Bab 27

2.1K 375 52
                                    

|A Dandelion Wish [Markhyuck]🍂|
🔎 Original Story From 西芝 🔍
📝Remake By JisungDevian 📝













Hello Miss Me??

~Happy Reading~































Mark terbaring di atas ranjang, sedangkan Haechan duduk di kursi samping tempat tidur. Hina diminta keluar. Di dalam kamar, hanya ada mereka berdua.

Jeno berjanji bahwa Haechan hanya perlu meluangkan waktu tiga puluh menit saja di ada di dalam sana. Haechan melihat sebentar ke jam tangannya,mulai menghitung waktu.

"Kau kurusan," Mark memperhatikan Haechan. Dibawah mata pria itu terdapat bayangan hitam.

Dokter ini, mengapa benar-benar tidak bisa menjaga diri sendiri? Kalau lapar ya makan, kalau haus ya minum. Itu adalah respons alami tubuh. Mengapa dia yang begitu pintar dan hebat itu malah tidak tahu kemampuan dasar manusia tersebut?

Haechan tidak menjawab. Mark melihat ke bola mata pria itu. Hanya ada sebentuk kesunyian di sana.

Haechan tidak menangis, tidak bersedih. Pria itu sudah membekukkan danau di hatinya menjadi es. Selamanya, pria itu tidak akan pernah bergelombang, tidak akan bergejolak lagi.

Pria itu mengingatkan dirinya sendiri, tidak boleh lagi memajang ekspresi wajah yang salah. Kesombongan dan harga dirinya cukup sekali saja terperosok jauh. Dirinya sudah berjuang keras memungut satu per satu harga dirinya kembali. Oleh karena itu, dia tidak boleh lagi menjadikan mereka sebagai tumbal.

"Sayuran di restoran tidak enak, ya?"

Mark mendengar dari Jaemin bahwa Haechan selalu memesan sayur sampai piringnya penuh, tetapi selalu tidak dimakan oleh pria itu. Untung saja ada Jaemin yang selalu membantu pria itu memasukkan makanan itu ke perut. Membantu pria itu menghargai rezeki.

Sayurnya enak atau tidak, apa hubungannya dengan Haechan? Kalau dirinya bilang tidak enak, apakah pria itu akan memasak lagi untuknya? Haechan tidak percaya tunangan Mark akan membiarkannya.

Haechan memajang ekspresi wajah yang dingin. Tidak melihat mata Mark dengan lembut, tidak menatap bibir pria itu dengan lembut.

Mark paham sekali, kelembutan Haechan tidak ditujukan untuk dirinya lagi.

"Ini, kau simpan baik-baik, ya." Mark memberi Haechan sebuah buku berisi kumpulan kartu nama.

Haechan tidak membuka buku tersebut, hanya termenung melihat sampulnya.

Di atas padang rumput, di bawah sebuah pohon beringin, terdapat dua orang pria yang sedang duduk bersisian sambil bersenda gurau.

Mark-lah, yang pertamakali membawa Haechan makan di luar, di bawah pohon. Saat itu Haechan mencoba menceritakan kisah-kisah lucu ketika masih menjadi dokter muda kepada pria itu tersebut.

Sore hari itu... mengapa sekarang terasa begitu jauh?

"Di dalamnya ada seratus kartu nama restoran. Jeno bilang, makanan mereka sangat unik."

Mark memaksa Jeno untuk mengumpulkannya kartu nama restoran. Mark tahu bahwa lidah Haechan sudah dimanjakan oleh dirinya. Mark tahu bahwa ketika dirinya ada maka Haechan akan sangat suka sekali makan. Akan tetapi, setelah Mark pergi... ia tidak yakin apakah selera makan pria itu masih ada atau tidak.

Seakan ada kabut menutupi pandangan mata Haechan. Terdapat sedikit kebencian yang merebak dalam hati dokter itu.

Haechan tidak tahu, apakah perpisahan sepasang kekasih harus dilakukan dengan begitu ribut sehingga semua orang tahu? Haechan tidak tahu, apakah memang harus ada dendam serta kebencian yang mendalam untuk membuat kedua mantan kekasih tersebut tidak pernah ingin bertemu lagi untuk selamanya?

A Dandelion Wish [Markhyuck Ver]✓Where stories live. Discover now