Part 30

16K 932 135
                                    

Polandia

Barga duduk di kursi yang ada di depan ruang ICU, tempat dimana Devon di tangani oleh dokter. Kapalanya menunduk dalam dengan tangan yang di gunakan sebagai penyangga.

"Gimana keadaan Devon Ga?" Tanya Surya to the point saat dirinya baru saja sampai di rumah sakit.

Barga mendongakkan kepalanya menatap Surya yang berdiri di sampingnya dengan wajah panik.

"Belum tahu Yah, masih di tangani dokter." Jawabnya lesu. Surya menghembuskan nafas nya kemudian duduk di samping kiri Barga.

"Kenapa Devon bisa sampe kayak gini?" Surya tak habis pikir, padahal setau Surya Devon baik-baik saja tadi pagi, tapi kenapa sekarang malah masuk rumah sakit.

"Aku nggak tahu Yah, tadi waktu aku masih di kamar bibi panggil aku dengan panik dan nyuruh ke dapur. Sampe aku di dapur tubuh Devon udah lemas di lantai dengan gelas pecah di sekitar Devon." Jelas Barga bertepatan dengan pintu ruang ICU tempat Devon di tangani terbuka.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Surya langsung mendekati dokter yang masih di ambang pintu.

"Apakah kalian mengetahui jika pasien menderita kanker paru-paru?" Bukannya menjawab, dokter bername tag Hans itu malah balik bertanya.

"Ya kami mengetahuinya, sekarang bagaimana keadaan keponakan saya?" Kini Barga yang bertanya saat dirinya sudah berdiri di samping Surya.

"Saat ini keadaannya sangat kritis. Sel kanker yang ada di paru-paru nya sudah menyebar pada bagian organ lainnya. Apakah sebelum nya pasien pernah menjalani kemoterapi?"

"Belum dok, dia sama sekali tidak pernah menjalani kemoterapi." Jawab Surya.

"Lalu apakah jika saat ini Devon mulai menjalani kemoterapi maka akan mencegah sel kanker nya dok?" Tanya Barga.

"Kalaupun Devon mulai sekarang akan menjalani kemoterapi, kemungkinan untuk mencegah penyebaran sel kanker nya akan sangat kecil karena penyakit kanker paru-paru nya saat ini sudah sangat parah." Jelas dokter Hans.

"Lalu apa yang harus di lakukan agar Devon sembuh dok?" Tanya Surya.

"Kita hanya bisa berdoa supaya ada keajaiban datang. Kalau begitu saya permisi, untuk sementara pasien belum bisa di jenguk. Tunggu keadaan pasien membaik dan di pindah ke ruang rawat." Surya dan Barga hanya bisa mengangguk lemah menanggapi ucapan dokter Hans.

"Duduk dulu Yah." Ajak Barga di angguki oleh Surya.

Barga melihat Devon melalui kaca yang ada di pintu ruang ICU. Terlihatlah di sana, tepat nya di atas brankar. Wajah pucat Devon dengan masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya serta punggung tangan kirinya yang tertusuk jarum infus. Jangan lupakan pula kabel-kabel yang menempel di tubuh nya.

"Kakek tahu kamu kuat Dev, jangan menyerah dengan penyakitmu itu, lawan dia dan berusahalah untuk sembuh." Gumam Surya lirih terbawa angin. .

"Ga, apa Ardi dan yang lain kamu kasih tahu kalo Devon masuk rumah sakit?" Tanya Surya menatap Barga yang berdiri di sampingnya.

"Belum aku kasih tahu yah." Surya mengangguk lalu bangkit dari duduk nya.

"Ayah balik ke kantor lagi, kamu di sini aja jagain Devon. Dan jangan lupa kasih tahu Ardi dan yang lain tentang keadaan Devon." Surya menepuk bahu Barga sebentar sebelum berlalu meninggalkan rumah sakit untuk menuju ke kantor.

Barga merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya. Dia berniat mengabari Ardi sekarang karena kemungkinan waktu di Indonesia saat ini sudah menunjukkan pukul sembilan, waktu yang sudah cukup siang. Dan kemungkinan Ardi menjawab telfon nya sangat mungkin sekali.

Devon [END] Where stories live. Discover now