Sepuluh

1.9K 213 16
                                    

"Ka Evaaan" panggil Rantika sekali lagi namun dengan nada sedikit lirih, pertahanannya benar benar runtuh, apa apaan ini? Kenapa Rantika merasa hidupnya seperti dipermainkan?

Rantika bangun dari duduknya, dengan mata yang sudah berkaca kaca. Peduli amat dengan tatapan orang orang sekitar yang menatapnya aneh. Ya, aneh. Matanya berkaca kaca, namun senyum terukir di bibirnya, lalu berjalan menghampiri dua sejoli? Yang baru saja datang masuk ke Kedai Eskrim ini

Jika wajah Rantika sudah menunjukan kekacauannya, maka lain dengan Evansyah. Lelaki dengan baju dinas harian-nya itu memasang wajah biasa saja. Tidak ada rasa terkejut bertemu dengan Rantika, bahkan dengan tidak segannya Evansyah malah merangkul lengan wanita yang datang bersamanya.

"Ka Evan, long time no see" sapa Rantika dengan...... ramah? Atau sedih?

Evansyah tersenyum menatap Rantika, senyum yang biasanya akan mengeluarkan gombalan gombalan receh, guyonan guyonan ala kadar tentara dan pembicaraan akan kekhawatiran Evan akan Rantika. Dan kini, senyum itu berbeda, berbeda dalam artian Rantika

"Kamu cari tempat duduk aja dulu, aku mau menyelesaikan sesuatu dulu" ucap Evansyah kepada wanita yang datang bersamanya dan dapat di dengar oleh Rantika

Wanita tersebut mengangguk, lalu meninggalkan Evansyah dengan Rantika berdua di pintu masuk-keluar Kedai Eskrim ini.

"Kita keluar, kalau kita lama lama disini, semua terlalu drama dek. Kaya sinetron ftv nanti" ucap Evansyah yang terdengar seperti gurauan. Namun, gurauan tersebut tidak sampai kepada Rantika. Entahlah, hantinya sudah porak poranda.

Kini, hanya ada satu pertanyaan di benak Rantika ketika melihat kejadian ini.

Apakah rasa itu sudah hadir? Dalam waktu sesingkat ini?

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Rantika mengangguk setuju, lalu berjalan lebih dulu keluar dari Kedai Eskrim.

Kesedihan, selamat datang.

***

"Jadi?" Buka Rantika lebih dulu

Mereka baru saja sampai di taman kecil ini, benar benar baru sampai dan langsung duduk di kursi kayu di bawah pohon rindang.

Rantika tidak mau berlama lama lagi, apalagi harus menunggu lama atau mungkin menunggu Evansyah membuka suara dengan menunggu hingga bermenit menit. Ini bukan sinetron, ini kehidupan nyata.

Membalas perkataan Evansyah? Mungkin bisa di bilang begitu.

Evansyah menatap wajah Rantika, lalu tersenyum.

Sedangkan Rantika? Sudah ingin menangis sejadi jadinya.

Tuhan, mengapa rasanya sesakit ini?

Rantika menatap tangan Evansyah, tangan yang jika mereka berjalan bersama akan menggenggam erat tangan tangan Rantika, tangan yang akan memainkan rambut Rantika dan tangan yang akan menariknya jika ingin terjatug.

Namun, kini tangan itu hanya diam saja. Bahkan saat dirinya jatuh, jatuh kedalam pelukannya.

"Saya minta maaf" ujar Evansyah setelah cukup lama terdiam

Rantika masih menundukan kepalanya, menahan tangis dan menahan sakit pada qalbu nya.

"Saya minta maaf karena sebenarnya, saya sudah di jodohkan oleh orang tua saya. Saya sudah di temukan oleh seseorang yang menurut orang tua saya adalah pilihan terbaik mereka. Dan maaf, saya tidak bisa mempertahankan kamu. Karena kamu, masih SMA."

Deg

Karena kamu, masih SMA

Karena kamu, masih SMA

Karena kamu, masih SMA

Rantika seketika menegakan kepalanya, sebisa mungkin menahan tangis serta menahan raut wajah terkejut akan ucapan terakhir Evansyah.

Apa katanya tadi? Karena dirinya masih bersekolah? Rantika terkekeh sinis, mentertawakan dirinya yang bodoh mungkin?

"Saya mau, kita sudahi ini semua. Tapi memang, kita tidak pernah memulai sesuatu bukan? Kita juga tidak pacaran. Jadi, saya hanya ingin menjauh dari kamu. Terimakasih ya dek atas semuanya" ujar Evansyah lagi panjang lebar yang kemudian bangkit dan meninggalkan Rantika sendirian

Saat Evansyah sudah jauh, Rantika memecahkan tangisnya. Menangisi kebodohannya, menangisi nasibnya dan menangisi hatinya yang ia taruh di Evansyah.

Rantika menangis sesegukan, sampai tiba tiba sebuah pelukan datang, memeluknya dari samping, cukup hangat.

"Izin meluk kamu yang sedang sedih, tapi tolong jangan bilang bang Abdul, saya takut di tindak" ujar Edgar yang membuat Rantika terkekeh dalam isaknya

Tapi tiba tiba, Rantika termegun ko mirip cerita Tentara Ku yak ni gue?

"Dan satu lagi, gak usah nangis, kamu memang masih SMA, tapi kan sebentar lagi kamu mau kuliah. Saya temani sampai lulus kuliah mu ya, mau?"

~~~~~

Halooooooooooooooo apa kabar cacers? Kangen sapa Rantika? Atau Cantika? Wkwk

Gimana? Udah kaya sinetron kaya kata Evansyah? Gimana rasanya baca part ini?

Masi mau nunggu kan? Mau dong pastii yega wkwk

Alurnya aneh nih, mood aku mau bikin ini cerita acak acakan wkwk gapapa kan? Gapapa laaa wkwk

Selamat Malam minggu Cacers yg mblo🤟🏾😜

[KCT.5] Bertemu di Tantan? (SELESAI)Where stories live. Discover now