Paragraf 27 ; New Life

1.9K 266 21
                                    

Hari ketiga, hari di mana perban di mata Saga akan di buka. Keluarga Assegaf dan Sean sudah mengerubungi ruang rawat Saga untuk melihat proses dibukanya perban tersebut. Kebetulan Wira tiga hari yang lalu juga sudah menyerahkan surat Runa untuk Saga, namun Saga malah meminta Wira untuk tetap menyimpan surat itu sampai perbannya di buka.

Dokter pun mulai membuka perban dengan sangat perlahan, lalu menyuruh Saga untuk membuka matanya dengan perlahan pula. Hal ini memang perlu dilakukan agar Saga dapat menyesuaikan diri dengan kornea barunya. Terlebih untuk menghindari hal yang tidak diinginkan lebih lanjut, maka sang dokter meminta Saga untuk membuka matanya dengan hati-hati.

Saga mengedipkan matanya perlahan. Awalnya penglihatannya masih agak buram dan sedikit bergoyang, lalu lama kelamaan ia bisa menangkap cahaya yang selama ini tidak bisa ia lihat. Saga merasa bahagia karena bisa melihat keluarganya lagi, namun tetap saja ada rasa sesak karena tidak ada Runa di hadapannya.

"Bang, ini angka berapa?"

Wira mengibaskan kelima jarinya di hadapan Saga, namun Saga hanya diam saja sambil memandang sendu ke arah satu per satu orang-orang yang berdiri di hadapannya. Ada sang dokter dan dua perawat di belakangnga. Ada pula pak Assegaf dan istrinya. Lalu ada Sean, adik laki-lakinya. Ada Evan sekaligus Wira sebagai kedua sepupu yang selama ini selalu menjaganya. Mereka melihat ke arah Saga dengan tatapan cemas, takut jika ternyata korneanya tidak berfungsi.

"Lima."

Mereka semua yang ada di ruangan dapat menghembuskan napas lega, lalu mereka saling memeluk Saga secara  bergantian sambil mengucapkan beribu rasa terima kasih kepada sang dokter yang telah melakukan tugasnya dengan baik. Hari ini juga menjadi hari terakhir Sean untuk bertemu dengan kakaknya. Ia harus berpamitan pada Saga karena ia akan ikut pak Assegaf pulang ke Indonesia.

Saga sudah tahu tentang rencana kepulangan mereka, dan ia pun langsung menyetujuinya. Saga tahu betul jika paman dan bibinya itu pasti akan merawat Sean dengan baik, lagi pula mau bagaimanapun juga Sean tetap masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih. Suatu hari nanti, Saga juga berjanji akan kembali ke Indonesia setelah perusahaan sang ayah sudah bisa berjalan dengan baik.

"Wira, suratㅡ"

"Oh, siap. Kebetulan suratnya dalam huruf Braille, jadi kami belum membacanya."

Wira langsung menyerahkan surat peninggalan Runa, dan langsung Saga baca surat tersebut dengan cara meraba setiap tulisannya. Evan dan Wira hanya diam sambil memerhatikan ekspresi wajah Saga, dan lambat laun mereka menjadi bingung karena ekspresi wajah Saga terlihat berubah-ubah.

"Sudah cukup lama aku beristirahat di dunia kepenulisan. Kini aku akan kembali menyapa para penggemarku yang pasti sudah menunggu karya terbaruku selama ini. Aku akan kembali menjadi Orion, dan kini aku akan meluncurkan sebuah buku yang berisi tentang kisahku dengan Runa."

"Memangnya apa isi surat itu, bang?"

Saga tidak menjawab, namun bisa dilihat jika ada senyuman tipis yang tersungging dari bibirnya. Evan dan Wira saling melempar pandang, merasa sangat penasaran dengan isi surat tersebut. Namun, keduanya sudah cukup merasa lega karena pada akhirnya sepucuk surat itu mampu membuat Saga tersenyum kembali.

***

"Oh, ternyata si upik abu ini yang memiliki hubungan percintaan kilat dengan orang Korea yang buta itu? Bukannya fokus dengan kegiatan Summer Course, malah seenaknya pacaran. Dengar-dengar, kamu juga sampai tidur bersama dengan orang buta itu? Iya?"

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang