Bab 3

4.7K 574 38
                                    

|A Dandelion Wish [Markhyuck] 🌸|
🔎 Original Story From Xi Zhi 🔍
📝 Remake to Markhyuck By JisungDevian 📝




















































"Aku... tidak memiliki tempat untuk dituju..."

Sangat lama. Haechan menunggu jawaban dari pria itu dengan sangat lama. Hampir ia mengira bahwa pria itu mungkin saja tidak bisa bersuara. Namun, setelah sekian lama, akhirya pria itu bersuara.

"Apa di wajahku terpampang tulisan Tour and Travel?"

Haechan menjawab dengan ketus. Dari tubuhnya terpancar aura dingin yang dapat membekukan orang hingga masuk rumah sakit. Aura tersebut seakan mengigatkan pria itu agar tidak mencari masalah dengan orang yang tak dikenal.

Pria itu melebarkan senyumnya. Terlihat sedikit samat kedua lubang cacat yang indah dikedua pipinya. Kelembutan dipancarkan keluar dari kedua bola matanya.

Bagus sekali. Aku membuat senang seorang pria gila. Selanjutnya, mungkin aku dapat mempertimbangkan untuk mengambil sertifikat sebagai dokter ahli jiwa.

Haechan memang berpikir demikian, tetapi matanya tidak dapat mejauh dari sosok pria tersebut, karena senyumnya yang msih tersungging diwajah pria tersebut.

Ketampanan pria ini terlalu mengerikan.

Senyuman pria normal tentulah tidak akan membuat orang serasa akan mimisan, tetapi Haechan merasakannya. Arus panas bergejolak di ujung hidungnya. Mau tidak mau ia harus meninggikan dagunya, memandang orang itu dengan lubang hidungnya (-_-)

Kondisi seperti ini hanya bisa dijelaskan oleh dua alasan. Pertama, pria ini adalah seorang waria yang datang dari kampung waria di Thailand. Kedua, dibelakang punggung pria ini ada sepasang sayap hitam mengerikan.

Tidak masuk akal. Tak aka nada seorang pria di dunia ini yang walaupun sudah basah kuyup karena hujan, masih bisa megeluarkan mimik wajah yang begitu agung layaknya seorang kaisar. Oleh karena itu Haechan memilih alasan yang kedua.

"Aku kira dokter adalah sosok yang penuh rasa belas kasih," pria itu berkata dengan mimik wajah yang begitu lugu. Pandangan matanya yang berbinar, tidak melepaskan Haechan dengan mudah.

Jemari Haechan bergerak sebentar. Mulai timbul lagi keinginan untuk menjahit kedua mata pria itu.

"Tidak benar itu."

Kedua alis mata pria itu terangkat ke atas, sembari memamerkan senyumannya yang secerah bunga di musim semi.

"Tidak benar?"

Sifat pria ini sama persis seperti Jeno, sang kepala rumah sakit. Memiliki sepasang mata yang dapat memikat siapa saja yang melihatnya. Mungkin saja mereka berdua dapat mempertimbangkan untuk mengangkat sumpah sebagai kakak-adik di bawah pohon jodoh.

"Aku mendapatkan nilai penuh dalam ujian, tujuannya adalah untuk memasuki fakultas kedokteran, bukan karena rasa belas kasih. Aku melewati proses yang begitu sulit di fakultas kedokteran, tiap hari berjuang dengan mayat dan formalin, alasannya karena ingin mendapat sertifikat kedokteran, bukan karena dipenuhi dengan rasa cinta kasih untuk menolong sesama...-"

"Aku bekerja dirumah sakit, membuat tubuhku letih, karena aku ingin mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada orang lain. Semua kulakukan tidak ada sedikitpun yang berhubungan dengan rasa belas kasih." Ujar Haechan menggebu-gebu

Haechan adalah mesin operasi. Akurat dan tak pernah salah. Semua professor menganggapnya sebagai orang yang kelak akan menjadi dokter terkenal yang mendunia. Dan Haechan sendiri sangat setuju dengn anggapan mereka semua.

A Dandelion Wish [Markhyuck Ver]✓Where stories live. Discover now