VI

3.2K 563 137
                                    




Kadang ada banyak hal dalam hidup yang tak mudah dipahami; perihal mengapa harus terjadi.

Mungkin, kita hanya perlu berprasangka baik dengan berbagai misteri yang masih disembunyikan semesta.

🌻

Harusnya, Runa sudah bisa ke luar dari gedung fakultasnya ini sejak lima belas menit lalu kalau saja ia yang menjabat sebagai penanggungjawab mata kuliah hari itu tidak diperintahkan sang dosen untuk mengantarkan setumpuk tugas mahasiswa di kelasnya ke ruangan dosen.

Setelah menyelesaikan tugasnya tadi, sambil berjalan di koridor lantai lima gedung fakultasnya yang mulai sepi itu, Runa merogoh saku jaket yang ia kenakan kala ponselnya bergetar. Tak sebagaimana biasanya, satu nama yang tertera di layar ponselnya ini berhasil membuat degup jantungnya berpacu lebih cepat.

Benar. Lee Haechan.

Mas Haechan
Runa, saya tunggu di parkiran di depan gedung fakultas kamu ya
[16.45]

Arruna
Oke mas. Runa otw ke sana
[16.46]

Jemari Runa kini sibuk menggulir layar ponselnya, membalas beberapa pesan masuk yang sejak tadi belum sempat ia balas. Sambil terus melanjutkan aktivitasnya, ia melangkah memasuki lift.

"Kirain yang kemaren bilang mau ngejemput tuh bercanda doang. Beneran toh ternyata?" Gumam gadis itu pelan sambil menonaktifkan layar ponselnya.

"Siapa yang bercanda, Run?"

"Astaghfirullah." Ucap Runa terkejut ketika sebuah suara menyahuti gumamannya tadi.

Ia menoleh ke sudut lain di dalam lift, lantas menjadi lebih terkejut saat netra gadis itu melihat siapa yang berdiri tak jauh di sisi kirinya, "loh? Mas Jeno?"

Jeno hanya tersenyum.

"Mas Jeno ngapain di sini?"

"Itu, aku barusan abis ke ruang jurusan Manajemen, mau konfirmasi info lowongan dosen."

"Wah, Mas Jeno mau apply lowongannya?"

"Iya, rencananya gitu."

Runa mengangguk-angguk, "semoga sukses, Mas."

Jeno tersenyum, "aamiin, makasih, ya."

TING!

Pintu lift terbuka ketika tiba di lantai dasar, menghentikan sementara obrolan mereka. Keduanya sama-sama segera melangkah ke luar lift dan menuju pintu utama gedung.

Embusan angin sore menyapa wajah keduanya ketika langkah mereka telah sampai di area terbuka di depan gedung. Mereka melangkah dalam hening untuk beberapa saat.

"Langsung pulang, Run?" Tanya Jeno.

Runa mengangguk.

"Mau aku anter?"

"Eh, enggak. Nggak usah, Mas."

"Santai aja kali, Run. Sama aku aja ayo."

"Bukan gitu, Mas. Runa pulangnya sama.."

"Sama? Siapa?" Jeno menatap Runa, menunggu ucapan gadis itu selanjutnya.

"Sama gue."

Baik Runa maupun Jeno sama-sama menoleh ke arah sumber suara barusan, mendapati seorang laki-laki bermanik almond menatap datar ke arah mereka.

Alur - [Haechan]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt