelitiki kara, karna mairet sedang kesal pada nya.

" Cukup " Bentak kara menggulingkan tubuh nya ke lantai menjauhi mairet.

" Kenapa sih Lo? " Tanya kara kesal.

" Gue gak suka Lo pacaran sama jingga " ujar mairet, mengucek ngucek hidung nya gatal karena pilek.

" WHAT " kaget Rani berpindah tempat menjadi berdiri di depan kara.

" Gara gara Lo ni mai, Rani jadi tau " tuduh kara mendorong Rani kesamping, lalu, melompat ke atas kasur.

" Oo jadi Lo gak suka gue tau, oke, gue gak bakal ngurusin Lo lagi, urus diri Lo sendiri sana, gue udah gak peduli lagi sama Lo " sela rani marah membanting pintu kamar.

" Bukan gitu maksud gue ran " kara mencoba menjelaskan.

" STOP " henti Rani. " Jangan ikutin gue terus " lanjut Rani masuk ke kamar nya

" RANI. RANI BUKA PINTU NYA RAN. RANI!!! " Panggil kara menggedor gedor pintu kamar Rani..

" Pergi sana Lo, jauh jauh dari kamar gue " teriak Rani marah.

Akhirnya kara kembali ke kamar nya untuk memarahi mairet. Dia tau kalau mairet sengaja mengatakan nya.


Salam manis
Lintasan_Bintang

Bagaskara (Tamat)Where stories live. Discover now