Paragraf 2 ; The Beginning

4.5K 399 22
                                    

Hari iniㅡ tepatnya di awal bulan Oktober tahun 2022, rintik hujan masih saja setia membasahi daerah Busan, Korea Selatan, seperti hari-hari sebelumnya. Aroma petikor yang tercipta akibat tetesan hujan yang jatuh mengenai tanah pun menyeruak menusuk ke hidung seorang lelaki yang tengah duduk bersantai di beranda rumahnya.

Seorang pria bertubuh agak sedikit kurus dan tinggi semampai itu duduk dengan tenang sambil memejamkan kedua matanya di beranda rumahnya, terlihat tengah menikmati sejuk dan dinginnya suasana hujan di pagi hari yang sangat ia sukai.

Aroma petikor yang dapat tercium lewat indera penciumannya itu membuatnya semakin larut dalam suasana hening. Hingga tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara sepupunya yang terdengar begitu heboh, membuatnya merasa sedikit kesal karena kegiatannya untuk menenangkan diri harus terusik.

"Bang Ga, apa abang tahu ke mana perginya Wira? Aku tidak melihatnya sejak kemarin."

"Wira? Dia belum pulang? Kemarin dia hanya izin padaku untuk kerja kelompok di rumah temannya. Aku tidak tahu jika Wira ternyata belum pulang."

Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'bang Ga' itu membuka kedua matanya, lalu ia hanya bisa menghela napas perlahan sembari membayangkan ulah apalagi yang diperbuat salah satu sepupunya di luar sana. Ia saja sudah dibuat pusing oleh tingkah Sean yang selalu membuatnya kewalahan, dan masih harus ditambah oleh Wira yang akhir-akhir ini hobi bermain di klub malam.

"Iya, bang, dia belum pulang sejak semalam. Ponselnya juga tidak aktif. Abang tahu sendiri kalau anak itu sering sekali membuat masalah."

Evan Assegaf, kakak kandung dari Wira Assegaf itu hanya bisa mengumpat dalam hati karena lelah menghadapi perilaku adiknya yang semakin lama semakin tidak bisa dikontrol. Ia sebenarnya bisa saja bersikap acuh dan tidak memedulikan adiknya, tetapi tetap saja, sebagai kakak yang baik, ia tetap harus berkewajiban menjaga adiknya.

Apalagi sudah dua tahun ini mereka berdua menumpang tidur secara gratis di rumah Saga, tentu seharusnya Wira tidak bersikap seenaknya sendiri, meskipun Saga adalah saudara sepupunya. Untung saja Evan bisa diandalkan. Jadi Saga memang mengandalkan Evan dalam beberapa hal, seperti membantu pekerjaan Saga, menjaga Sean agar tidak bermain jauh dari rumah, dan juga mengingatkan Wira untuk tidak berbuat onar.

"Tunggu saja, sebentar lagi dia pasti pulang."

Evan hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Saga. Tak dapat dipungkiri, suara tenang dari Saga selalu bisa membuat Evan terhipnotis. Benar saja, setelah beberapa menit berlalu, mobil Wira telah terlihat memasuki pekarangan rumah. Sontak hal tersebut membuat Evan kembali emosi. Tanpa pikir panjang, ia bergegas berlari untuk memberikan hukuman kepada adiknya itu.

"Wah, anak nakal ini benar-benar datang. Masih ingat jalan pulang rupanya, hmm? Sini, abang jewer dulu."

Saga hanya tersenyun tipis sambil mendengarkan suara Wira yang tengah berteriak kesakitan sembari memohon ampun karena telinganya ditarik begitu keras oleh Evan, sedangkan Evan sama sekali tidak mengindahkan permohonan ampun sang adik, dan tetap terus menarik telinga Wira hingga terlihat memerah.

"Argh! Sakit, bang!"

Wira memasang wajah memelas sambil terus memegang telinganya yang masih ditarik oleh Evan, dan pada akhirnya Evan pun mengalah. Lama kelamaan ia tidak tega juga jika melihat tampang memelas yang sengaja dibuat-buat oleh adiknya itu.

"Kamu dari mana saja semalam? Mabuk-mabukan lagi? Bermain dengan para wanita seksi lagi? Kenapa tidak mengajak abang, hmm?"

Kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Evan sukses membuat Wira kebingungan. Padahal niat awalnya ia hendak meminta maaf kepada kakaknya, tetapi setelah mengetahui isi hati Evan yang sebenarnya, ia mengurungkan niatnya. Tentunya dibalik pertengkaran kecil kedua kakak beradik itu, ada Saga yang masih setia tersenyum tipis. Pikirnya, untung saja Sean masih tidur. Jika tidak mungkin Evan dan dirinya akan kewalahan sekarang.

PARAGRAFWhere stories live. Discover now