36•-Berakhir?

2.5K 85 2
                                    

______
Haruskah ku akhiri semua ini? dengan semua masa lalu yang menggores hati, dengan semua rasa yang telah tertumpah kepadamu?

______________

Dhitto menendang meja dengan keras, melihat Atha yang duduk dikelas sepi itu lalu menghampirinya dengan cepat.

Dhitto masuk dengan lancar ke kelas ini, menyergap cepat Atha yang sedang membereskan bukunya.

"Aaaa.." teriak Atha kencang setelah melihat Dhitto menodongkan pisau kearahnya.

"Mau ngapain kamu?" tanyanya gugup sambil melangkah mundur, ponselnya yang tergeletak dimeja pun jatuh kencang.

"Atha! ikut gue" belainya menjatuhkan benda tajam itu.

"Dhit—." tangan Dhitto membekap mulut Atha hingga ia sesak bernafas, matanya melotot tajam. Atha kehabisan oksigen.

"Atha?" tanya Revan yang tiba-tiba datang dari arah pintu. Melihat Atha ngosngosan memegang sesak dadanya.

Dhitto melepas bekaman itu dengan cepat, menyingkirkan pisau itu dengan kaki kirinya.

"Ngapaian lo kesini" tanya Revan dengan tajam.

"G-gue-." Dhitto meringis sakit, satu tonjokkan dan satu tendangan saja membuatnya jatuh tersungkur.

"Pergi" jelasnya dengan singkat, Dhitto pun segera pergi dengan wajah cemas dan menahan amarah pada Atha yang sudah tak lagi ingin menjalin kasih dengannya.

"Lo kenapa?" tanya Revan dengan nada khawatir melihat Atha yang terlihat sesak nafas.

Atha dengan lemasnya menggeleng dengan terus mencengkram dadanya kuat.

"Kerumah sakit ya" ucap Revan yang ingin mengangkat badan Atha perlahan. Tak disangka tangan gadis itu berdarah cukup banyak. membuat Revan cukup kaget dengan semua ini.

"Tangan lo" Revan memegang tangan itu, dan melihat wajahnya yang kain memucat juga pisau yang tepat dibawah kakinya.

"En-ngak" jawab Atha buru-buru dengan engahan nafas yang tak terkondisikan.

Hati Atha berdegub kencang, melihat Revan yang peduli dengannya juga melihat sifat Dhitto yang sangat membahayakan.

Atha memegang pelipisnya, lalu terjatuh dengan keras dilantai. Revan makin panik dan langsung menggendong gadis itu ke mobil dan langsung menuju rumah sakit.

• • •

"Revan.." Atha mengerjap menangkap kepala yang sudah tersandar diatas tempatnya berbaring.

"Gila ganteng" teriaknya pelan.

Atha bangkit cepat, meliat tangannya sudah terperban rapi, dan lalu melangkah cepat dengan hati-hati dari tempat itu.

"Bangun Van" seketika Atha mengubah ekspresi wajahnya seperti biasa saja. Kini saatnya ia akan berjuang dengan ekspetasi yang luar biasa.

Revan mengerjap beberapa kali, "kok lo bediri? lo pura-pura sakit?" tanyany melihat gadis itu yang sudah terlihat sangat sehat.

"Yang bilang aku sakit siapa? kenapa kamu bawa aku kesini? perhatian?"Atha salah eksperesi, mengapa ia sangat menekan perkataannya, hingga membuat canggung ini.

"Lo kan pingsan, makanya gue bawa kesini, lo pura-pura?" tanyanya tajam.

"E-engggak, siapa coba yang mau pingsan!" degusnya kesal.

"Yaudah sana lo pulang" usirnya ganas, mengingat Revan sudah tak ingin lagi bersama dengan gadis menyebalkan ini.

"Kok kamu gitu sih" Atha membinarkan matanya, luluh? iya Revan sangat luluh dengan mata yang dulu sempat ia inginkan ini.

"What ever" ucap Revan tak acuh sambil merentangkan tangannya tak peduli.

"Gue ada urusan, urusan itu ketunda gara-gara lo, semua gara-gara lo, Shit" umpatnya menohok hati gadis ini.

Revan menghentakkan kakinya keras, jika saja Atha lelaki maka ia sudah memukul habis-habisan, hatinya berdegub bergeloyotan tak karuan, juga diri yang tak mau melawan tingginya ego.

"G-gue gak maksa lo buat nolongin gue Van," ucap Atha begetar diruangan seorang diri dengan air mata yang perlahan turun.

Lalu ia mengusapnya perlahan dan segera keluar dari ruang ini.

Setelah sadar bahwa Lucky pulang hari ini, Atha berniatan menelfon ayahnya.

"Pah.. jempur Atha, alamatnya Atha kirimin" Atha menelfon Lucky dengan paksa.

Saat Lucky datang dengan klaksonan keras Atha masuk dengan datarnya, menekuk wajahnya sebal.

"Tangan kamu kenapa?" tanya Lucky memadang gadis yag menopang luka ditangan itu. Peduli? sedikit.

"Gak papa kok" Atha merasa sedikit terharu juga kecewa, tangan seperti ini saja dia tanyakan, mengapa kejadian yang hampir menewaskan anaknya dulu ia tidak peduli?.

"Atha, Papa mau ngomong serius sama kamu" Lucky menyeriuskan wajah nya.

"Papa minta maaf ya, Papa akan jadi Papa yang dulu lagi buat Atha, maaf buat semuanya, maaf Papa selalu buat Atha kecewa" Lucky mengarahkan pandangannya ke arah Atha.

Atha hanya diam, memainkan jari jemarinya dan sekarang ia tak ingin kejadian menyakitkan apapaun terulang lagi.

"Papa janji?" Atha mengucapkannya datar, mengapa baru sekarang? apakah dia tidak tau rasanya melihat ayahnya selingkuh didepan matanya, lalu mendorongnya hingga membuatnya hampir tewas?

"Maafin Papa, Atha?" Lucky benar benar memancarkan ketulusan yang ada.

"Jangan sakitin Mama lagi, Mama udah ngerawat Atha waktu sakit, dan Mama selalu diem atas semuanya, Atha kasian sama Mama Pa, jangan minta maaf ke Atha, Atha udah maafin Papa kok" Atha menahan tetesan air kesedihan itu.

"Papa coba perbaikin semuanya nak" Lucky mengucapkannya pelan.

Atha mengangguk dan hanya pasrah, disatu sisi ia bahagia namun disisi lain ia rapuh.

Atha memainkan ponselnya terlihat Revan baru saja memposting sebuah foto yang tidak ada caption di postingan itu. Namun banjiran comment an yang amat banyak membuat Atha memancarkan kekagumannya.

"Ganteng banget anjir, perasaan baru aja pergi dia pergi lagi?" gerutunya bingung. Apa ini foto lama? entah lah, Atha senang.

"Nanti mau kuliah dimana?" tanya Lucky yang pandangannya masih lurus.

"Dijakarta aja lah Pa, atau diBandung juga boleh" Atha mengucapkan nya asal.

Lalu dengan sadar ia menarik ucapnnya tadi "Jakarta aja Pa" ucapnya cepat.

"Iya terserah kamu aja sih"

"Hmm" Atha mengangguk pelan.

Kenapa sih Dhitto balik kesini lagi, apa dia mau bunuh gue dia? gue benci lo dhit, sampai kapapun jangan harap gue kasih hati ke lo lagi, mana janji lo! Atha menyumpah serapah didalamnya.

Mereka pun sampai kerumah, tiba-tiba langit menunjukkan mendungnya dan tak lama hujan bergemuruh cepat.

"Yahh, basahh" Atha berlari keteras rumahnya.

"Kamu mandi dulu, biar gak sakit nanti" ucap Lucky singkat.

"Siap Pa" Atha mengacungkan jempolnya.

Ia bergegas untuk membersihkan diri dan akhirnya ia memakai sweater tebal dengan membawa sebuah lukisan lamanya.

Dua orang yang sedang merangkul satu sama lain, dan tertulis Atha&Dhitto. Kenangan manis yang tak terlupakan, namun seketika berubah menjadi sebuah kekejaman di dalam cinta yang lama.

'Tuhan udah ngatur semuanya Dhit, jangan lo paksain gue" Atha mengeluh pelan lalu melihat luka yang terperban rapi ini.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now