Part 10

13K 870 38
                                    

Saat ini Devon sedang berada di apartemen Arka, bahkan sejak semalam. karena Devon menginap diapartemen Arka. Hari ini pula Devon berniat untuk tidak berangkat ke sekolah.

"Dev, Lo gak papa disini sendiri?" tanya Arka. Pasalnya sedari tadi Devon hanya berbaring dan menutup matanya, dan wajahnya pun terlihat memucat.
"Gue gak papa, Lo berangkat aja." jawab Devon lemas dan masih memejamkan matanya. Jika boleh jujur, saat ini dada Devon sangat teramat sakit dan sesak. Bahkan, untuk mengambil nafas pun rasanya sangat susah.
"Gue berangkat dulu, kalo ada apa-apa telfon Gue atau Rano." Ucap Arka yang dijawab deheman singkat Devon.

Arka mengambil tas dan kunci motor dimeja sudut kamar lalu keluar dari apartemennya.

Selepas kepergian Arka, Devon bangun dari posisi berbaringnya untuk mengambil tas sekolahnya yang tergeletak disofa kamar apartemen Arka.

Devon mengobrak-abrik isi tasnya dengan tergesa untuk mencari sebuah tabung kecil yang berisi obat penunjang hidupnya. Setelah tabung obatnya ketemu, Devon langsung meminumnya dengan bantuan air putih.

Devon menyandarkan panggungnya disandaran sofa dengan nafas yang terengah. Sebenarnya, kemarin Devon tidak mengantar Nadia pulang sekolah karena Devon memeriksakan kondisi kesehatan nya yang akhir-akhir ini semakin memburuk. Dan benar saja, saat Devon melihat hasil pemeriksaannya, hasilnya jauh dari kata baik. Sel kanker yang ada di paru-parunya sudah mulai menyebar ke organ tubuh lainnya. Namun, meskipun kondisi paru-parunya sudah sangat buruk, Devon tetap pada pendiriannya untuk tidak menjalani kemoterapi dan pengobatan lainnya yang dianjurkan oleh Dokter Bram.

***

Disisi lain, saat ini Nadia sedang duduk disalah satu meja kantin bersama dengan kedua temannya yaitu Lina Alyssa dan Risa Aurelia.

"Lo kenapa sih Nad, dari tadi Gue liat kayak gak mood gitu?" tanya Lina.
"Tau tuh, dari tadi pagi mukanya gak ada semangat-semangat nya banget." timpal Risa, pasalnya sedari pagi Nadia tampak tak bersemangat, bahkan pada saat pelajaran berlangsung pun Nadia hanya melamun.
"Dari semalem Kak Devon gak ngabarin Aku, dan dari pagi juga Aku belum lihat Kak Devon." ucap Nadia lesu.
"Mungkin dia lagi banyak urusan jadi gak bisa kabarin Lo." jawab Lina yang dijawab anggukan kepala ragu oleh Nadia.

"Dari pada Lo penasaran, mending Lo tanya aja sama Kak Devan, dia kan kembarannya, siapa tau Kak Devan tau Kak Devon ada dimana." saran Risa sambil menunjuk Devan yang akan memasuki kantin bersama dengan teman-teman nya.
"Risa bener tuh, mending Lo tanya aja sama Kak Devan." ucap Lina meyakinkan.
"Gak ah, malu. Lagian disana ada temen-temen nya Kak Devan juga." ucap Nadia.
"Kalo Lo malu, biar Gue aja yang panggil." ucap Risa. Belum Nadia mensetujuinya, Risa sudah beranjak dari duduknya untuk mendekat ke Devan dan teman-teman nya yang saat ini sudah duduk disalah satu meja kantin.

"Kak, Nadia mau tanya sesuatu sama Kakak." ucap Risa pada Devan.
"Tanya apa?" tanya Devan.
"Mending Kakak ngomong sama Nadia nya langsung aja Kak." jawab Risa kemudian meninggalkan meja Devan dan teman-teman nya.

Devan yang penasaran apa yang akan ditanyakan oleh Nadia pun menghampiri meja Nadia.
"Gue kesana dulu." pamit Devan pada Arja, Raffa, dan Andra yang diangguki oleh mereka.

"Mau tanya apa Nad?" tanya Devan saat sudah berada disamping Nadia.
"Emm.. Itu Kak, Kak Devon kemana ya, kok dari pagi gak keliatan?" tanya Nadia.
"Gue gak tau Nad, soalnya dari kemarin Devon juga gak pulang ke rumah." jawab Devan.
"Oh.. Gitu ya Kak, makasih informasi nya Kak." ucap Nadia yang dibalas anggukan singkat Devan.

Merasa pembicaraan mereka sudah cukup, Devan kembali menuju ke tempat duduknya kembali.
"Nadia tanya apa Van?" tanya Raffa penasaran.
"Nadia nanyain Devon." jawab Devan tak bersemangat.
"Lo suka Nadia Van?" ucapan Andra seketika membuat Devan kaget.
"Kenapa Lo bisa nyimpulin kayak gitu?" tanya Devan balik.
"Soalnya Gue liat tatapan Lo ke Nadia kayak ada perasaan yang terpendam gitu." jelas Andra.
"Sekalipun Gue suka sama Nadia, Gue akan coba buat pendam rasa ini sendiri." ucap Devan.
"Tapi menurut Gue, Lo gak boleh nyerah buat dapetin Nadia. Ya walaupun Nadia itu pacarnya kembaran Lo." ucap Arja memberi saran.
"Tapi kalo Gue rebut Nadia dari Devon, itu sama aja bikin Gue sama Devon makin jauh Ja, Devon juga pasti akan marah kalo tau Gue nikung dia." ucap Devan.
"Lo gak usah mikirin perasaan Devon deh Van, dia nya aja gak pernah mikirin perasaan Lo, nganggap Lo juga gak kan." ucap Raffa sebal, pasalnya Devan selalu menjaga perasaan Devon, padahal jelas-jelas Devon tidak pernah menjaga perasaan Devan, bahkan menganggap Devan kembaran nya pun tidak.

Devon [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang