Paragraf 13 ; Confession

2.1K 319 6
                                    

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu."

"Turunkan aku."

Saga menurunkan Runa dari gendongannya dengan lesu. Ia menyadari jika Runa memang sedang kesal kepadanya. Ia hanya mengkhawatirkan kaki Runa yang terkilir, tetapi rasa khawatirnya itu malah ia luapkan dengan melontarkan kata-kata yang terkesan jahat kepada Runa. Evan dan Wira segera mendekat pada mereka, berusaha untuk mencairkan suasana yang terlihat suram di antara keduanya.

"Untung kami menunggu kalian di sini, mau kami antar ke kamar sekarang? Ku lihat kalian berdua juga sudah kelelahan."

Runa hanya mengangguk pada Evan tanpa menjawab, lalu ia meminta bantuan kepada salah satu dari mereka untuk membantunya berjalan karena kakinya masih terasa sakit. Saga yang baru tersadar dari lamunannya itu segera menyuruh Wira untuk membantunya membawakan es batu dan handuk, dan ia menyuruh Evan untuk membantu Runa ke kamar.

"Ku lihat sepertinya kalian sedang bertengkar. Bukankah tadi bang Saga menciummu?"

"Ciuman itu hanya kecelakaan. Entahlah, aku merasa kesal setiap kali Saga mulai marah-marah."

"Haha, perlu kamu tahu, bang Saga bahkan selalu memarahi kami dan juga Sean setiap hari karena kamu selalu menghindar darinya. Sean sampai menangis setiap malam dibuatnya. Bang Saga memang seperti itu, tetapi jauh di dalam hatinya, dia adalah lelaki yang sangat lembut. Sifatnya yang sekarang sangat berbeda dengan sifatnya yang dulu sebelum kecelakaan."

Evan mengoceh panjang lebar dalam perjalanannya menuju kamar sambil membantu Runa yang masih berjalan pincang. Sedangkan wanita itu hanya mengangguk, ada rasa menyesal karena ia meragukan Saga. Ia pun kembali mengingat perlakuan Saga padanya tadi. Sebenarnya Saga memarahinya dengan alasan agar kaki Runa tidak semakin parah, tetapi tetap saja Runa merasa merepotkan Saga yang harus berjalan kesusahan seperti itu.

Mereka tiba di kamar, bersamaan dengan kedatangan Saga dan Wira beberapa saat kemudian. Wira dengan sigap membantu Saga untuk duduk di pinggir ranjang, lalu kedua sepupu itu keluar dari kamar karena tidak ingin mengganggu keduanya. Runa bingung mengapa ia ditinggalkan hanya berdua saja dengan Saga, dan dengan entengnya Saga mengatakan jika mereka berdua akan tidur di kamar yang sama.

"Aku bisa tidur di sofa nanti. Sekarang julurkan kakimu, akan aku kompres dulu sebelum semakin bengkak."

Runa menuruti perkataan Saga dan menjulurkan kakinya tepat di samping tangan Saga berada. Saga meraba pergelangan kaki Runa, lalu dengan perlahan ia mulai mengompresnya. Suasana menjadi hening karena keduanya sama-sama terdiam. Runa hanya meringis menahan dingin dan ngilunya dalam diam, sedangkan Saga terfokus pada kaki Runa.

"Kamu marah padaku, Runa?"

"Hah? Tiㅡtidak."

"Maaf. Maaf karena aku membentakmu seperti tadi. Maaf juga jika kata-kataku telah menyakitimu."

Runa hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata. Ingin rasanya ia menangis saat ini ketika ia mengingat hal-hal yang selalu Saga lakukan untuknya. Ketika ia ketakutan malam itu hingga Saga menenangkannya, ketika Saga meminjamkan kamarnya, ketika Saga menemaninya mengikuti seminar, ketika Saga mengajaknya jalan-jalan, dan ketika Saga menggendongnya dengan keterbatasan yang dimilikinya.

Airmata yang sudah coba ia bendung akhirnya tidak bisa ia tahan lagi. Runa menundukkan kepalanya sembari terisak pelan, dan suara isakannya tersebut terdengar oleh Saga. Saga menghentikan aktivitasnya untuk mengompres kaki Runa untuk memeluk wanitanya sembari mengusap-usap punggungnya dengan lembut.

PARAGRAFWhere stories live. Discover now