20•-Arsya Menyakitkan

2.1K 98 2
                                    

_________

Masihkah ada tatapan yang sama persis seperti dulu?

______________

Atha mengendarai mobilnya dijalanan Jakarta, menembus sejuk dan terik matahari sore.

"Enaknya kemana ya?" tanya Atha seorang diri.

Tak disangka ia melihat seseorang berdua di dekat taman yang tak terlalu banyak pengunjung.

Matanya memanas, melihat Arsya dan Revan disana. Revan menebarkan senyumannya.

Menampilkan wajah yang selama ini tak pernah dilihat oleh seorang Arrma Athalia.

"Brengsek!!" umpat Atha membuka pintu mobilnya dan berusaha berlari dengan menyeret kaki sebelah kirinya.

"Apa-apaan nih!" teriak Atha lantang mengarah kedua pasang mata itu.

"Hmm kok dia lagi!" jawab Arsya sinis.

Kini watak Arsya tak seperti dulu saat di Caffe, sekarang lebih terkesan menjadi seorang yang jahat dan menyebalkan.

"Revan!" bentak Atha.

Revan menatapnya tajam.

"Ngapain lo sama dia lagi" tanya Atha mulai tak tahan lagi.

"Lo bela belain cewek yang udah pacaran sama sepupu lo sendiri, dan akhirnya lo malah balik ke wanita yang udah jadi mantan lo sebelumnya?" ucap Atha menatapnya tak percaya.

"Gue kira lo bakal benci sama dia, gue kira masih ada harapan buat gue ngejar lo, tapi ini hasilnya" Atha melebarkan kedua tangannya tak percaya.

"Lo buat gue selalu merasa di bawah, jatuh terus gue berharap lagi dan ini hal yang paling menyakitkan bagi gue, orang yang gue suka salah pilih cewek kayak lo!" ucap Atha lantang menunjuk wajah Arsya.

Arsya mengepalkan kuat tangannya melangkah maju menjambak rambut Atha dan menyenggol lututnya hingga dia tersungkur merasakan luka itu tergores begitu keras.

"ARSYA!" bentak Revan lalu mencengkram kuat bahu Arsya, membuat Arsya mematung ditempatnya.

Atha memegang kepalanya, merasakan denyutan hebat membuatnya menangis begitu dalam.

Untungnya sedikit sekali orang  yang melewati tempat ini.

"Atha.." panggil Revan cemas.

Arsya mengigit bibir bawahnya "lo gak usah bantuin dia, dia gak pernah hargain lo, bodoh banget bisa kecantol sama cewek kayak gituan"

"Lo gak sadar diri" lirih Atha memegang kepalanya hebat.

"CUKUP!" Revan bangkit dari jongkoknya melempar telapak tangannya ke pipi Arsya.

"Jaga mulut lo, sekali lagi lo ngomong gue habisin lo" ancam Revan menatap Arsya.

"Tapi.." lirh Arsya.

"Gue udah relain Vanno demi lo, demi lo yang gak bisa gue lupain dari dulu" tutur Arsya meneteskan air matanya memegang pipi mulusnya.

"Gue gak bisa dibodohin sama cewek licik kayak lo, lo kira gue bego? hah!" bentak Revan ganas.

Vanno melihat dari balik pohon ditaman itu menatap nanar Atha dan memandang benci Arsya.

Vanno bukan pengecut melainkan dia hanya ingin tahu dan dia mengikuti mobil Atha dan tak disengaja ia melihat semua kejadian nyata ini.

"Gue benci lo sya, ternyata sebelum gue bener-bener mutusin lo, lo udah selicik ini" gumam Vanno.

Lalu pergi dengan kejanggalan hati yang dalam, ia ingin menemui Revan dan meminta maaf namun jika ia menemuinya diwaktu sekarang, sangatlah tidak tepat.

Atha jatuh di tempat ia tersungkur, wajah indahnya tertutup rambut panjangnya.

Atha meringis kesakitan, kepalanya pusing lalu ia pingsan.

"Gue gak bakal diem lagi Revan!" teriak Arsya meninggalkan mereka berdua.

"Atha bangun!" Revan menggerakkan bahunya perlahan.

Tak lama kemudian Revan mebawanya kemobilnya dan menatap gadis pucat dengan perban dilututnya ini.

Ia menelfon supir di rumahnya untuk membawa mobil Atha.

Ia memadang gadis itu cemas.

"Maafin gue yang selalu bikin lo celaka" ucap Revan menatap tajam ke depan. Ia tak tau harus menelfon Aleta atau bahkan Mona

Telfon mama aja kali ya?

Revan mengambil ponselnya lalu menelfon mamanya.

"Hallo.."

Ada apa van?

"Revan mau kerumah s-sakit mah.." jawab Revan gugup.

Sayang, kamu kenapa, Revann? teriak Mona disambungan telefon itu gugup.

"Bukan Revan mah, tapi Atha.."  ucap Revan dengan penuh penekanan.

"Astaga.. mama kesana sekarang, kamu kirimin alamat rumah sakitnya ya" ucap Mona terburu-buru. Karena Mona tahu Atha adalah pacar Revan.

Jika Mona sudah tau watak seorang gadis baik maka ia akan menganggap menjadi puterinya sendiri, apaalagi Atha yang ia tahu menjadi pacar Revan.

Revan menatap pejaman mata yang semakin erat itu. Melihat badannya yang kecil itu, Atha terlihat sangat lelah dan mungkin ini saatnya Revan lebih menunjukkan perilaku yang sepemikiran dengan hatinya. ~Berusaha mencintainya L A G I.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now