Paragraf 7 ; You Are Not Alone

2.4K 381 11
                                    

"Adikmu itu kenapa lama sekali?" Tanya Runa untuk memecah keheningan di sela-sela kegiatan mereka menunggu Evan kembali.

"Dia sepupuku, lebih tepatnya adik sepupu. Namanya Evan Assegaf. Aku juga tidak tahu kenapa dia mengajakku kemari kalau akan menemui dosen selama ini."

"Oh, lalu lelaki satunya itu siapa? Selain Sean."

"Wira Assegaf, adik kandung Evan. Jadi dia juga sepupuku. Ngomong-ngomong, aku heran ketika Sean bisa akrab denganmu. Padahal dia sangat susah untuk dekat dengan orang asing. Apa kamu mengatakan hal aneh kepadanya?"

Runa hanya tertawa kecil sambil menyeruput minumannya yang hampir habis. Ia bahkan tidak menyangka jika Saga mau berbicara sepanjang itu dengannya. Runa kira lelaki itu hanya bisa berkata kasar atau ketus kepadanya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa pada adikmu itu. Adikmu berkunjung sesaat setelah aku baru menginjakkan kaki masuk ke dalam rumah. Entah mengapa Sean langsung mengatakan bahwa dia ingin aku menjadi kakaknya."

"Apa kamu tahu jika Sean adalah anak yang spesial?"

"Tentu aku tahu. Tetapi dia sangat menggemaskan, membuatku langsung menyukainya."

Sebuah senyuman tipis terukir di bibir Saga tanpa ia sadari. Baru kali ini ia menemukan orang yang bisa cepat akrab dengan adiknya. Siapa sangka jika wanita yang bisa memahami keterbatasannya ini ternyata juga bisa memahami kondisi spesial adiknya.

"Apa jurusan kuliah yang kamu ambil adalah pendidikan anak berkebutuhan khusus? Kenapa sepertinya kamu paham sekali dengan orang-orang seperti mereka? Aku juga bisa merasakan jika kamu bisa memahami kondisiku."

"Oh, kebetulan aku mengambil jurusan sastra, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan itu. Hanya saja, aku pernah melihat orang sepertimu beberapa kali di kampus, lalu juga aku pernah menjadi asisten guru di sebuah daycare yang diperuntukkan untuk anak-anak spesial, jadi aku paham."

Saga hanya mengangguk paham, tidak ingin menanyakan hal lain lebih jauh. Meskipun sebenarnya ia masih penasaran mengapa kata-kata Runa kemarin malam sangat mirip dengan kata-kata yang dilontarkan oleh cinta pertamanya. Tetapi tidak mungkin ia menanyakan pertanyaan aneh tersebut. Kini mereka berdua pun kembali saling diam, membuat Runa menjadi tidak betah dalam keheningan.

"Namaku Runa. Aruna Senja. Senang berkenalan denganmu. Maaf jika aku menempati rumah itu, dan maaf juga jika tadi pagi aku tidur di beranda rumahmu."

Runa menarik tangan kanan Saga untuk ia ajak bersalaman, dan sontak tingkahnya tersebut kembali membuat Saga terkejut. Ia adalah wanita pertamaㅡlebih tepatnya orang pertama yang benar-benar tahu bagaimana cara memperlakukannya dengan baik, dan entah mengapa ia sedikit merasa senang karena hal kecil itu.

"Aku Saga. Antares Saga Dirgantara. Lupakan saja kejadian itu, aku sudah tidak mempermasalahkannya."

"Wah, namamu bagus sekali. Berarti nama Sean adalah Antares Sean Dirgantara?"

Saga hanya mengangguk sambil kembali tersenyum tipis, membuat Evan yang sejak tadi terus menonton mereka dari kejauhan menjadi kegirangan. Evan melihat Saga tersenyum. Itu artinya, Saga nyaman berada di dekat orang tersebut.

"Cieee... kalian sudah sedekat ini rupanya. Baru juga ku tinggal sebentar, tapi benih-benih cinta sudah mulai tumbuh."

Keduanya saling berdeham dan melepaskan tangan mereka yang masih saling bersalaman satu sama lain, dan Runa pun mendadak menjadi salah tingkah setelah kedatangan Evan. Runa segera berdiri dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan mereka, tetapi tangan Evan dengan cepat menyambar tangannya, menyuruhnya untuk ikut pulang bersama.

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang