Tiga belas

2K 207 47
                                    

"Di dalem sudah di tangani semua?"

"Sudah dok, ini saya akan memeriksa brankar 14"

"Baik, habis itu kabari saya tentang kondisi pasien ya"

"Baik dok"

Rantika menghela nafasnya lelah, lalu duduk diatas bangku ruang UGD ini. Matanya memperhatikan ruangan ini dengan seksama, dulu, impiannya bukanlah ini, bukan. Dulu, impian Rantika duduk di salah satu bangku DPR RI dengan jas hitam, bukan duduk di bangku UGD dengan jas putih dan stetoskop di lehernya

"Adek koaass"

Rantika memejamkan matanya, lalu menarik nafasnya dalam dalam. Baru saja ia duduk. Baruuuu saja. Sudah di panggil lagi. Ini nih resiko jika anak Koas yang berada di UGD hanya seorang. Maka ia akan habis habisan di panggil oleh Dokter Senior.

"Dalem Dok, sebentar" Rantika bangun dari duduknya, merapihkan jas putihnya lalu mengambil stetoskopnya

"Dok, pasien di brangkar 9 kata Dokter Jihan" ucap perawat yang berjaga malam itu kepada Rantika yang di jawab Rantika dengan anggukan

Baiklah baiklah, ini pilihannya. Jadi harus ia jalani.

"Rantika?"

Mendengar namanya di panggil dengan suara yang tidak asing, membuat Rantika menoleh. Memastikan bahwa suara yang ia dengar adalah salah

"Rantika ya? Bener ya? Wah hebat kamu sekarang dokter"

Itu adalah pujian, dan seharusnya Rantika tersenyum seperti biasanya. Di puji dan di sanjung. Itu impian Rantika menjadi dokter. Untuk menaikan derajat orang tuanya. Namun, kata kata itu akan berbeda rasanya jika yang mengucapkan---

"Masih ingat saya kan? Evansyah, man---"

"Maaf Pak, saya Dokter Koas Rantika. Ada yang bisa saya bantu? Namun sebelum itu, bapak silahkan ke meja dan registrasi dulu ke pihak administrasi kemudian baru ke UGD ya pak" potong Rantika cepat lalu berjalan menuju brangkar yang tadi diberitahu oleh perawat malam ini

Rantika tersenyum ketika bertemu dengan pasien entah keberapanya malam ini "Apa keluhannya Mbak?"

Wanita, masih muda kelihatannya. Namun, mengapa wajahnya seperti tidak asing ya bagi Rantika. Tapi, siapa? Rantika lupa

"Kamu---"

"Rantika, kamu meriksa istri saya?"

Rantika yang tadinya sudah siap memeriksa kondisi tubuh pasiennya, mendadak terhenti.

"Istri?" Tanya Rantika

Evansyah berjalan, berdiri di samping wanita yang tengah berbaring di atas brangkar UGD kemudian mengangguk "Kenalin, Tiwi, Istri saya"

JEDUAAARRR

Padahal, Rantika sudah melakukan proses melupakan selama 5 tahun belakangan ini, bahkan kini ia tengah koas. Namun, entah mengapa secercah harapan akan kembalinya dirinya kepada Evansyah kembali lagi saat melihat Evansyah yang tadinya masih sendiri. Namun sayang, hatinya kembali rapuh saat tahu Evansyah sudah menikah

"Ini mantan kamu yang dulu anak SMA kan? Yang ketemu di cafe?" Ucap wanita yang kini tengah berbaring di atas brangkar

Rantika tersenyum "Maaf Mbak, saya sudah bukan SMA lagi, bahkan saya punya title S.Ked di belakang nama saya dan menuju title Dr. di depan nama saya. Jadi saya sudah bukan anak SMA" jelas Rantika panjang lebar

Rantika menaikan sebelah tangan kananya "Bruder Rafi, tolong TTV ibu Evansyah ini. Nanti datanya kasih saya ya. Saya ingin periksa kembali nyonya di brangkar 14" ucap Rantika lalu meninggalkan brangkar 9

Tidak tidak. Ia tidak boleh seperti ini. Ia tidak boleh kacau. Sumpahnya, sumpahnya. Ia harus profesional.

Tapi, ah sial!

Sulit, benar benar sulit. Padahal hanya kenal sebentar. Pacaran pun tidak. Lagi pula selama ini, lebih banyak rasa sakitnya daripada rasa bahagianya bersama dia, tapi mengapa sungguh sulit mengikhlaskan dan melupakannya?

Tuhan, Rantika ingin pindah praktek rasanya.

Padahal tujuan Rantika memilih RSPAD agar mendapatkan jodoh TNI seperti yang diinginkan sang Mami. Tapi jika harus bertemu sang mantan gebetan seperti ini, rasanya Rantika bisa bisa kembali berkelana seperti dahulu.

"Lah? Dek? Kamu disini? Bukannya aku bilang periksa brangkar 9 ya?"

Rantika yang melihat dokter senior langsung bangkit dari duduknya "Maaf dok, saya takut tidak profesional jika saya yang memeriksa"

Dokter Jihan menyeritkan keningnya bingung "Kenapa?"

"Mantan saya dok sama istrinya" jawab Rantika lesu yang di tanggapi oleh Jihan dengan kekehan beserta gelengan kepala geli

"Aduuuh Ranti, Ranti. Aku kira siapa. Mantan toh. Yang sakit cewe, berarti istrinya. Kenapa? Gagal moveon? Kamu putus di tinggal nikah ya?"

"Maaf dok, harus banget di perjelas?" Kesal Rantika yang membuat Jiha tertawa

Meskipun tawa Jihan tidak besar, namun Rantika bisa melihat bahwa dokter seniornya ini sangat bahagia "Bukan cuma kamu yang pernah ngalamin, saya juga kok. Pak pol mantan saya gak bisa nunggu saya kelar pendidikan dokter serta koasnya jadilah saya putus sama dia. Tapi saya bersyukur, sekarang saya jadi Ibu Dandim pluuuus dokter loh"

Rantika memaksakan senyumnya muncul, lalu kembali menghela nafasnya lelah

"Kas Rantika maaf, ini hasil pemeriksaan TTV dan keluhan keluhannya"

Rantika menatap Bruder Rafi, kemudian tersenyum lalu mengambil hasil catatan Rafi "Makasi Bruder, kamu istirahat saya baca dulu" ucap Rantika kemudian membaca hasil pemeriksaan yang di lakukan oleh Bruder Rafi

"Wah salah ruangan dia Ran, suruh pindah sana. Kamu yang bilang ya, kalo gak mau nilai kamu jadi an---"

"Baik dok. Saya menuju brangkar 9 sekarang" ucap Rantika cepat lalu berjalan menuju brangkar 9.

Mata Rantika memanas, rasanya sesak. Terlihat pemandangan dimana Evansyah memegang erat tangan Tiwi, mengecup tangannya lalu mengelusnya dengan lembut. Penuh kasih sayang.

"Selamat Malam Tuan dan Nyonya, kalian di persilahkan untuk ke ruang Obgyn karena menurut pemeriksaan TTV dan keluhan Ibu. Ini bukan penyakit, sisah penjelasannya dokter Akmal di ruang Obgyn yang akan menjelaskannya" jelas Rantika panjang lebar, kemudian bersiap meninggalkan dua sejoli ini

Namun tiba tiba

"Obigin? Kamu ngatain saya bego?"

Rantika mengerutkan keningnya bingung "Maaf Ibu, bagaimana?"

Tiwi dengan wajah emosinya, yang tadinya tidur di atas brangkar menjadi duduk tegap "Kamu ngatain saya Bego? Hah? Tega ya kamu! Saya itu pasien kamu. Kamu boleh marah karena Evansyah lebih memilih saya daripada kamu tapi bukan begini ca---"

"What? Marah? Maaf ibu Tiwi. Saya tidak pernah mengatai anda bodoh dalam kasar" potong Rantika tidak terima

Mendadak, suasana UGD menjadi panas, perdebatan dua wanita dengan kostum yang berbeda menjadi momok utama UGD pada siang hari itu

"Tadi kamu bilang, Obygn. Itu bego kan? Jahat ya kam---"

"Waiiit, ah sial Ibu salah paham. Obygn adalah dokter kandungan" potong Rantika cepat lalu memberikan penjelasan

"Jadi Nyonya Evansyah yang terhormat. Silahkan meninggalkan UGD lalu pergi ke dokter kandungan karena anda bukan sakit melainkan sedang mengandung" jelas Rantika yang kemudian pergi meninggalkan Tiwi yang kini tengah berbincang ribut kecil dengan Evansyah

Sabar Rantika sabar, kata Mami orang sabar jodohnya tentara ganteng

~~~~~

Halohaaaa ada yang rindu lapak ini? Gimana? Gereget gak? Wkwk

Aku mau slow up yg ini, malah niatannya hiatsh tapi gajadi wkwk

Target ya, komen 20 aku next. Babay🌻

[KCT.5] Bertemu di Tantan? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang