SRSS | Banyak yang berubah

905 96 6
                                    

Pria itu menatap tubuh yang masih berbaring lemah di rumah sakit. Bibirnya melengkung ke bawah sembari memikirkan hal-hal yang terlintas di kepalanya. Pintu terbuka membuatnya menoleh ke arah gadis yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Apa kabar Sandeul?" sapa gadis itu yang diangguki Sandeul, pria tersebut.

"Hai, apa kabar. Aku dengar ada yang sabotase Seokjin beberapa waktu lalu, maaf aku jarang kemari kau tahu kan aku harus dapat nilai tinggi di semester dua ini jadi aku tidak punya banyak waktu untuk berkunjung," ujarnya panjang lebar.

"Aku tahu, kau juga tidak perlu khawatir kondisi Seokjin sudah stabil, duduklah!" Sandeul menggangguk ia menatap sekeliling yang sepi dengan alisnya yang mengernyit.

"Kak Minhyuk itu tidak menemanimu?" Pertanyaan itu membuat kegiatan Sowon yang sedang membasuh tangan Seokjin terhenti.

"Dia kan sibuk aku jadi tidak enak jika dia selalu kemari, apalagi Seokjin itu baru kenal dengannya pasti selama ini dia merasa canggung," jelas Sowon sembari menunduk, sedangkan Sandeul hanya menatap lurus ke arahnya.

"Baguslah, ku harap kau seperti ini saja yah," ucap Sandeul membuat Sowon menatapnya bingung.

"Eh, maksudmu apa?" Sandeul tersenyum kemudian ia menggeleng.

"Tidak, aku tinggal yah sampai jumpa," pamit Sandeul pada akhirnya. Tetapi sebelum menyentuh knop pintu ia kembali berbalik dan menatap Sowon yang juga sedang melihatnya.

"Kau tidak perlu khawatir lagi, kami semua sudah berbaikan," senyum Sandeul lalu pergi meninggalkan Sowon yang tersenyum tipis.

***

Terlihat dari kejauhan seorang gadis sedang tertawa melihat tingkah pria yang sedang memperlihatkan sesuatu kepadanya. Mereka terlihat sangat akrab bahkan dari belakang sekalipun. Apalagi mereka berada di gazebo di mana banyak mahasiswa lain yang sedang nongkrong di sana, mereka sudah pasti jadi pusat perhatian.

"Psst, sepupu Seokjin kan? Gila yah kak Minhyuk dekatin semua perempuan yang ada di hidupnya Seokjin jadi iri," bincang seseorang pada kedua temannya.

"Enak jadi dia, karena dia tampan semua perempuan tidak pernah menolaknya tetapi ia menolak. Bahkan rumornya Sowon dan Minhyuk sedang renggang kaya mereka pacaran saja," timpal temannya.

"Bukankah memang pacaran? Perempuan seperti Sowon itu mudah bosan, kalau aku jadi perempuan pun lebih milih kak Minhyuk soalnya selalu ada di samping kan hahaha," ujar satunya lagi sembari meledek.

Bohong kalau Minhyuk dan Nayeon tidak mendengar celotehan itu. Minhyuk bahkan sempat mengepalkan tangannya, jika saja Nayeon tidak menahannya mungkin saja ia kalap dan menghajar mahasiswa yang membicarakannya.

"Kita pindah saja yah kak, bagaimana kalau ke perpustakaan?" tanya Nayeon berusaha mengalihkan emosi Minhyuk yang sedang menahan amarah itu.

"Katanya kau-"

"Sudahlah ikut saja!" Nayeon buru-buru mengajak Minhyuk pergi menghindari mahasiswa tadi yang sedang tertawa meledek keduanya.

"Maaf yah Nayeon gara-gara mereka kamu jadi tidak nyaman," sesal Minhyuk membuat Nayeon tersenyum manis.

"Santai saja, lagipula aku tidak punya teman selain kakak. Malahan aku senang kakak mau berteman denganku," jawab Nayeon sembari menepuk kedua bahu Minhyuk.

Spirit Romance, Sixth Sense I & IIWhere stories live. Discover now