Paragraf 10 ; Love Begin

2.2K 335 8
                                    

"Apa aku boleh ikut mengantar Runa? Rasanya aku suntuk sekali di rumah."

Evan dan Wira yang masih asyik menyuapkan makanan mereka, tiba-tiba saja tersedak karena perkataan Saga. Mereka kemudian saling pandang, lalu beralih menatap Saga yang terlihat seperti sedang jatuh cinta. Meskipun wajahnya tetap datar, namun terlihat jelas ada yang berbeda di wajahnya.

Sean pagi tadi sudah pergi ke pusat rehabilitasi karena Sean harus tetap rutin menjalani terapi, sedangkan Runa juga sudah kembali ke rumah untuk bersiap-siap pergi. Saga awalnya memaksanya untuk sarapan bersama terlebih dahulu, tetapi Runa menolaknya dengan alasan takut terlambat. Jadilah Saga meminta Evan untuk membuatkan bekal berupa roti pada Runa, dan Saga juga yang bersikukuh untuk meminta Evan atau Wira agar mengantarkan Runa ke kampus.

Kebetulan sekali Evan dan Wira juga ada kelas pagi, sehingga pada akhirnya Runa menyetujui ajakan mereka untuk berangkat bersama. Runa tidak tahu jika ternyata kini Saga malah ingin ikut mengantarkannya juga. Kalau tahu, ia mungkin akan kembali merasa canggung ketika berada semobil dengannya. Tetapi apa boleh buat, ia akan terlambat jika memilih untuk naik transportasi umum.

"Baiklah kalau abang mau ikut. Tetapi nanti abang mau menunggu di mana? Kami berdua ada kelas pagi."

"Di kantin juga tidak masalah. Coba tolong kalian carikan tongkatku. Waktu itu aku lempar dengan asal entah ke mana."

Wira yang sudah terlebih dahulu selesai sarapan itu langsung beranjak dari duduknya untuk mencari tongkat milik Saga. Untung tongkat tersebut tergeletak dekat dengan sofa, dan segera Wira berikan tongkat yang sudah ia lipat itu kepada Saga.

"Baiklah, ayo kita berangkat. Ku lihat Runa juga sudah menunggu di depan rumahnya."

Saga mengangguk ke arah suara Evan dan memanjangkan kembali tongkatnya, lalu ia ketuk-ketukkan tongkat tersebut ke lantai sebagai alat bantunya untuk berjalan. Dengan santainya ia berjalan keluar rumah, hendak berjalan ke rumah Runa sembari menunggu Evan dan Wira yang sedang bersiap.

Lagi-lagi debaran jantung Runa tidak bisa dikontrol ketika ia melihat jika Saga sedang berjalan ke arahnya. Apalagi lelaki itu saat ini tengah memakai kemeja berwarna putih bersih, menambah kesan tampan yang pasti akan membuat wanita lain menjadi lemah ketika menatapnya. Seperti dirinya sendiri yang merasakan kakinya mendadak lemas setelah melihat ketampanan Saga saat ini.

Runa kembali mematung di depan beranda rumahnya, sedangkan Saga terus berjalan menghampirinya, mengira jika Runa masih berada di dalam. Padahal Evan tadi sempat berkata jika Runa sudah menunggu di depan rumah. Secara tidak sengaja, Saga menabrak Runa yang masih berdiri seperti patung, dan wanita itu tiba-tiba saja ambruk ke lantai karena kakinya yang begitu lemas.

"Oh? Apa aku menabrakmu? Maaf, aku tidak tahu. Apa kamu baik-baik saja?"

Saga segera mencari keberadaan Runa dan membantunya untuk bangun, sedangkan Runa hanya bisa pasrah ketika Saga membantunya, sembari menggigiti ujung bibirnya karena lagi-lagi ia terlihat mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Saga.

"Kenapa kamu diam saja? Aku bahkan tidak tahu jika kamu sudah berada di luar."

"Akuㅡaku..."

"Oke, aku mengerti."

Saga lagi-lagi tersenyum tipis ke arah suara Runa, tentu senyuman tersebut langsung membuat perut Runa kembali geli dibuatnya. Semakin banyak kupu-kupu yang bertebangan di dalam perutnya, maka semakin besar pula perasaan sukanya terhadap Saga. Tetapi Runa berusaha untuk menahan diri, ia tidak boleh terlalu mencolok jika memang sedang menyukai lelaki di hadapannya ini.

PARAGRAFWhere stories live. Discover now