Paragraf 19 ; Distrust

1.5K 265 2
                                    

Setelah menjemput Runa di kampus siang itu, Evan langsung melajukan mobilnya ke sebuah tempat perbelanjaan terbesar di Busan. Dalam perjalanan, keduanya tengah serius untuk memikirkan apa saja yang hendak mereka beli untuk keperluan persiapan ulang tahun Saga, termasuk cincin pasangan seperti yang diinginkan Runa semalam.

Tanpa ada perasaan curiga, mereka terlebih dahulu menuju ke toko perhiasan begitu mereka sampai di pusat perbelanjaan. Padahal dari radius beberapa meter di belakang mereka, orang suruhan Rara tengah membuntuti sembari terus mengambil foto keduanya untuk dijadikan bukti agar Saga sakit hati nantinya. Tentu hal ini sudah Rara pikirkan matang-matang sebelumnya, karena ia tahu jika Saga pasti akan mudah percaya karena lelaki itu sudah tidak sempurna seperti dulu.

Di lain sisi, Runa beberapa kali mencoba cincin pasangan yang menurutnya cocok, namun ia tetap belum bisa menemukan cincin yang bisa terlihat spesial untuk Saga. Sehingga ia memutuskan untuk memesan cincin pasangan dengan desainnya sendiri, lalu ia juga menambahkan ukiran nama mereka di dalam cincin tersebut. Karena Runa tidak tahu ukuran jari tangan Saga, maka ia meminta Evan untuk mencoba cincinnya.

Dengan senang hati Evan memakai cincin tersebut di jari manisnya, dan si lelaki penguntit bertubuh gempal itu langsung kembali memotret keduanya karena ia menemukan bukti kuat untuk ia kirimkan kepada bosnya. Apalagi Runa dan Evan terlihat tersenyum sembari memperlihatkan cincin yang masih terpasang di jari mereka masing-masing. Jadi, pria mana yang tidak akan salah paham jika wanitanya membeli cincin dan terlihat bahagia bersama dengan pria lain?

"Ukuran jariku kurang lebih sama dengan ukuran jari bang Saga. Jadi menurutku cincin ini akan cukup untuknya."

"Saga akan menyukai hadiahku, bukan? Aku takut dia tidak akan menyukai desain yang aku buat ini."

"Tentu, pria mana yang tidak akan suka jika diberi hadiah seperti ini? Bahkan aku saja iri karena bang Saga memilikimu."

Runa hanya bisa tersipu malu sambil memukul pelan punggung Evan, lalu ia bergegas untuk membayar cincin yang ia pesan. Karena mungkin cincin pasangan itu akan jadi beberapa hari ke depan, maka ia meminta tolong pada Evan untuk kembali ke toko tersebut nantinya. Takut saja jika Runa tidak sempat mengambilnya karena ia juga masih ada acara perpisahan untuk mengakhiri kegiatan kursus musim panasnya.

Setelah mereka selesai dengan cincin, kini mereka beralih ke toko yang menjual berbagai macam pernak-pernik dan hiasan ulang tahun karena mereka berniat untuk mendekor taman untuk dijadikan sebagai tempat pelaksanaan acara kejutan ulang tahun Saga nantinya. Keduanya bahkan juga sepakat untuk mengadakan pesta barbeku di taman pada malam harinya, sebelum Runa benar-benar kembali ke Indonesia nantinya.

Selesai berbelanja membeli berbagai macam hiasan dekor dan hadiah ulang tahun untuk Saga, keduanya pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah, karena hari juga sudah mulai sore. Evan tahu sekali jika Saga pasti akan khawatir jika Runa pulang terlambat, membuat Evan hanya bisa tersenyum simpul karena Saga kini menjadi lelaki yang begitu protektif terhadap kekasihnya.

Sama halnya dengan Runa yang terlihat mulai menjadi budak cinta Saga. Terlihat jelas sekali selama keduanya sedang dalam perjalanan pulang, Runa terus saja menyebutkan nama Saga tanpa henti. Ia dengan antusiasnya juga bercerita pada Evan betapa lembutnya sikap Saga kepadanya, dan hal itulah yang membuat Runa menaruh hati padanya.

"Aku bahkan dulu membenci hujan, tetapi kini tidak lagi. Sekarang setiap hujan turun, aku pasti akan merasa bahagia karena ada Saga di sampingku. Hidupku di sini benar-benar berubah, sampai aku tak rela untuk kembali."

"Kalau begitu tidak perlu kembali. Ah, atau selesaikan dulu kuliahmu, lalu kembali ke sini ketika kamu ingin mencari pekerjaan. Pasti Saga akan langsung menyuruhmu untuk bekerja di perusahaan milik ayahnya."

Runa hanya tertawa ketika menanggapi tanggapan Evan, karena tentu ia tidak mau jika ia memanfaatkan kekayaan dan kekuasaan Saga, meskipun Saga adalah kekasihnya. Runa hanya ingin sukses tanpa bantuan siapapun, dan ia juga tidak ingin di pandang sebagai wanita murahan. Selagi mereka bercengkerama, tak terasa mereka kini sudah sampai di rumah. Tanpa mengetahui situasi yang terjadi di dalam, keduanya masuk sambil tertawa bersama, membuat Saga menjadi marah besar.

***

"Sebenarnya ada apa, Wira? Kenapa tiba-tiba bang Saga bersikap kasar pada Runa?"

Wira hanya bisa menghela napas panjang, dan mulai mereka ulang kejadian beberapa saat lalu ketika Rara datang berkunjung tadi. Bahkan kini wanita itu langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan Wira ataupun Evan yang masih berdiri mematung di ruang tamu. Hanya saja Rara tadi sedikit memberikan senyuman sinis kepada Runa yang masih terkejut ketika dibentak oleh Saga. Kini Wira mulai menjelaskan semuanya, dari semenjak kedatangan Rara hingga foto yang membuat Saga salah paham.

"Sial! Pasti wanita itu menyuruh orang untuk mengikutiku dan Runa. Apa mau dia sebenarnya? Padahal sudah ditolak berkali-kali oleh bang Saga, masih belum menyerah juga? Dasar psikopat!"

"Entahlah, bang. Sepertinya ini salahku juga karena tadi aku langsung menyebutkan nama abang dan juga Runa. Bang Saga menjadi salah paham dan mengira jika kalian berselingkuh di belakangnya. Maafkan aku."

Evan berusaha meredam amarahnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menepuk punggung sang adik untuk mengisyaratkan bahwa dirinya tidak salah, karena jelas Rara lah yang bersalah. Apalagi sejak awal sebenarnya Evan sudah menaruh curiga pada ayah Rara yang notabene-nya adalah teman ayah Saga, dan bahkan dulu ia sempat ingin mencari bukti terkait kecelakaan dua tahun lalu meskipun akhirnya tidak jadi.

Kini sepertinya ia merasa harus mencurigai ayah Rara kembali, setidaknya ia ingin mencoba mencari tahu siapa pembunuh orang tua Saga sebenarnya. Jika dugaan Evan memang benar, pasti ia bisa menyingkirkan Rara dengan mudah. Evan tidak suka melihat Rara mendekati Saga, karena ia tahu jika Rara hanya mengincar kekayaan Saga saja. Bahkan terlihat aneh ketika ia berusaha mendekati Saga kembali sekarang ini, apalagi jika bukan harta yang diinginkannya? Hanya dengan anggapan Saga akan luluh karena ada wanita yang bisa menerimanya apa adanya.

Evan hanya setuju Saga bersama dengan Runa, dan tidak boleh ada wanita lain yang menggantikan Runa untuk Saga. Sehingga mulai detik itu, Evan pun memikirkan rencana penting untuk memulai misi menyingkirkan Rara dan menguak siapa dalang di balik kecelakaan Saga dan kedua orang tuanya. Sedikit terlambat untuk mencari tersangkanya memang, karena Saga sebenarnya melarang mereka untuk mencari tahu demi kebaikan mereka sendiri.

Ketika Evan sedang larut dalam pikirannya sendiri, Runa memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Saga, berharap kekasihnya itu mau mendengarkan penjelasannya. Runa merasa difitnah karena ia tidak memiliki hubungan khusus dengan Evan, dan Runa juga sedikit kecewa karena Saga lebih mempercayai perkataan Rara daripada dirinya.

Sedangkan Wira, lelaki itu sejak tadi hanya menggigit jari sembari menyesali perbuatannya. Namun beberapa saat kemudian ia teringat dengan Sean yang harus ia jemput, tentu membuat Evan ikut panik karena ia juga hampir melupakan keberadaan Sean. Dengan berat hati, Evan dan Wira pergi untuk menjemput Sean sembari memikirkan rencana mereka, dan meninggalkan Runa yang masih berusaha untuk mengajak Saga berbicara.

"Kamu salah paham, Saga! Apa yang kamu ketahui tadi bukanlah hal yang sebenarnya! Aku merasa difitnah di sini, dan aku tidak berselingkuh di belakangmu."

"Cukup! Aku tidak mau mendengar penjelasanmu lagi! Percuma kalau kamu ingin menjelaskannya padaku sekarang, aku sudah terlanjur percaya dengan foto itu. Sudahlah, tidak masalah juga jika kamu bersama Evan. Evan lebih sempurna dariku, dan Evan juga bisa membawamu berjalan-jalan tanpa membuatmu malu."

"Jadi selama ini kamu pikir aku malu dengan keadaanmu, begitu? Harus berapa kali ku bilang kalau aku tidak peduli? Kenapa kamu tidak mempercayaiku?"

"Aku bahkan tidak tahu isi hatimu, bagaimana bisa aku percaya? Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, aku tidak ingin mendengarkan suaramu."

"Saga..."

Runa menangis di depan pintu kamar Saga sembari menepuk dadanya yang terasa sakit. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi karena ia ingin memberikan kejutan pada Saga, tetapi ia juga tidak mau Saga salah paham kepadanya. Namun sepertinya untuk saat ini ia ingin membiarkan Saga untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Karena ia tahu, Saga adalah lelaki lembut yang pasti tidak bisa berlama-lama marah kepadanya.

***

PARAGRAFWhere stories live. Discover now