Sembilan

2.1K 211 5
                                    

Apa kabar teman teman? Masih mau baca kan? Im sorry karena kesoksibukan ku:(

Kalau lupa,kalian boleh baca ceritanya lagi dari awal,sorry:(

Selamat membaca!

~~~
Rantika mematut dirinya di depan cermin, sesekali tersenyum manis lalu kembali membenarkan rambutnya. Menyebak bajunya seakan memantaskan apa yang ia kenakan, lalu kembali tersenyum.

Matanya sesekali mencuri pandang pada ponsel yang ia letakan di meja riasnya, menunggu kepastian akan janji yang sudah dibuat kemarin lusa yang lalu.

Lagi dan lagi, Rantika tersenyum. Jantungnya terasa berdebar keras, bibirnya seakan tidak mau surut dan turun kebawah untuk berhenti senyum. Dirinya merasa seperti ada di atas awan, pikirannya melayang kemana mana. Berfikir, mereka-Evan dan Rantika- akan melakukan apa saja hari ini.

Ahh, mengingat hal sesederhana itu saja dirinya sudah kembali tersenyum. Bahagia memang sesederhana itu.

Kaevan?💜?

Kamu udah siap?

Mata Rantika membelak kaget, tangannya menggenggam erat ponselnya dengan perasaan yang tidak bisa dideskripsikan. Bibirnya kembali tertarik ke atas,senyum merekah kembali muncul di wajahnya.

Ada apa ini? Kenapa Rantika sebegitu exited dengan perjalanan kecil mereka ini? Kenapa jantung Rantika seakan berdegub kencang? Ada apa ini?

Apa ini yang dinamakan cinta? Ah dasar, Rantika bucin sekali ternyata.

Rantika menjauhkan ponselnya, lalu melihat kembali roomchat nya bersama Evansyah dengan senyum dan mengetikan jawaban yang sungguh membuat jantung Rantika berdegub kencang.

***

Mana jantung yang berdegub kencang itu? Sudah tidak ada. Mana senyum yang selalu tertarik tadi? Sudah tidak ada. Mana perasaan bahagia berlebihan tadi? Sudah tidak ada.

Memang, yang namanya berlebihan tidak baik.

Rantika menarik senyumnya, bukan seikhlas tadi, bukan sebahagia tadi. Senyumnya terpaksa, bahagianya terpaksa, semua serba terpaksa.

"Ayok, kamu mau makan dimana?"

Rantika menatap Edgar dengan tatapan biasa saja, lalu melihat sekeliling area tempat mereka berdiri dengan tatapan datar.

Edgar? Iya. Evansyah seketika tidak ada kabar dan bagaimana bisa Edgar datang dan mengajaknya pergi. Lalu, apa yang bisa Rantika lakukan? Hanya menerima dengan setengah hati karena Rantika yang sudah siap dan terlanjur bete dengan prilaku Evansyah yang tiba tiba hilang tanpa kabar

"Aku dimana aja kak, aku terserah kaka aja" jawab Rantika dengan senyum tak ikhlasnya

"Yaudah kita ke kedai ice cream aja yuk" ajak Edgar yang membuat Rantika terdiam

Es krim? Sial, mendengar kata es krim membuat Rantika kembali mengingat Evansyah dan rasa gondoknya kembali muncul.

***

"Kamu mau es krim rasa apa Dek?"

Rantika menatap menu dengan lekat, matanya menatap menu tapi fikirannya tidak ada di menu. Fikirannya berkeliaran pada ekspetasinya tentang Evansyah. Sudah 15 menit matanya terpaku kepada menu dan sudah 15 menit jiga Edgar menunggu

"Dek?" Tegur Edgar yang membuat Rantika tersentak dan mengerjapkan matanya perlahan

"Iya kak?"

"Kamu mau rasa apa dek eskrimnya?" Tanya Edgar dengan perlahan

Edgar menatap Rantika dengan tatapan kasihan, entahlah Edgar seakan merasakan bahwa Rantika sedikit berbeda. Tak sesemangat saat mereka jalan jalan dua bulan yang lalu. Dan Edgar merasa dirinya sedikit mmmmmm kacau? Kacau? Iya kacau, kacau mihat

"Aku, hmmmm rasa mocca aja kak" jawab Rantika dengan mata yang tetap menatap menu

"Oke, saya tinggal pesan dulu ke sana ya" ucap Edgar dengan senyum manis yang sama sekali tak di tampik oleh Rantika

Rantika menghela nafasnya lelah, lalu menengkup tangannya lalu meletakan wajah kedalam tengkupan tangannya. Ekspetasinya akan berjalan jalan ria dengan Evansyah malah realitanya dia berjalan bersama Edgar. Memang sama sama E sih abjad depannya, tapi mereka adalah orang yang berbeda.

Rantika mengangkat kepalanya, memejamkan matanya lalu menarik nafasnya dalam. Berusaha ikhlas dengan hari ini. Rantika merenggangkan tubuhnya, seberusaha mungkin merasa rileks dan tenang. Badannya Rantika bawa putar ke kanan dan kekiri.

Namun, seakan semesta tak mengizinkan dirinya merasa rileks walaupun hanya sebentar. Gerakan tubuh Rantika terhenti, bersamaan dengan gerakan seseorang yang masuk kedalam kedai es krim pada siang hari ini. Mata Rantika membelak kaget yang kemudian menjadi panas. Bibirnya bergeletuk seakan ingin menangis, namun rantika tahan. Rantika berdiri, lalu menghampiri seseorang yang baru masuk tadi yang kini sudah di meja kosong di kedai es krim ini.

Rantika tersenyum dengan mata yang sudah berkaca kaca, langkah kakinya membawa dirinya ke meja yang ditempati orang yang tadi Rantika liat. Tangan kanan Rantika, melambai dengan mata yang berkaca kaca namun senyum tetap terukir dibibirnya

"Ka Evaaan" sapa Rantika kepada orang tersebut, membuat orang tersebut membalikan tubuhnya. Rantika menangis,ternyata benar orang yang ia perkirakan. Bukan karena dia sendirian,tetapi dia bersama wanita yang membuat pertahanan Rantika runtuh setelah menyapa dengan air mata yang sudah berurai

~~~~~

haloooooooo!!!

Kangen aku gaa? Huhu;") maapin aku lama ga updatee. Tapi abis ini bakalan sering2 update kok walaupun ga tiap hari juga DOAIN YAA

gimana rasanya baca part ini? Ceritain dooongggg😗😗😗

[KCT.5] Bertemu di Tantan? (SELESAI)Where stories live. Discover now