Bab 1 📌

8.3K 755 33
                                    

|A Dandelion Wish {Markhyuck} 🌸|
🔎 Original Story From Xi Zhi 🔍
📝 Remake to Markhyuck By JisungDevian 📝

































Lee Haechan adalah dokter ahli bedah jantung. Seharusnya pekerjaan di UGD tidak ada hubungannya dengan pria itu. Namun, jumlah dokter dan perawat jaga yang ada di rumah sakit di saat badai topan begini memang tidak banyak, sedangkan puluhan korban yang mendadak masuk ke UGD tentunya membuat seluruh dokter di unit tersebut kewalahan. Akhirnya, mereka terpaksa meminta pertolongan kepada dokter-dokter yang masih berada di rumah sakit.

Itulah mengapa Lee Haechan berada disini, mengerjakan pekerjaan yang menurutnya tak ada tantangannya sama sekali. Jas putih yang dipakai olehnya dilumuri oleh darah segar. Sudah sejak tadi dia sibuk menjahit luka para korban. Namun,sebenarnya dia lebih ingin menjahit mulut pemuda yang berada disudut ruangan.

Semenjak masuk ke UGD, lelaki muda itu tak pernah berhenti mengumpat. Lancar sekali ia mengumpat, selancar air mengalir.

"Sialan kau! Apa karena kau dokter lalu kau pikir dirimu sangatlah hebat?! Aku bilang, lihat dulu kondisi teman ku bukan aku! Bedebah ! Dasar bodoh! Berengsek!"

Pemuda tersebut meneriaki dokter muda yang sedang menjahit lukanya. Ia memukul-mukul meja, mengentakkan tempat tidur rumah sakit, dan sesekali menendang kursi yang sedang diduduki oleh dokter muda itu.

Dokter muda itu ilmu menjahitnya saja masih belum lancar, apalagi jika diganggu begitu. Belum lagi kalau jahitannya miring, yang seharusnya hanya memerlukan satu jahitan bisa jadi sepuluh jahitan. Sepertinya lebih baik dokter lain saja yang mengerjakannya.

Haechan sudah tidak tahan lagi. Setelah selesai menutup salah satu luka pasiennya, dia langsung menyuruh dokter muda itu untuk mengambil alih pekerjaannya, sementara ia sendiri berjalan kearah pemuda tadi. Haechan mengeluarkan senter dari saku jasnya, mengulurkan tangannya untuk membuka kelopak mata lelaki muda itu, memeriksa mata kanan dan kirinya secara bergantian, lalu berbalik dan berbicara kepada seorang perawat.

"Kosongkan kamar operasi nomor dua. Kemungkinan pemuda ini perlu dioperasi"

"YAA! Kau pikir aku binatang?! Sembarangan saja mau potong-potong tubuh orang! Sialan! Berengsek!"

Pemuda itu benar-benar terpancing oleh perkataan Haechan tadi.

"Aku curiga kau menderita gejala gegar otak. Aku harus memantau kondisimu dahulu dalam jangka waktu tertentu, sebelum aku dapat memutuskan untuk melakukan scan otak. Jika memang diperlukan, aku harus membawamu masuk ke ruang operasi"

Haechan berbicara dengan nada yang sangat professional. Dia mengangkat tangan anak muda itu untuk mengukur denyut nadinya, kemudian berbalik melihat kornea matanya. Raut wajahnya yang serius membuat pemuda muda tersebut terkejut.

"Bedebah! Dasar gila! Aku tidak terluka! Yang terluka itu teman ku,keluarga ku. Kau seharusnya mengecek kondisi dia dulu"

Pemuda tersebut berkata sambil menarik Haechan menuju tempat tidur disebelahnya. Temannya tersebut terlihat sedang terbaring diatas ranjang. Di kaki kanannya terdapat banyak luka sobek. Haechan menekan-nekan dan mengecek kaki teman pemuda tersebut diberberapa tempat, membuat pemuda itu merintih kesakitan.

Haechan berbalik menatap pemuda itu dengan serius.

"Percayalah, kondisi terparah temanmu itu hanya akan kehilangan satu kaki. Tapi kau... jika aku tidak salah menerka, dalam waktu dua puluh menit lagi kau akan merasakan sakit pada jantungmu, susah bernafas, dilanjutkan dengan sakit kepala, lalu secara perlahan kau akan merasakan sakit seperti adanya ribuan semut didalam otakmu. Mungkin kau akan menabrakkan kepalamu ke dinding saking sakitnya. Setelah kau pingsan, mohon maaf sekali, walaupun kau memohon kepada ku, aku tidak akan mampu melakukan operasi untuk menolongmu lagi"

Haechan mengangkat kedua bahunya acuh, seakan-akan dia tidak peduli apapun yang pemuda itu mau lakukan. Dia berbalik arah, berjalan melewati beberapa tempat tidur, kemudian melanjutkan membantu menjahit luka pasien lain.

Pemuda itu mengejar Haechan lalu dengan kasar mengentakkan tangannya, membuat terkejut anak muda lain yang sedang terbaring, sampai-sampai ingin melompat dari tempat tidurnya.

"Kepalaku baik-baik saja!"

Haechan mengangkat sebelah alis matanya, melihat sekilas ke dahi kanan anak muda itu yang terlihat merah dan membengkak.

"Benarkah?"

"Benarkah? Korenamu sepertinya membesar, apakah kau yakin dahimu tidak terluka?"

Pemuda itu meraba-raba kepalanya, mulai dari bagian belakang sampai dahinya. Baru ditersentuh sedikit saja, ia sudah berteriak.

"Aduh! Sialan! Benar, ini sangat menyakitkan!"

Pemuda itu berlari mengejar Haechan yang sudah berlalu meninggalkannya, lalu bertanya dengan volume suara yang menurun sebanyak dua puluh hertz.

"Dokter tampan, menurutmu penyakit ku ini harus bagaimana sebaiknya, ya? Apakah harus dioperasi? Tuhan mengatakan bahwa tahun ini aka ada peristiwa berdarah pada diriku. Bila dapat melewatinya maka akan beruntung, tetapi bila tidak, aku akan bertemu dengan kakek dan nenek ku..."

Haechan menggigit bibirnya.

Sudah tidak meneriaki ku gila lagi? Ternyata pemuda ini bisa merasa takut juga. Pengecut sekali

Haechan tidak menghiraukannya. Dengan perlahan ia menjahit luka pemuda lain dihadapannya, lambat laun,satu persatu jahitan telah menutup kulit luar pemuda tersebut.

Semua gerak gerik Haechan dilihat oleh seorang pria yang sudah sejak tadi berdiri didepan ruang UGD. Kedua lengannya dilipat menyilang di depan dada. Dia mengawasi dengan sangat serius mimik wajah Haechan yang menyengir tetapi tidak tersenyum itu.

Membodohi orang lain. Pastilah sangat menarik

.
.




























To Be Continued..

With Our Love 💕

Xi Zhi
&
Azhrin02

A Dandelion Wish [Markhyuck Ver]✓Where stories live. Discover now