Paragraf 3 ; First Meeting

3K 370 17
                                    

"Nah, menu sarapan kita hari ini adalah sup ayam dengan bumbu khas rahasia ala Evan. Tentu saja rasanya sangat aduhai lezatos. Enak tiada duanya."

Begitu senangnya Evan dengan hasil karya masakannya, membuatnya secara tidak sadar berbicara sendiri di dapur sembari menuangkan sup ayamnya ke dalam mangkuk. Wira yang baru selesai mandi pun bergegas menuju ke dapur karena mencium aroma menggugah yang berasal dari masakan kakaknya itu.

Wira akui makanan Evan memang sangat lezat, karena ia sendiri memang tidak bisa memasak. Sudah bisa ditebak jika orang yang selalu mengambil peran dalam memasak di rumah besar itu adalah Evan, karena melihat kondisi Saga yang sudah tak lagi sama seperti dulu. Namun jangan salah, sebenarnya Saga juga memiliki bakat memasak yang bahkan di level lebih tinggi daripada Evan, tentu sebelum ia kehilangan penglihatannya.

Sedangkan tugas Wira selama tinggal bersama dengan Saga adalah membereskan rumah tersebut. Saga memang sengaja tidak ingin mempekerjakan pembantu rumah tangga dengan beberapa alasan. Alasan yang pertama, Saga tidak suka jika ada orang asing yang tinggal di rumahnya. Kedua, ia tidak mau dikasihani, dan yang ketiga, jarang ada orang baru yang bisa dekat dengan Sean. Jika Sean tidak suka, Saga pasti juga langsung tidak akan suka.

Oleh karena itu, Wira mengambil peran untuk membantu membersihkan rumah dikala ia senggang, sedangkan Evan bertugas sebagai koki di rumah, sekaligus menjaga Sean yang terkadang pergi keluar rumah tanpa sepengetahuan Saga atau dirinya. Seperti pagi ini, Evan yang tidak tahu menahu itu masih asyik menata makanan di meja makan, dibantu oleh Wira tentunya.

Rutinitas mereka setiap pagi adalah sarapan bersama. Jika keduanya ada kuliah pagi, maka Evan akan memasak lebih pagi dan mengajak mereka sarapan lebih pagi dari biasanya. Intinya, hubungan mereka benar-benar erat.

"Evan, Sean sudah bangun, belum?"

Evan dan Wira yang tengah menata makanan di meja makan itu secara serentak menoleh ke arah Saga yang tengah berjalan perlahan menghampiri mereka, lalu kedua kakak beradik itu saling bertatapan dan menggeleng perlahan. Tanpa disuruh, Wira bergegas menuju kamar Sean untuk membangunkannya, namun ternyata Sean tidak ada di kamarnya.

"Bang Ga, Sean tidak ada di kamarnya! Apa Sean pergi bermain keluar lagi?"

Saga menghentikan langkahnya dan terdiam di tempat. Pikirannya tiba-tiba kosong. Ia akan sangat panik jika Sean pergi bermain tanpa meminta izin dulu padanya. Saga hanya tidak mau kejadian seperti dahulu terulang kembali, ketika ia dulu sempat hampir kehilangan Sean ketika sedang berada di taman bermain. Untung saja ia berhasil menemukan Sean dengan penglihatannya yang masih sempurna kala itu.

"Kalian berdua, bisa bantu aku untuk mencari Sean? Akuㅡ"

"Tenang bang, aku akan segera meluncur mencari Sean. Aku yakin Sean masih berada di sekitar sini. Wira, tolong tenangkan bang Saga. Aku akan segera kembali bersama Sean."

Wira hanya mengangguk, lalu membantu menuntun Saga untuk duduk di kursi meja makan sambil menenangkannya yang terlihat sangat gelisah. Sedangkan Evan sudah berlari keluar rumah untuk mencari Sean. Ia yakin betul jika Sean pasti sedang bermain di lingkungan sekitar rumah seperti biasanya.

***

Sambil menyipitkan mata, Evan melihat Sean keluar dari rumah yang berada di samping taman. Sebuah taman yang menjadi penghubung antara rumah Saga dan rumah kosong yang sekarang tiba-tiba saja ada penghuninya. Sambil menepuk jidat, Evan baru mengingat jika Radit ㅡteman kampusnya, waktu itu meminta tolong kepada dirinya untuk menyewakan rumah peninggalan milik kakek Saga itu untuk ditempati selama dua minggu oleh peserta Summer Course. Siapa lagi kalau bukan Aruna yang menjadi penghuni baru rumah itu.

PARAGRAFWhere stories live. Discover now