Part 4

16.9K 1.3K 9
                                    

Happy Reading❤

⏳⏳⏳

Malam semakin larut, sore telah berganti menjadi malam, hujan pun telah reda dan waktu telah menunjukkan pukul 9 malam.

Devon bangun dari tidurnya kemudian segera bangkit menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah dari kamar mandi, Devon memakai jaketnya dengan perlahan, perih itulah yang dirasakan Devon saat luka sayatan di kulit lengannya bergesekan dengan lengan jaket yang dia pakai. Setelah selesai memakai jaketnya, Devon segera mengambil kunci motor, handphone dan dompetnya lalu bergegas keluar dari kamar. Tak lupa, Devon mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu.

Saat Devon hampir sampai di pintu utama, Devon menghentikan langkahnya karena ada sebuah suara yang mengintrupsinya.

"Mau kemana kamu? ini udah malem." Tanya Davin saat melihat Devon hendak membuka pintu utama.
"Tumben peduli." ucap Devon menyindir, karena tak biasanya kakaknya itu menanyakan dia akan pergi kemana.
"Lebih baik kamu dirumah aja, ini udah malem." ucap Davin lagi. Tapi Devon tak memperdulikan ucapan Davin. Dia lebih memilih melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda menuju ke pintu utama. Devon segera mengambil motor nya di garasi dan segera melajukan motornya itu ke tempat balapan.

⏳⏳⏳

Suara dari knalpot motor terdengar nyaring dan bersahut-sahutan di area balapan yang ramai oleh para remaja, dan ya sebagian besar dari mereka berjenis kelamin laki-laki.

Devon sampai ditempat balapan pukul 9.45 PM. Arka, dan Rano yang melihat Devon baru sampai segera menghampiri sahabatnya itu.
"Baru dateng Dev, lo udah ditunggu mereka dari tadi." Ucap Arka saat sudah berdiri di samping Devon.
"Hm." jawab Devon singkat lalu menyalakan mesin motornya dan melajukan nya ke area balapan yang sudah terdapat sangat lawan di sana.

Brem... Brem... Brem...

Suara dari knalpot motor Devon dan lawannya terdengar bersahutan memekakkan telinga. Mata Devon dan mata lawan nya saling melirik satu sama lain dengan tatapan tak bersahabat.

Seorang perempuan dengan pakaian yang bisa di katakan kurang bahan, berdiri diantara motor Devon dan lawannya. Salah satu tangannya memegang bendera kotak-kotak berwarna hitam putih.

Perempuan itu menghitung angka satu sampai tiga, lalu bendera itu pun di jatuhkan ke aspal olehnya tanda di mulainya balapan. Lawan Devon segera tancap gas mendahului motor Devon, namun Devon tak mau kalah, dia menambah kecepatan laju motornya lalu segera menyusul lawannya itu.

Saat di persimpangan, Devon menyalip motor lawannya sehingga Devon memimpin posisi di depan, lawan Devon tak mau ketinggalan, dia segera menyalip motor Devon dan dengan sengaja menendang motor Devon di bagian samping kanan membuat Devon terkejut hingga motornya sedikit oleng. Dengan sigap, Devon segera menyeimbangkan motornya kembali lalu segera menyalip lawannya lagi.

Devon tersenyum samar saat dia memimpin kembali pada posisi depan, kemudian terdengarlah suara sorak sorai dari para penonton. Garis finish sudah ada di depan mata, dan balapan ini, di menangkan oleh Devon.

Arka dan Rano mendekati Devon yang sedang melepas helm full face nya di garis finish. Arka menepuk pelan bahu Devon sambil berucap. "Gue yakin kalo lo pasti menang bro." ucap Arka sembari tersenyum.
"Hm, gue tau." Balas Devon. Keadaan arena balap liar sudah tak seramai tadi, sebagian besar para penonton sudah meninggalkan arena. Lawan Devon balapan tadi menghampiri Devon di ikuti oleh teman-temannya di belakang.

"Selamat bro." ucap lawan Devon sambil memberikan amplop coklat pada Devon. Amplop itu berisi uang taruhan balapan tadi.
"Hm." Balas Devon cuek.
"Kenalin, gue Raka." ucap Raka seraya mengulurkan tangan nya.
"Devon." ucap Devon singkat tanpa menerima jabat tangan Raka.

Melihat Devon tidak menerima jabat tangannya, Raka menurunkan tangannya.
"Sorry tadi gue sempet nendang motor lo saat balapan." ucap Raka meminta maaf.
"Hm." balas Devon.
"Kalo gitu kita pergi dulu, sekali lagi selamat." ucap Raka lalu ber high five pada Arka dan Rano dan diikuti oleh teman-temannya.

"Balik yuk." ucap Rano pada Devon dan Arka. Mereka mengangguk.

Devon hendak memakai helmnya kembali, namun urung saat Arka bertanya padanya.

"Bentar Dev, muka lo kenapa lebam-lebam gitu? Lo habis berantem sama siapa?" Tanya Arka dengan alis bertaut. Seingatnya, tadi siang waktu di sekolah, muka Devon masih baik-baik saja, tidak ada luka lebam-lebam seperti ini.

"Biasa, bokap." Jawab Devon santai
"Wah, parah tuh bokap lo gebukin anaknya sampe lebam semua gini." Bukan Arka, namun itu suara Rano. "Nggak usah di bahas, gue males." Ujar Devon menyudahi.

Devon, Arka, dan Rano memakai helm mereka masing-masing lalu menyalakan mesin motornya dan melajukan motor mereka membelah jalanan ibu kota yang terlihat sepi karena hari sudah tampak larut. Saat dipersimpangan jalan, Devon memutar stir motor nya ke arah kanan sedangkan Arka dan Rano ke arah kiri karena rumah Devon beda arah dengan rumah Arka dan Rano.

Sesampainya dirumah, Devon memarkirkan motor nya digarasi rumahnya lalu segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sudah tanpak sepi, sepertinya orang-orang sudah tidur. Tetapi, setelah Devon membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia bawa, ada sebuah suara yang sepertinya di tujukan untuk dirinya. Suara itu berasal dari arah ruang tamu.

"Dari mana aja kamu?" tanya orang itu ketus, matanya menatap Devon dengan tajam.
"Apa peduli anda?" Tanya Devon datar hendak melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar.

"Dasar gak punya sopan santun." ucap Brata yang seketika membuat Devon yang akan melangkahkan kakinya terhenti.
"Saya tidak punya sopan santun karena anda tidak pernah mengajarkan saya sopan santun." tegas Devon seraya membalikkan badannya untuk menatap papanya dengan bengis.
"BERANI KAMU SAMA SAYA?!" tanya Brata dengan suara yang sudah meninggi satu oktaf.

Devon tidak memperdulikan ucapan papanya. Dirinya kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamar. Dia sedang tidak mood untuk bertengkar, tubuhnya capek ingin segera beristirahat.
"Dasar anak tak tau di untung." Ucap Brata marah kemudian masuk ke kamarnya.

Sedangkan disebuah kamar dengan dinding bercat putih, ada seorang pemuda sedang berdiri di balik pintu kamarnya. Dia adalah Devan, sedari tadi Devan melihat perdebatan antara papa dan Devon saat dirinya akan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil minum.

Dada Devan sesak mendengar papa nya yang selalu memarahi dan menghujat Devon. Dalam hatinya, Devan ingin sekali membantu Devon, tapi percuma, Devon selalu menolak bantuan darinya dengan mulut tajamnya yang selalu mengeluarkan kata-kata kasar.

⏳⏳⏳

Hai Readers, spam komen lah biar aku semangat update👉👈
Maaf kalo banyak typo✌😁

Aku gk akan berhenti buat ngingetin
Vote
Comment
Follow
.
.
No siders!!!

Salam hangat,
Eka🤗

Pemalang, 17 Oktober 2k20

Pemalang, 17 Oktober 2k20

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Devon [END] Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu