Paragraf 9 ; This Feeling

2.2K 335 8
                                    

"Kaㅡkalau begitu, aku pulang dulu. Mumpung lampu juga sudah menyala."

Saga akui dirinya tidak merasa begitu senang ketika Runa hendak kembali ke rumahnya, membuatnya memberanikan diri untuk melawan rasa egonya untuk mempertahankan Runa agar tidak pergi. Lagi pula ia tahu rumah itu pasti ada penghuninya karena memang sudah lama tidak ditempati. Untuk berjaga-jaga saja agar Runa tidak ketakutan lagi nantinya.

Saga berhasil menggapai tangan Runa dan menahannya agar tidak pergi. Tentu aksinya tersebut membuat kedua sepupunya sekaligus Runa kebingungan. Namun setelah mengamati raut wajah Saga, Evan sedikit memahami apa arti kehadiran Runa untuknya.

"Ini sudah larut malam, pasti penghuni rumah itu akan mengganggumu lagi. Jadi, lebih baik kamu menginap di sini saja untuk malam ini."

"Hah? Tidak perlu. Aku berani tinggal di rumah itu. Lagi pula kedua sepupumu sudah pulang, jadi untuk apa akuㅡ"

"Menginap saja di sini."

Saga menarik tangan Runa ke arahnya, membuat wanita tersebut jatuh ke pelukan Saga. Runa terkejut, ia bingung mengapa tiba-tiba Saga memperlakukannya seperti ini. Evan dan Wira yang hanya menjadi penonton sejak tadi pun tak kuasa menahan senyuman mereka. Mereka saling bertukar pandang dan mengangguk paham, lalu ikut membujuk Runa untuk bermalam di rumah mereka.

"Runa bisa memakai kamarku, biar aku tidur di kamar Sean atau Wira."

"Dia juga bisa tidur di kamarku kalau mau. Biar aku bisa membajak kamar bang Evan dengan leluasa. Hahaha."

"Biar dia tidur di kamarku saja. Aku akan tidur dengan Sean malam ini."

Saga pada akhirnya memilih untuk menyuruh Runa untuk tidur di kamarnya saja. Ia merasa kamarnya lah yang paling rapi dan bersih daripada dua kamar sepupunya. Tidak mungkin juga ia menyuruh Runa untuk tidur bersama Sean, karena bagaimanapun juga, Sean adalah lelaki yang sudah dewasa.

"Tapiㅡ"

"Tidak ada tapi-tapian. Tidur saja di kamarku malam ini."

Saga beranjak bangun dari duduknya, lalu menggandeng tangan Runa untuk mengajaknya pergi ke kamar. Evan dan Wira hanya bersorak gembira melihat perubahan Saga yang agak sedikit drastis seperti itu. Mereka bahkan tidak menyangka jika Saga ternyata masih tertarik juga dengan wanita, padahal selama ini Saga tidak pernah mau didekati oleh wanita.

"Padahal kita belum berkenalan secara resmi dengan calon kakak ipar kita. Dasar bang Saga, takut sekali jika kita akan merebutnya."

"Sudahlah, tadi Radit juga sudah bercerita semua tentang Runa. Tidak usah mengambil kesempatan dalam kesempitan, biarkan bang Saga bahagia."

Evan merasa geli setelah mengatakan hal tersebut kepada adiknya, lalu ia segera berlalu menuju kamarnya, disusul oleh Wira di belakangnya. Sedangkan kini Runa sudah berada di dalam kamar milik Saga. Kamarnya terlihat begitu rapi dan tertata untuk ukuran lelaki, sampai-sampai ia merasa malu sendiri karena kamarnya bahkan selalu berantakan seperti kapal pecah.

"Tapi besok aku ada jadwal di pagi hari. Kalau aku terlambat bangun, bagaimana? Lalu, apa aku juga boleh pinjam charger-mu? Ponselku mati."

"Aku selalu bangun pagi. Jadi tenang saja, aku akan membangunkanmu. Kamu ambil saja charger-ku di laci paling atas. Kalau butuh apa-apa, aku ada di kamar Sean, di sebelah kamar ini."

PARAGRAFWhere stories live. Discover now