35•- Berjuang

1.9K 68 0
                                    

________

Cantik hatimu mampu meluluhkan siapapun yang berusaha mendapatkanmu sekalipun dengan cara yang salah

_____________________

Keesokan hariya, Atha kembali ke keadaan yang membuatnya senang bahkan terbang sepanjang detik,karena selalu dekat dengan Revan.

"Revan sayang, udah makan?" tanya Atha lembut. Berusaha membuat nyaman Revan saat disampingnya, namun hasilnya hanyalah membuat Revan terasa terusik.

"Brisik" jawabnya kasar.

"Yah, salah lagi, aku diem kamu marah, aku perhatian kamu marah, mau kamu apa sih" kesal Atha, padahal jelas-jelas Revan justru senang jika gadis ini mentup mulutnya.

"Kapan gue bilang kalo lo diem gue marah? ngomong suka asal aja" bela Revan untuk dirinya sendiri.

"Kamu PMS atau apaan sih, galak banget" Atha menggebrak meja keras, sebagai gamabaran bahwa ia sedang marah.

"Diem atau gue plester mulut lo" Revan menatapnya tajam.

"Plester aja kalo bisa, dasar jadi laki laki kok gak pernah peka—." Atha yang ingin melanjutkan pembicaraanya, namun sepertinya harus berhenti karena bekaman tangan seorang Revan mendarat di mulutnya.

Atha mengigit tangan itu keras. Revan menariknya cepat dan mendekatkan gigitan itu tepat di depan matanya untuk bisa melihat seberapa dalam lubang gigi dari gadis itu menempel di kulitnya.

"Sakit bego!" degusnya kesal, lalu membuang wajah.

"Maaf" ucap Atha sambil menarik tangan Revan dan mengelusnya pelan.

Revan hanya membiarkannya saja, berusaha membuat Atha diam memang sulit.

"Lo bisa gak sih gak ganggu gue sekali aja" ucap Revan ngotot juga melotot pada Atha, sangat berharap kali ini Atha mengerti bahwa ia sangat tidak ingin di ganggu, bahkan amarahnya sudah di ujung tanduk.

"Gak bisa, aku mau buat kamu selalu seneng" jawab Atha jujur dan tersenyum lebar, ia sengaja seperti itu agar Revan tak cemberut lagi.

"Arghh, brisik"  Revan frustasi lalu melirik gadis imut ini.

"Kamu kenapa sih? mau makan?" tanya Atha mengeluarkan bekal makanannya.

Revan tak menggubris sama sekali, nafasnya memburu cepat, menenangkan jiwa dalam beberapa detik sampai ia melihat sepotong roti tepat di depan mulutnya.

"Aaa.." ucap Atha untuk Revan agar membuka mulut.

"Gak" Revan mendorong roti itu pelan. Ia juga masih menjaga perasaan halus gadis itu, untuk tidak menolaknya terlalu kasar.

Atha mendegus kesal lalu memakan roti itu dengan kesal dan cemberut, membuat Revan menatapnya sepenuhnya padanya.

"Gak sopan" ucapnya singkat lalu kembali pada pandangan lurusnya.

"Kamu ngeselin banget sih, untung gue sayang, kalo gak udah gue habisin lo" Atha kebabalasan mengucapkan itu.

Revan mengerutkan alisnya bingung, sayang gue? Revan padahal tak tau harus percaya ini atau tidak, namun baginya Atha bisa saja mengucapkan ini pada siapa saja. Lalu Revan tak menghiraukan sama sekali Atha yang sedang kesal.

"Seandainya gue pergi dari dari hidup lo, lo bakal ngapain?" tanya Revan nyelocos.

"Gue bakal ngikutin lo!" jawab tegas Atha.

"Oo gitu" sahut Revan membulatkan mulutnya dan memundurkan kursinya dan beridiri, Atha yang merasa tertantang pun ikut berdiri.

Revan bersiul pelan dan berjalan keluar kelas dengan tangan yang dimasukkan ke kedua kantong saku celananya.

Atha ikut mengekori dari belakang dengan wajah cemas, ia berfikir Revan akan pergi dengan kodean kata-kata Revan yang diucapkan beberapa waktu lalu.

Atha melotot kaget saat Revan masuk ruangan yang bertuliskan Tolilet Pria. Diam-diam Revan menahan tawa melihat ekspresi gadis itu menjadi bingung sekaligus sebal.

Masa gue ngikutin juga sampe dalem?

"Revan" teriak Atha mengangkat tangannya diudara dan menjinjitkan kakinya menangkap mata dan tubuh yang menghadap ke arahnya itu, ya saat itu Revan sudah masuk toilet pria itu.

"Hati-hati!" Atha menurukan jinjitannya,lalu terseyum puas.

Revan diam dan berbalik, dan benar-benar menghilang dari balik pintu itu, Atha melihat kebawah, melihat dirinya sendiri yang masih berdiri disini untuk menunggu lelaki yang ia tunggu sampai detik ini bahkan hingga nanti.

Atha terseyum ceria, meloncat seakan berkata YES, namun tak terucapkan, rambutnya terombang ambing, ia senang, menikmati masa SMA ini dengan pahit sepahit-pahitnya, namun ia yakin akhirnya pasti akan baik.

Meraih ponselnya cepat, Atha yang sedang memiliki mood yang terbilang sangat baik ini meninggalkan Revan yang masih belum keluar dan mendudukan dirinya dikursi dekat lapangan bakset dibawah pohon rindang.

Menaikkan sebelah kakinya betumpangan dengan kakin sebelahnya, lalu merapikan jam tangan yang menempel indah di tangan itu.

Meliriknya sebentar lalu kembali pada ponsel yang sedari tadi ia genggam.

Membuka pesan pesan secara random untuk membalas nya satu persatu, yang paling mencengangkan adalah notifikasi dari Raka yang selama ini tak ia hiraukan bahkan ia tidak tau bahwa itu adalah Raka.

(20 okt 2019)-05.12 Wib
Rakadevano : Selamat pagi untuk kakak yang selalu ku nanti

(31 okt 2019) - 19.13 Wib
Rakadevano ; Mikirin kakak aja udah gak kebayang liat muka sendiri gimana senengnya, apalagi ketemuan langsung ea.

(1 nov 2019 ) -01.12 Wib
Rakadevano : Mikirin orang yang gak pernah liat kita samsek itu sakit ya

(2 nov 2019) - 12.31 Wib
Rakadevano : Boro-boro mimpi di Videocall, Dibaca aja kagak!😤.

Atha memendam ketawanya yang meraja dikedua pipinya, hanya chat itu yang mampu membuatnya terbahak ria.

Yaitu Raka adik dari seseorang yang sangat ia cintai.

Atha mengetikkan sebuah jawaban singkat untuk Raka, Dan berharap Raka bukan penghalang untuk dirinya dan Revan bersama suatu saat nanti.

Athalia : Iyaa Raka...

Atha tak tau, Raka memiliki perasaan atau tidak padanya, padahal faktanya Raka sangat mengagumi gadis yang 4tahun lebih tua darinya itu.

Revan menggerakkan badannya kesamping dan kanan dan kiri, wajahnya kesal, seperti sedang mencari seseorang yang baru saja meninggalkannya.

Nyariin gue ya? Atha lalu menyengir dan
berjalan mengendap-endap perlahan dan mengejutkan lelaki itu dengan sentakan dan dorongan untuk bahunya.

Revan meloncatkan sedikit badannya, dan mendelik kaget melihat Atha yang kian tertawa, lalu Atha diam begitu saja, menanatap Revan di tengah keramaian yang tak menganggu itu.

"Nyari siapa sih, serius amat" Atha melontarkannya dengan lancar.

Revan mendorongnya cepat.

Atha: (Diam)

Kok gitu sih bego?!

Kenapa harus bermain fisik sih?

TBC

Heart disclosure [completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora