Paragraf 18 ; Destroyed

1.7K 250 15
                                    

Malam harinya, Evan yang kala itu sudah pulang lebih awal, berniat untuk memanggil Runa yang sedang asyik membacakan buku cerita pada Sean. Namun, ia merasa gamang karena tidak ingin mengganggu kegiatan keduanya. Tetapi di sisi lain, ia juga membutuhkan bantuan Runa.

"Runa, apa kamu sibuk? Bisa kita bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu tentang bang Saga. Aku tunggu di luar."

Kening Runa berkerut ketika Evan menyebut nama Saga. Tidak biasanya juga sepupu Saga itu ingin mengajaknya berbicara empat mata, apalagi menyangkut Saga. Karena dilanda rasa penasaran, ia pun berusaha untuk segera menidurkan Sean, baru setelah itu ia pergi ke luar rumah untuk menemui Evan. Sedangkan Saga, sepertinya lelaki itu tengah asyik dengan dunianya sendiri di dalam kamar.

"Ada apa? Kenapa menyebut nama Saga? Apa Saga mendapatkan pendonor?"

"Oh, bukan. Bukan itu yang ingin ku bicarakan. Sebelumnya, visa-mu untuk tinggal di sini berlaku sampai kapan?"

"Aku bisa menetap di sini seminggu lebih lama. Sengaja dibuat lebih dari acara kegiatan agar kami memiliki waktu untuk berlibur secara individu. Maaf, aku bahkan tidak memberitahu kalian tentang hal ini. Bahkan Saga juga tidak tahu."

"Bagus! Tinggal saja di sini hingga masa berlaku visa-mu itu habis. Kebetulan sekali bang Saga lima hari lagi akan berulang tahun."

"Hah? Astaga, aku bahkan tidak tahu kapan tanggal kelahirannya. Terima kasih telah memberitahuku."

"Nah, mumpung kamu juga masih berada di sini, apa kamu bisa membantuku mempersiapkan kejutan ulang tahun untuknya? Aku tidak bisa mengandalkan Wira karena adikku itu sedang sibuk dengan tugas kelompoknya. Aku juga akan kesusahan jika harus mempersiapkan kejutan sendirian. Jadi aku butuh bantuanmu."

Runa berpikir sejenak karena ia juga harus melaporkan kapan ia akan kembali ke Indonesia kepada Radit. Berhubung Radit dan Evan adalah teman baik, sepertinya tidak akan ada masalah jika ia pulang ketika tenggat waktu visanya hampir habis. Tentu ia tidak mau berpisah dengan Saga secepat itu. Apalagi ia juga sebenarnya belum siap kembali ke Indonesia.

"Oke, aku bisa membantumu. Kalau begitu aku juga akan sekalian membelikannya hadiah. Apa aku berlebihan jika ingin membelikannya cincin pasangan?"

"Tentu tidak. Menurutku itu hadiah yang sangat spesial untuk bang Saga. Kalau begitu, besok setelah kegiatanmu selesai, aku akan mengajakmu untuk membeli hadiah dan juga membeli keperluan untuk ulang tahunnya. Besok aku akan mengantar dan menjemputmu di kampus."

Runa mengangguk antusias sembari tersenyum pada Evan yang juga terlihat sangat antusias dengan kejutan yang akan ia berikan pada Saga di hari ulang tahunnya nanti. Namun kebahagiaan tersebut juga tak luput dari penguntit yang sejak tadi terus mengintai rumah Saga. Seorang laki-laki bertubuh gempal yang sedari tadi masih memantau di dekat rumah Saga itu kembali mengambil beberapa foto, kemudian melaporkan bukti foto tersebut pada seorang wanita.

Keesokan harinya, seperti kegiatannya selama beberapa hari di rumah Saga, Runa terlihat sudah beres membantu Sean bersiap-siap sekaligus juga membawakan Sean bekal makanan yang dibuat Evan, sang juru masak. Mereka memang memutuskan untuk bersiap dan pergi lebih awal, berhubung juga Runa ada kegiatan pagi di kampus.

Sedangkan Wira masih tertidur karena lelaki itu baru pulang pukul 4 dini hari tadi, sehingga Evan ataupun Runa juga tidak enak jika harus membangunkan Wira untuk sarapan. Lain halnya dengan Saga yang merasa sedikit tidak enak badan dan enggan untuk sarapan. Namun dengan sedikit paksaan dari Runa, Saga akhirnya makan meskipun harus disuapi oleh Runa, mumpung ia belum berangkat bersama Evan dan juga Sean.

"Nanti kamu pulang jam berapa?"

"Kenapa? Apa kamu tidak mau jauh-jauh dariku? Sepertinya aku pulang agak sore, Saga. Nanti aku akan mampir ke apotek untuk membelikanmu obat. Kalau kamu masih merasa tidak enak badan, nanti malam kita ke dokter saja, bagaimana?"

PARAGRAFWhere stories live. Discover now