Part 8

13K 947 14
                                    

Tak terasa sudah satu bulan lamanya Devon terus mengonsumsi butir-butir obat yang sekarang telah menjadi penunjang hidupnya untuk bisa tetap bertahan hidup lebih lama lagi. Selama sebulan ini pun Devon dan Nadia menjadi semakin dekat. Dan selama sebulan itu juga Devon tidak pernah menjalani kemoterapi yang dianjurkan oleh Dokter Bram. Devon hanya sesekali mengecek keadaan paru-paru nya saja saat rasa sakit didada nya tidak bisa diatasi hanya dengan obat yang biasa Ia minum.

Saat ini Devon sedang berada dikantin dengan Arka dan Rano. Devon memainkan handphone nya seraya duduk dimeja paling pojok dan menunggu Arka dan Rano yang sedang mengantri membeli makanan karena saat ini kantin sedang sangat ramai dikarenakan sudah waktunya jam istirahat.

Devon mengangkat kepalanya setelah meletakkan handphone nya dimeja kantin. Lalu matanya tak sengaja menatap kearah pintu kantin, tepatnya kearah seorang perempuan yang tak lain adalah Nadia, yang sepertinya sedang mencari tempat duduk.

Saat Devon akan menghampiri Nadia, Devan sudah lebih dulu menghampiri Nadia, dan sepertinya mengajak Nadia untuk duduk bersama dengan Devan.

Devon bangkit dari duduknya menghampiri Devan dan Nadia yang masih berada diambang pintu kantin.

"Nad, duduk sama Gue dan temen-temen Gue aja." ajak Devan ramah mengajak Nadia.
"Nadia duduk sama Gue." ucap Devon dingin saat sudah berada diambang pintu kantin, kemudian menggandeng tangan Nadia berniat membawanya ke meja tempat Ia dan teman-teman nya makan sebelum sebuah suara mengintrupsinya.
"Nadia bareng Gue aja." ucap Devan memegang tangan Nadia yang lain.

Devon melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Nadia lalu berjalan mendekati Devan dan berbisik ditelinga Devan yang seketika membuat Devan mematung.
"Lo boleh ambil semua yang Gue punya kapanpun, tapi gak untuk kali ini. Apalagi kalo Lo ngambil Nadia, Gue gak akan pernah rela." Bisik Devon tajam.

Setelah berbisik pada Devan, Devon langsung menarik tangan Nadia menuju mejanya yang sudah ada Arka dan Rano disana.

Saat Nadia duduk dimeja tempat Devon, Arka dan Rano duduk, banyak siswi yang berbisik membicarakan tentangnya.

"Kegatelan banget sih tuh anak."

"Masih adik kelas aja udah berani deketin Devon."

Kurang lebih seperti itulah bisikan-bisikan yang membicarakan Nadia. Devon yang mendengar itu menatap tajam pada semua para siswi yang ada dikantin saat melihat Nadia yang menunduk. Seketika, para siswi yang tadi membicarakan Nadia menunduk takut melihat tatapan tajam milik Devon.

"Makan." perintah Devon setelah duduk dikursinya lalu menyerahkan mangkok berisi bakso miliknya pada Nadia.
"Gak usah Kak, Aku beli sendiri aja, lagian ini kan punya Kakak." tolak Nadia.
"Makan." ucap Devon lagi tak terbantahkan.
"Udah Nad makan aja." timpal Rano yang sedari tadi hanya menonton sambil memakan makanannya.

Setelah mempertimbangkannya, Nadia akhirnya memakan bakso milik Devon. Tak lupa juga Nadia mengucapkan terima kasih pada Devon.

Suasana dimeja yang Nadia, Devon, Arka, dan Rano tempati kembali hening dengan Nadia yang memakan baksonya, Arka dan Rano yang sedang memainkan handphone nya, dan Devon yang memandangi Nadia makan.

Kringgg... Kringgg... Kringgg...

Bel masuk telah berbunyi, membuat para siswa siswi berhamburan meninggalkan kantin untuk kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Kak, Aku ke kelas dulu ya, makasih buat bakso nya." ucap Nadia berdiri dari duduknya.
"Hmm, pulang Gue anter." ucap Devon.
"Tapi Aku dijemput supir Kak." tolak Nadia takut-takut.
"Telfon supir Lo, bilang sama Dia gak usah jemput." perintah Devon.
"Iya Kak, nanti Aku telfon supir Aku, Aku pamit ke kelas dulu." ucap Nadia menuruti perintah Devon lalu melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Devon [END] Where stories live. Discover now