25•-Saat Atha Berbicara

2K 90 2
                                    

______

Tolong, dengarkan aku, dan resapilah.

______________

Revan berlari santai untuk mengurus segala pembayaran administrasi rumah sakit Vanno, memang tak perlu di rawat inap, namun harus Vanno harus ekstra istirahat untuk memulihkan dirinya.

Atha hanya diam mengikuti Revan dari belakang, memandang bahu kokoh itu, lalu diam dan memasang wajah kesal, ia tak mau banyak berbicara untuk saat ini.

Ia memandang Revan dari belakang, seharian ini Atha cukup letih, ia seharusnya belum dibolehkan untuk bersekolah namun Atha memaksa dan ia melakukan hal yang tak sewajarnya~Membolos demi kepentingan tersendiri.

Berbeda dengan Revan yang sudah tidak masuk dari pagi tadi.

Revan berbalik lalu kembali berjalan, dan tak memandang Atha sedikitpun.

"Baru gini aja udah nyusahin aja" ucap Revan keras dan kesal.

Atha berjalan menyejajarkan langkahan kakinya, "apa maksud kamu?"

"Kamu tau, kenapa Dhitto ngelakuin ini" Atha bertanya penasaran.

"Tanya aja sama orangnya" ucap Revan kesal.

Revan duduk menopang sikunya ke lututnya, dan menatap lurus kedepan.

"Kasian deh Vanno, pokoknya siapa yang berani berani mukulin dia, bakalan aku bales pokoknya" ucap Atha menyilangkan tangannya.

"Apa? apa? gue gak denger" ucap Revan mendekatkan telinganya ke bibir Atha.

"Aku gak bakalan diem kalo ada yang berani nyakitin Vanno" Atha menatap tatapan lurus itu, lalu Atha berbisik "sama Revan juga" Atha terseyum malu.

"Kalo gue mukulin Vanno, lo mau apa?" ucap Revan menjauhkan dirinya dari Atha.

"Emang kamu ada mukulin Vanno?" tanya Atha dengan polosnya.

"Iya"

"Kapan? dimana? Kenapa kamu mukulin dia sih, kan kasian, udah dipukulin sama kamu juga sama Dhitto" kesal Atha tak menyangka.

"Lo cewek gak usah ikut campur, masih untung juga dia gue bawa kesini, kalo gak pasti dia udah m—."

"Stt..." jari telunjuk Atha mendarat tepat dibibir merah lelaki itu.

"Apa apaan sih lo"  Revan menghempaskan tangan Atha hingga terkena ujung lancip kursi itu.

"Awww" ucap Atha menarik jarinya ke hadapan matanya.

"SAKIT!" teriak Atha.

"LEBAY!" ucap Revan malas namun sedikit tidak enak hati.

"KENAPA KAMU MUKULIN VANNO!" bentak Atha, melampiaskan kekesalannya dengan bertanya tentang Vanno.

"Brisik!" bisik Revan ditelinga kiri gadis itu

"Kamu tuh selalu aja nyakitin aku terus" Atha menahan tangis.

"Gue??" tanya Revan mengayanggah ucapan Atha.

"Iya kamu, kamu buat Vanno masuk rumah sakit, kamu sering cuekin aku, kamu sering bikin aku sakit hati sama cewek yang selalu ada dipikiran kamu itu, kamu pernah sadar gak sih cewek selemah aku gak bakalan kuat ngadepin sikap kamu yang kayak gini ke aku" Atha terisak sejenak.

"Terus kamu gak ada disaat aku selalu perlu kamu, dan saat aku pengen selalu ada di sisi kamu, kamu malah selalu pergi dan pergi, kamu sadar gak sih?Hah?" bentak Atha seram.

"Lo sadar gak sih? Lo bukan siapa-siapa gue! dan lo gak ada apa-apa buat ngatur hak gue!" ucap Revan pelan di depan mata Atha dengan penuh penekanan.

Atha meluncurkan tetasan air itu dengan begitu banyak, perlahan jatuh lurus kelantai.

Revan enggan untuk melihat namun hatinya berdegub kencang, melihat gadis yang ia sukai dulu ia lukai seperti ini.

Revan berjalan meninggalakan Atha di tempat itu, lumayan sepi dan Atha masih diam.

Revan enggan untuk melihat kebelakang, ia akan bertemu dengan Dhitto dan Jasson untuk melakukan hal yang ia inginkan dari mereka berdua.

Atha mengusap air matanya, mengambil tissue dari dalam tasnya, lalu masuk kedalam untuk melihat keadaan Vanno yang sudah sadar dan bisa untuk pulang sekarang juga.

"Atha" panggil Vanno pelan.

"Pulang yuk" ajak Atha terseyum dengan mata sembab dan hidung merahnya.

"Kenapa lo, Revan mana?" tanya Vanno.

"Gak papa, emang gue kenapa?" ucap Atha sambil sengaja memegang wajahnya yang memang kelihatan tidak baik.

Vanno mengangguk tak percaya. "maafin gue ya, gue selalu gak ada pas lo lagi butuh"

"Hahaa santai aja kali, yang penting lo baik-baik aja, yaudah ayo balik"

"Yaudah" jawab singkat Vanno pasrah.

"Btw lo emang bawa mobil?" tanya Vanno heran.

"Anjir, mobil gue kan di rumah lu PEA! hmm terus gimana nih?" tanya Atha sambil mengigit bibir bawahnya dan menggerakkan badannya kesana kemari.

"Gue telpon supir aja deh" ucap Vanno mengambil ponselnya.

Atha hanya mengangguk lalu menatap diam.

"Nunggu dibawah aja yuk" ajak Vanno tersenyum.

"Iya deh" Atha mengangguk.

* * *

Setelah berada di rumah Vanno, Mama Vano, Joane berada di ruang tamu, sontak kaget dengan keadaan Vanno.

"VANNO, kamu kenapaa?" tanyaJoane gelisah.

"Gak papa kok mah" jawab Vanno ngilu.

"Aduh pasti berantem, Atha kok sama Vanno? Vanno berantem ya"

Atha bersalaman pada Joane dengan sopan.

"Tadi saya cuma bawa Vanno ke rumah sakit aja tan" jawab Atha sopan.

"Yaudah, ayo masuk dulu, Vanno ke kamar aja yuk" ucap Joane dengan menutupi kegelisahannya dengan senyum manisnya.

"Tante maaf, saya langsung pulang aja ya, maaf gak bisa bantuin apa-apa" pamit Atha.

"Loh?? yaudah deh kalo gitu, makasih ya udah jagain Vanno, kalo Vanno berantem kayak gini, lapor ke tante aja ya" ucap Joane memandang anaknya yang penuh perban itu.

"Iya tante siap, Atha pulang ya tante, cepet sembuh Van" ucap Atha memegang pelan bahu Vanno yang berdiri lemas.

"Makasih" jawab Vanno singkat dengan senyumannya.

"Hati-hai Atha.." Joane tersenyum.

Lalu Vanno dan Joane masuk kedalam rumah, dan Joane membawa Vanno kedalam kamarnya.

Vanno berebahkan tubuhya, menatap sekujur luka ditubuhnya. Ia tak akan mempermasalahkan lukanya, bahkan Dhitto yang memukuli nya habis-habisan ataupun Revan, Ia sudah biasa menghadapi Dhitto dan Revan namun pasti semua akan baik-baik saja, tapi baru sekali Revan dan Dhitto bisa menghabisi Vanno hanya karena perempuan. -Arsya dan Atha.

Kayaknya gue gak bisa suka sama cewek yang selalu ada buat gue dari dulu batin Vanno pedih.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now