Part 2

23.5K 1.5K 18
                                    

Happy Reading❤

⏳⏳⏳

6.30 AM

Seorang pemuda yang sedang bergelung dibawah selimut tebalnya perlahan-lahan mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya matahari yang menembus dari celah-celah gorden jendela kamarnya. Pemuda itu yang tak lain adalah Devon Rezaka Azfiandra.

Devon bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. 10 menit telah berlalu, kini Devon sudah siap dengan penampilannya yang jauh dari kata rapih.

Kemeja seragam yang tidak di masukkan ke dalam celana, dasi yang si ikat asal, rambutnya yang tidak di sisir dengan rapih, dan memakai sepatu berwarna putih yang faktanya hal itu sangat menentang peraturan di sekolah untuk memakai sepatu berwarna putih.

Devon segera mengambil hoodie hitam miliknya di dalam lemari lalu memakainya. Setelah selesai, Devon mengambil tas sekolahnya, dompet, hp, dan kunci motornya yang ada di nakas samping tempat tidur lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Devon menuruni tangga rumahnya dengan pelan, tapi saat hampir sampai dibawah dia mendengar suara tawa kembarannya yang berasal dari arah meja makan yang letaknya tak jauh dari tangga. Devon yakin jika keluarganya saat ini sedang sarapan bersama di iringi dengan candaan, yang pastinya tanpa dirinya.

Saat sudah dibawah, Devon segera melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat menuju pintu utama agar tidak melihat lebih jauh lagi keluarganya yang sedang bahagia, karena itu akan membuat hatinya semakin sakit.

Tetapi saat Devon sampai diruang tamu, sebuah suara menyebut namanya. Devon sangat mengenali suara yang memanggilnya itu, suara yang sangat dia benci. Namun, kenyataan yang sebenarnya lagi-lagi menamparnya, bahwa orang yang dia benci itu adalah saudaranya, lebih tepatnya kakak kembarnya.

"Dev, ayo sini kita sarapan bareng". Ujar Devan dengan suara ramah dan senyumnya yang mengembang.

Devon menghentikan langkahnya, namun tak berniat berbalik badan untuk menatap orang-orang yang ada di ruang makan itu.

"Sampai kapanpun, gue gak akan sudi mau makan bareng kalian, terutama Lo." Ucap Devon dingin dengan menekankan kata Lo pada Devan. Namun Devan tak berniat membalas perkataan Devon tadi. Sedangkan orang tua dan kakak Devan sudah menggeram marah hendak memarahi Devon, namun Devan segera mencegahnya.

Devon kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju ke garasi untuk mengambil motor ninja miliknya dan bergegas berangkat ke sekolah.

"Kakak gak suka ya Van kalo kamu perduliin dia kayak tadi, dianya aja gak mau di perduliin, jadi buat apa kamu perduli sama dia." Ucap Davin dengan nada tak sukanya.

"Tapi Devon juga kan keluarga kita kak, jadi apa salahnya kalo aku ajak dia sarapan bareng". Ucap Devan membela Devon.

"Udah-udah, ini masih pagi dan papa gak mau kalian merusak suasana pagi ini cuma karena anak gak tau diri itu." Timpal Brata tak ingin memperpanjang masalah, sebenarnya Brata merasa jengah dan kesal karena Devan selalu membela Devon.

"Tapi---, ucapan Devan dipotong oleh suara Veni.

"Udahlah Van, mending kamu cepet selesaiin sarapan kamu dan berangkat sekolah, ini udah siang dan mama gak mau kalo kamu sampai terlambat karena bahas anak itu." Ucap Veni memotong ucapan Devan dengan kesal.

"Kalo gitu Devan pamit sekolah dulu." Ucap Devan segera bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju pintu utama setelah berpamitan pada orang tua dan kakaknya.

Devon [END] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon