7. Choi Renjun

5.5K 932 77
                                    

Hari ini Jeno sudah mempersiapkan dirinya untuk menjadi guru les di Panti Asuhan milik Renjun. Bahkan ia sudah meminta izin pada Mama dan Papanya. Untung saja diperbolehkan.

Dia saat ini tengah menunggu Renjun menjemputnya. Fyi, Jeno akhirnya mendapatkan nomor ponsel Renjun tanpa harus berusaha keras.

Jeno berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Cemas karena menunggu kedatangan Renjun.

"Jeno kenapa kok mondar-mandir?" Irene bertanya sambil berjalan menuju ke dapur.

"Lagi nungguin temen Ma."

"Temen apa temen?"

Jeno hanya nyengir.

"Lo mau kemana Jen?"

"Mau jadi guru les sementara di Panti hyung."

Mark tertawa keras. Dan berjalan menuju ke dapur untuk minum.

"Lo lagi kesambet apa gimana deh?"

"Beneran hyung, gue lagi nungguin Re-"

"Permisi." Renjun berdiri didepan teras rumah minimalis milik Jeno.

"Masuk Ren, maaf ya rumah ku kayak gini."

Renjun masuk dan langsung duduk.

"Kenapa? Rumah mu sangat nyaman kok." Renjun tersenyum sangat manis yang membuat Jeno nervous.

"M-mau minum apa?"

"Air putih aja deh, jangan yang dingin."

Setelahnya, Jeno pergi ke dapur. Bersamaan keluar nya Irene dari dapur.

"Astaga, gemesin banget kamu sayang." Irene berteriak dan berlari ke arah Renjun. Mencubit kedua pipinya karena gemas.

Renjun terkejut.

Jeno pun yang baru keluar dari dapur hampir saja menjatuhkan gelas berisi air putih milik Renjun.

"Mama!" Jeno berlari menuju Mama nya dan Renjun. Melepaskan dengan paksa tangan Mamanya yang sudah mencubit pipi berharga milik Renjun.

"Itu temen aku jangan di aniaya dong! Kalo nggak mau kesini lagi gimana?!"

"Abisnya Mama gemes Jen ya ampun cantik banget. Jadi anak Tante ya? Mau kan?"

Jeno membulatkan matanya.

"Mama apa-apaan sih?!"

"Sayang, kamu mau kan jadi anak Tante?" Irene tidak mengindahkan teriakan Jeno.

Renjun hanya tersenyum canggung.

Mark yang mendengar teriakan Irene langsung berlari menuju ruang tamu.

Netra nya membulat. Mengapa ada Choi Renjun di rumahnya?!

"Mama kenapa teriak-teriak sih?"

"Ini temennya Jeno gemesin banget, pengen Mama jadiin anak." Mark menganga.

Renjun yang tadinya melirik ke arah lain langsung terfokus pada suara lain yang memanggil Mama Jeno dengan sebutan Mama juga. Karena suaranya sangat familiar.

Matanya membulat karena melihat eksistensi seorang Mark Lee. Kekasih sahabatnya.

"Mark Lee?!" Renjun langsung berdiri.

Mark hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Hai Choi Renjun."

Renjun merasa jika seolah dunia sedang bermain-main dengan Haechan.

"Lo ngapain disini?"

"Ini rumah gue."

Wah Haechan mungkin bisa gila jika tau ini.

"Jadi, Jeno adek lo?"

"Iya."

Berita yang sangat mengejutkan. Haechan pasti syok mengetahui ini. Renjun tidak sadar sudah tertawa terbahak-bahak. Membuat ketiga orang yang tengah berdiri memandang nya dengan takjub. Bagaimana bisa ada orang se elegan Renjun saat tertawa?

"Ren... Kita jadi berangkat kan?" Renjun langsung menghentikan tawanya.

Berdehem lalu menjawab Jeno.

"Tentu saja."

"Tante, aku izin bawa pergi Jeno dulu ya." Renjun berpamitan pada Irene sembari menyalami tangan Irene.

"Bawa aja nggak papa Renjun, kalau perlu nggak usah dibalikin juga nggak apa-apa asal kamu mau jadi anak Tante."

"MAMA!" Jeno berteriak karena Mama nya sudah keterlaluan menggodanya.

"Jen, ayo."

"Mark, gue sama Jeno pergi dulu."

"Iya."

"Tante, Renjun permisi."

Setelahnya, Jeno dan Renjun meninggalkan kompleks perumahan Jeno.

Setelahnya, Jeno dan Renjun meninggalkan kompleks perumahan Jeno

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya ampun Mama masih kesemsem sama Renjun."

"Ma, Renjun itu bukan orang sembarangan loh."

"Maksudnya?"

"Renjun anak konglomerat."

Irene terkejut sampai-sampai menjatuhkan buah apel yang saat ini tengah dikupasnya.

"Serius kamu Mark?"

"Iya Ma."

"Sekelas sama Haechan?"

"Haechan nggak ada apa-apanya kalau disamakan dengan Renjun Ma." Mark meringis.

"Astaga kenapa anak-anak ku harus berurusan dengan orang yang terlalu kaya sih."

"Mama tidak tau ya? Scarf yang dipakai Renjun harganya lebih mahal daripada TV dirumah kita."

"YANG BENER KAMU? SEUNTAI KAIN TADI HARGANYA LEBIH MAHAL DARI TV MAMA?"

Mark mengangguk. Bukan apa-apa, dia juga baru saja mendapatkannya dari Haechan. Merk sejenis dengan milik Renjun. Tetapi punya Renjun limited edition. Yang hanya dipunyai oleh Renjun seorang.

"Terus Mama tau juga kan jam tangan yang tadi dipakai Renjun?"

"Tau."

"Harganya setara sama mobil Papa, Ma." Irene pusing. Ternyata Renjun bukan orang yang sembarangan. Dia menyesal karena berkelakuan bar-bar dihadapan orang kaya seperti Renjun. Pasti Irene sudah dicap sebagai orang norak oleh Renjun.

Tapi mau bagaimana lagi jika memang Renjun terlalu menggemaskan untuk dilewatkan. Pipinya yang chubby, bibirnya yang merah menggemaskan dan juga badannya yang mungil membuat Irene gemas setengah mati.

"Mama nggak apa-apa kan?"

"Nggak kok, emangnya kenapa Mark?"

"Mama pucat."

Iya pucat. Karena pusing memikirkan kekayaan seorang Choi Renjun.





To be continued,

Distance [JenoxRenjun] ✔Where stories live. Discover now