2•- Jika Bertemu

6.2K 309 48
                                    

____________

Perasaan merasa tersakiti itu akan akan menghilang dalam sekejab saat kita bertemu

______________________

Di taman belakang sekolah gadis ini hanya memilih berdiam diri merenungkan apa yang sudah ia lakukan hingga seseorang yang ia suka seakan benar-benar tak menginginkannya sama sekali. Melas sekali.

Ia tidak tau apa alasan Revan selalu cuek dan dingin kepadanya, senyum saja hampir tidak pernah.

Pikirannya terus berputar keras hingga kini seseorang berhasil membuyarkan lamunannya, dengan paksa Atha pun harus menghembuskan nafas kesal.

"Ekhem..." seseorang dari arah belakang berdehem keras, berharap gadis yang tak ia ketahui siapa itu menoleh dan pergi dari hadapannya.

Atha mendengar itu, refleks ia pun menoleh dengan cepat.

Atha menatap pria betubuh tinggi atletis yang tampak sempurna itu, bahkan ia sendiri tidak percaya apa yang sedang dilihatnya.

"R-revan?" gumamnya tak percaya.

Astaga dia lagi, batin Revan saat melihat gadis yang selalu menganggunya adalah gadis yang saat ini ia inginkan untuk pergi.

Revan hanya menunjukan wajah dinginnya dan menghela nafas kasar, bosan rasanya melihat seseorang yang selalu menganggu dirinya terus mencul begitu saja. Revan benar-benar tak suka.

Memang dengan Atha selalu ada didekat Revan akan berubah sikap Revan padanya? Tidak.

"Pergi lo!" usir Revan datar.

Hatinya terasa diremas oleh usiran spontan itu, Atha menghela nafas, berusaha melupakan luka kecil itu lalu tersenyum, sekilas berfikir tak menyangka akan bertemu Revan di tempat ini.

Atha sungguh senang, kini mereka dipertemukan berdua, ah sungguh sesederhana ini kebahagiaan gadis ini.

Karena hanya ada mereka berdua saja, Atha berharap semoga kali ini Revan mau bersamanya.

"Revan! Aku kangen banget sama kamu, dari tadi kemana aja?!" pekiknya sambil berlari kecil kearah Revan.

"Aku disini ya ikut sama kamu, nemenin kamu, dan aku bakal bikin kamu betah deh pokoknya, aku ikut ya please" lanjutnya sembari memegang lengan Revan.

Revan melepas pegangan lengan Atha dengan kasar.

"Gue bilang pergi!" jelas Revan dengan nada yang tinggi.

Atha menatap sendu lalu ia menghela nafas berat dan menatap intens sosok menarik didepannya ini.

"Kenapa? kenapa aku harus pergi kalau sebenernya aku seneng dideket kamu." ucap gadis ini menatap penuh harapan. Masih mempertahankan senyum bohognya.

Terlihat jelas betapa sedih nya Atha dengan perlakuan Revan padanya namun tetap saja Revan tak peduli.

"Gue bilang pergi ya pergi!" ulang Revan sambil menunjuk arah lurus.

"Yah kenapa gitu?"

"Mau apalagi lo? lo tuh gak sadar ya? gue paling gak suka diganggu sama orang yang gak tau diuntung, lo tuh gak sadar atau pura-pura gak tau kalo lo udah ganggu waktu gue buat sendiri!" bentak Revan mengepalkan kedua tangannya.

Gadis ini mengerjap, menahan dalam-dalam segala sayatan yang jelas ia rasakan saat ini.

Revan menatap lamat-lamat gadis yang menahan napasnya sejenak itu, sungguh kini ekspresi wajah Atha menjadi melas.

Tapi tetap saja, Revan tak akan meminta maaf apalagi merengek-rengek kepada Atha agar merubah ekspresi wajahnya agar kembali ceria dan cerewet lagi, itu terlalu konyol.

Gadis ini menunduk, mau berbuat apalagi? Ya Revan akan tetap saja seperti itu, hatinya terlalu kosong untuk mengasihani cewek semacam Atha.

Lagi-lagi Revan harus menghembuskan nafas kasar, gadis ini benar-benar menganggunya, melihat keberadaan gadis ini saja seperti sebuah kutukan baginya.

"Ck, buruan pergi sana!" usir Revan kesal.

Atha tergelak, tawanya hambar dan renyah. Ini adalah momen langka, jelas gadis itu tak akan menyiakan kesempatan emas ini. "Gue pengen sama lo, bentar aja."

Revan menghela nafas pasrah, opsi yang dia punya adalah membiarkan gadis ini tetap disini, atau ia harus mengerahkan waktunya untuk mengusir Atha dari sini.

Beberapa detik Revan terdiam, Atha menangkap sebuah jawaban didalamnya.

"MAKASIH! Aku tahu kok kalau sebenernya kamu juga suka kan kan disini?" Atha menggeser duduknya mendekat dengan Revan.

Tidak ada keheningan, Atha membuat topik-topik pembicaraan walaupun sama sekali tak di respon oleh Revan.

Atha menatap penuh percaya diri, "Tahu gak? aku tadi malem mimpiin kamu? tahu artinya, Ah aku yakin kita adalah jodoh"

Revan hanya diam, bahkan dia tidak tau hendak membalas apa, perlakuan ini benar-benar membuatnya risih. Sungguh.

Gadis yang merasa terabaikan itu mulai mendegus dengan segala unek-unek yang ingin ia sampaikan.

"Kamu tuh kenapa sih? Aku kan mau ngobrol sama kamu." ucapnya bersedekap dada.

"Diem" suara Revan, keras namun tetap dengan wajah datar khasnya.

"Ih gak asik, harus nya kamu tuh masang wajah seneng pake ekspresi kaget-kaget gak nyangka gitu anjir, gak pekaan banget sih" kesal Atha.

Revan menatap tajam Atha dengan manik indahnya, namun kini lelaki itu dibuat bingung akan tingkah gadis aneh ini, pipi gadis itu memerah.

Apa dia baper? tapi bukankah ini tatapan tajam bukan tatapan kagum. Bagaimana Revan menjelaskan ini pada Atha?

Ah begitu rumit.

"Jangan natap gitu, pipi aku nanti jadi kayak kepiting rebus" ucap Atha malu.

"Bodo"

Atha mendegus, ia membuang wajah dan mengumpat dalam diam.

Revan kembali mengalihkan pandangan lurus. Kini gadis yang berada disampingnya ini sedang memasang wajah tertekuk, sungguh gadis ini sedang bersikap berseolah sedang ngambek pada nyatanya Revan tak akan peduli.

Sangat disayangkan.

Revan menggeleng keras, kini tiba-tiba ia ingin meruntuki dirinya, mengapa dia mau duduk berdua dengan gadis ini?

Revan menyisihkan kedua lengan bajunya, lalu beranjak dari kursi ini dan pergi begitu saja.

Satu..dua..tiga

Sudah bisa dipastikan, suara teriakan dari arah belakang menusuk pendengaran lelaki ini.

Atha memanggil namanya dan dan langsung mengikuti Revan dengan langkah cepat.

Revan yang mendengar hentakkan kaki dari arah belakang itu pun mendegus kesal.

Itu cewek kenapa sih ngikutin gue terus, batin Revan menggerutu.

"Van ..tungguin, tega banget sih sama aku" ucap gadis itu nyaring dan tiba-tiba Revan menghentikan langkahnya.

Gadis itu tertabrak punggung Revan.

"Lo pergi apa gue yang harus pergi dari hadapan lo?" Revan membalikkan badan.

Atha yang mendengar itu hanya bisa diam dan sekarang mereka sedang berhadapan dengan jarak yang sangat sempit.

Kini Atha memilih untuk diam, Revan terlihat sangat jengkel padanya. Bagaimapun juga Atha sadar, ia harus bisa menempatkan diri kepada siapa dirinya berhadapan.

Kamu hanya tak tahu betapa sakitnya aku menahan dan mempertahan kan rasa yang ada . ^^

Aku mencintaimu, Adhittama...

TBC

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA😍

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now