EXTRA PART 1

17.1K 870 80
                                    

Warning⚠
No siders!!!

⏳⏳⏳

Berhubung di part sebelumnya ada yang minta extra part, nih aku bikinin. Tapi... yg minta buat bikin sequel Devon, kayaknya aku gak akan bikin sequel dari cerita ini deh.
.
Lagian nih ya, Devon kan udah meninggal, jadi mau bikin sequel tentang siapa? Ntar malah jadi gak nyambung.

Happy Reading❤

⏳⏳⏳

Tak terasa, kepergian Devon sudah satu bulan. Semenjak kepergian Devon, banyak hal yang berubah di keluarga Devon maupun pada orang-orang terdekat Devon.

Keluarga Brata hancur saat Devon memilih menyerah dan pergi dari dunia. Meninggalnya Devon, membawa pergi keharmonisan keluarganya.

Dimulai dari Brata yang semakin gila kerja dan jarang pulang ke rumah, Veni yang berlarut-larut dalam kesedihan dan lebih sering menghabiskan waktunya dikamar, Davin yang sibuk menghabiskan waktunya dengan organisasi dikampusnya dan lebih sering menginap dirumah temannya. Sedangkan Devan, ah entahlah, dia sekarang seperti diabaikan oleh keluarganya. Tak ada lagi ucapan-ucapan hangat yang keluar dari mulut orang tua maupun abangnya seperti dulu. Sekarang, hanya ada keheningan setiap mereka berkumpul dalam satu ruangan. Ya, semuanya telah berubah.

Jantung Devon yang di donorkan untuk Devan merespon dengan baik. Membuat tubuh Devan sehat, tak harus merasa kesakitan lagi. Namun, Devan harus menerima jika orang-orang disekitarnya telah berubah, seperti tak memperdulikan dia lagi, membuat hatinya sakit.

Devan berfikir, mungkin seperti inilah perasaan Devon dulu. Waktu dimana semua orang mengabaikannya. Ternyata rasanya sesakit ini.

Namun, itu masih belum seberapa, Devan hanya merasa tak diperdulikan. Sedangkan Devon, dulu dia harus menerima cacian yang keluar dari mulut kedua orang tuanya sendiri. Rasanya pasti sangat menyakitkan, Devan yakin akan itu. Tapi, Devan salut dengan kembarannya itu, dia tetap kuat walaupun hatinya terlalu banyak ditorehkan luka.

Devan tak berhenti berterima kasih kepada Devon. Karena kembarannya itu mendonorkan jantungnya untuk dia. Setelah dulu, Devan merebut Nadia dari Devon. Sekarang, Devan merasa bersalah, kenapa dulu dia bisa sejahat itu pada saudaranya sendiri. Padahal, dulu Devon sudah banyak terluka, baik fisik maupun batin. Namun, dia bukannya menyembuhkan luka itu, tetapi dia malah membuat luka baru untuk saudaranya. Ah.. dia sangat jahat sekali.

Bicara tentang Nadia, Arka sudah memberikan surat yang dititipkan Devon untuk Nadia. Dia juga sudah memberi tahu jika Devon, kekasihnya sudah meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru yang di deritanya.

Tentu saja, kenyataan itu membuat Nadia hancur. Terlebih, Devon di makamkan di Polandia, membuat Nadia tak bisa mengunjungi Devon.

Tentang perjodohan Devan dan Nadia, itu semua dibatalkan. Nadia yang membatalkannya, dan disetujui oleh orang tuanya maupun keluarga Devan.

⏳⏳⏳

"Ck, sebel gue, pake acara kalah segala. Padahal tadi cuma selisih sedikit." Keluh Rano.

Setelah meninggalnya Devon, Arka dan Rano semakin sering balap liar maupun pergi ke club.

"Udahlah Terima aja, di antara kita tuh, cuma Devon yang jago balapan. Kita-kita mah nggak ada apa-apa nya kalo dibandingin sama dia." Ujar Vero, menghisap rokok yang terjepit diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya.

"Huh, gue kangen Devon, nggak terasa dia udah sebulan ninggalin kita." Ucap Arka menghembuskan nafasnya kasar.

"Coba aja makam Devon ada disini, tiap hari gue ngunjungin dia kali." Ujar Vero yang disetujui oleh Arka dan Rano.

"Ngomong-ngomong, sekarang si Devan kayaknya nggak terlalu diperhatiin deh sama keluarganya. Yang gue tau, mereka masih belum bisa nerima kepergian Devon." Celetuk Arka.

"Biarin aja lah, biar dia juga ngerasain apa yang dulu Devon rasain, jadi imbang kan." Rano mendengus, setiap mendengar nama Devan, entah kenapa rasanya dia merasa kesal.

"Gue setuju, tapi menurut gue itu masih belum seberapa kalo dibandingin sama Devon dulu. Gue masih inget, waktu Devan nerima perjodohan dia sama Nadia, padahal waktu itu Nadia udah jadi pacar Devon. Sumpah, gue kesel banget waktu itu, kok ada saudara yang kayak gitu, nikung kembarannya sendiri." Arka geram saat mengucapkan itu, sungguh dia sangat kesal saat mengingat kejadian itu. Sangat keterlaluan sekali, apakah itu masih bisa dibilang saudara?

"Gue juga kesel, tapi udah lah, lagian perjodohan itu juga batal. Mending sekarang kita do'ain Devon." Ujar Vero.

"Pulang deh yuk, ngantuk gue." Ajak Rano setelah melihat jam dihpnya, ternyata sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Merekapun, pergi meninggalkan arena balap liar. Pulang ke rumah masing-masing.

⏳⏳⏳

"Pah, baru pulang? Udah makan belum? Aku angetin makanan ya." Tanya Devan saat pintu utama rumah terbuka, menampakkan Papanya yang tampak terlihat lelah.

Hari memang sudah larut, dan malam ini Devan sengaja menunggu Papanya pulang. Devan merasa, sekarang dia merasa sangat jauh dengan keluarganya sendiri, meskipun mereka tinggal dalam satu atap yang sama.

"Nggak usah, Papa udah makan. Papa ke atas dulu, mau istirahat." Brata berlalu begitu saja setelah mengucapkan itu.

Bahkan, dulu sosok itu yang sangat mengkhawatirkan nya jika dia belum tidur walaupun sudah larut, kini sosok itu terlihat tak khawatir lagi seperti dulu.

Devan menghela nafasnya. Tak bisa Devan sangkal, jika dia sekarang merasa sakit dengan sikap keluarganya yang sekarang.

"Dev, gue sekarang tau rasanya diabaikan, ternyata rasanya sesakit ini. Gue salut lo bisa kuat, bahkan apa yang lo rasain lebih dari yang gue rasain sekarang." Ujar Devan lirih.

"Tapi Dev, bisa nggak lo bilang ke Tuhan, gue pengen keluarga kita harmonis kayak dulu lagi. Ada Mama sama Papa yang selalu ada buat gue, selalu khawatirin gue. Gue udah nggak kuat, Papa, Mama, dan bang Davin semakin hari semakin jauh dari gue. Gue akui kalo gue egois, dan itu kenyataan." Devan berucap di sunyinya malam. Berharap Devon mendengar ucapannya dari atas sana, kemudian menyampaikan pada sang Maha kuasa.

Devan melangkahkan kakinya, pergi menuju kamarnya. Dia perlu beristirahat, dan berharap, esok hari keluarganya kembali harmonis seperti dulu. Ya... itu adalah harapan Devan semenjak Devon meninggal.

Namun, apakah itu mungkin? Mengingat kematian Devon telah membawa keharmonisan keluarganya itu ikut pergi.

⏳⏳⏳

Sorry kalo extra part nya gak sesuai ekspektasi. Aku bingung banget mau bikin gimana. Maaf kalo pendek🙏
.
Oke readers, moga aja kita ketemu lagi diceritaku yang lainnya. Aku lagi bikin cerita baru, aku harap, nantinya kalian suka sama cerita itu.
Sorry kalo ada typo, typo itu manusiawi.
.
See you❣

Devon [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang