41•-Menginginkan.

1.5K 51 0
                                    

______

Aku memang menginginkan, dan ternyata semua memang tak seindah yang dipikirkan.

________________

"Bagong oh bagong dimana kau jelek" teriak Revan sambil menyusuri kamar Vanno yang luas ini.

"Eh bagong ngapain lo kesini, ngintip gue mandi?" Vanno kaget saat melihat Revan sudah berdiri didepan kamar mandi kamarnya, Revan langsung berbalik dan hanya menyisakan kaos hitam ditubuhnya.

"Elah tau aja lo, sini gue mau ngomong sama lo" Revan menyeretnya pelan lalu ia langsung membaringkan tubuhnya dikasur Vanno.

"Lo tau maksud Dhitto nyakitin Atha gak Van?" Revan menatap langit-langit kamar.

"Hmm, dia kemaren baru cerita sih kalo dia sebenernya bener bener gak bisa ngelupain Atha" Vanno mengucapkannya sambil membalas pesan dari Nata dan membuatnya tersenyum.

Seketika pancalan kaki yang membuat ponselnya terhempas membuat Vanno tekejut.

"Eh buset kenapa sih lo, iri aja" Vanno tak mau ambil susah ia langsung mengambil ponselnya lalu mendekatkan kepandangannya.

"Untung ada karpet unyu gue, jadi gak pecah deh!" Vanno tersenyum girang, melihat Revan yang sepertinya sudah menahan emosi karna tingkah menyebalkannya.

"Gue serius jadi lo juga harus serius" tegasnya sedikit menekan kata.

"Gue serius, dia bilang sama gue dan apapun caranya bakal dia lakuin sekalipun itu nyakitin Atha"

Entah mengapa Revan merasa sangat marah akan hal ini, mendengar Atha akan disakiti dengan perilaku teman sekaligus musuhnya itu semakin memuncakkan emosinya.

"Ooh gitu, yaudah deh" Revan mulai memejamkan matanya.

"Dasar bocah kebo, kesini cuma mau modus tidur sama gue" ucap Vanno nyaring.

"Diem lo, mendingan lo telfon Jasson kalo gue mau tidur disini aja, katanya sih dia mau kerumah gue tapi gue aja males kerumah ada babi ngepet, hp gue juga rusak" Revan mempernyaman posisi tidurnya.

"Anjir lo, siapa babi ngepetnya?" Vanno berfikir ambigu.

"Adek gue lah begok!" Revan berteriak yang membuat Vanno refleks melempar guling kewajah Revan.

"Kampret lo, dasar tengil baru aja punya cewek songong amat" Revan memancing namun dengan jiwa kemagerannya.

"Dih ogah gue punya cewek!" tegas Vanno ikut berbaring.

"Sok ikutan gue lo, tapi tetep gak bisa sih soalnya gue lebih ganteng" Revan senyum-senyum sendiri dengan mata terpejam.

"Serah lo bagong" Vanno pasrah dengan perdebatannya dengan Revan,selalu saja ia dibuat oleh adik sepupunya ini.

Namun suara Revan tak lagi terdengar, Vanno pun rasanya ingin menjambak rambutnya karna geram dengan kelakuan sinting Revan.

Ia melihat Revan tertidur pun ikut merasa kagum dengan adik sepupunya ini.

"Wah ternyata ganteng juga lo" gumamnya pelan. Seketika Vanno terbelalak kaget saat seseorang yang ia puji itu membuka matanya.

"Ahahaha ketauan muji gue lo ya" Revan tertawa dengan tingkahnya.

"Yaelah lo anjir" Vanno merasa canggung sendiri.

"Gue mau tidur, telfon dulu si Jasson" Tegas Revan sebelum ia benar benar larut dalam tidurnya.

Vanno pun mengangguk lalu keluar kamarnya dan menelfon Jasson dan menyuruhnya untuk datang kerumahnya.

* * *

Hari sudah menujukkan pukul 00.00 namun Atha tetap tidak bisa terlelap dalam tidurnya.

"Kenapa ya sifat Revan aneh banget, kadang baik kadang jahat" Atha bingung sendiri.

Lalu ia bangkit dari tidurnya berniat untuk mencuci wajahnya yang agar tidak mengantuk, ia benar benar sedang tak minat untuk berbaring dikasur empuknya itu.

Ia menarik laci dimejanya lalu membuka album foto itu dan membawanya kekasur, terdengar suara petir yang bergemuruh menghampiri suasana malam yang mencengkam, namun ia tetap tersenyum dan mengenang lembar demi lembar foto itu.

Kamarnya sudah gelap hanya menyisakan lampu tidurnya yang masih menyala.

"Kapan ya gue bisa foto sama lo Van" ucapnya sambil memandang foto Revan tanpa satupun ada dirinya disebelahnya.

"Gue seneng banget kalo lo terus terusan ada disamping gue Van, gue gak tau gimana lagi gue nyatain rasa ke lo" Atha mengigit bibir bawahnya, rasanya ingin sekali berteriak.

"Gue takut, takut banget kalo lo sampe ketemu sama cewek yang lo suka" Atha bergedik cemas.

"Gue takut Van" Atha benar benar cemas dan gelisah, ia sudah benar benar memprioritaskan lelaki idamannya dari dulu ini.

Tak lama air matanya jatuh diatas foto wajah Revan yang tak memperlihatkan senyumannya.

"Gue pengen lo senyum sama gue, gue pengen lo jadi milik gue, gue pengen gue pengen Van!" Atha semakin menggila saat mengenang semuanya.

"Gue kangen lo" ia benar benar jatuh, dan tak ada yang membangkitkanya.

Lalu ia sandarkan kepalanya diatas bantalnya dan air matapun terus meluncur, bibirnya pun bergetar tak mampu berkata-kata.

Tak lama dengan sendirinya ia terlelap tidur dan membawa segala rasa cemas didalamya.

Seandainya ada alat pengukur seberapa besar cinta orang kepada seseorang pasti Revan yang melihat justru akan luluh dibuatnya.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now