4. Pahlawan tengah hari.

11.9K 1.5K 20
                                    

"Assalamualikum, ibuk adek pulang"

Anjani mengucapkan salam setelah selesai menaruh sepatu di rak. Tidak ada suara yang menjawab salam nya. Anjani meletakkan tas di dekat sofa ruang TV dan berjalan menuju dapur yang hanya berbeda satu dinding saja.

"Ibuk, kok salam aku ngak di jawab"

Ibuk yang sedang mencuci peralatan masak itu menoleh ke arah Anjani.

"Yah ibuk ngak dengar ibu lagi di dapur , ya udah Waalaikumsalam"

Anjani hanya tersenyum setelah itu ia membuka kulkas mengambil botol air putih lalu meminum nya.

"Udah buk, biar Jani aja yang ngelanjuti cucian piring nya"

"Udah ngak apa-apa mending kamu mandi sholat sudah itu kita makan malam bersama, loh bapak mana?"

"Ban motor bapak bocor, jadi aku pulang duluan"

"Ya ampun, terus kamu tadi pulang nya sama siapa nak?"

"Sama senior kampus buk"

"Alhamdulillah, ibuk takut kamu kenapa-kenapa, ya sudah masuk ke kamar sana"

Anjani mengangguk dan mencium pipi ibuk dengan penuh sayang lalu berlari memasuki kamar setelah mengambil tas yang berada di atas sofa.

Setelah mandi dan juga sholat Magrib. Seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan, Anjani duduk terlebih dahulu memainkan hp sambil menunggu anggota keluarga yang lain.

Anjani merupakan anak kedua dari dua saudara, ia memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Guntur yang merupakan seorang guru tetap di salah satu SMP di Jakarta yang tahun depan akan segera menikah.

Bapak Anjani bekerja sebagai karyawan PNS di kantor pendidikan, sedangkan Ibuk hanya ibu rumah tangga biasa namun memiliki usaha Cathering kecil-kecilan yang lumayan menambah perekonomian.

Makan malam berjalan dengan penuh nikmat, Bapak tadi bertanya dengan apa Anjani pulang, Anjani menceritakan jika tadi ia pulang diantar salah satu senior yang ehem ehem, alhasil Anjani di cie cie kan oleh bang Guntur.

Anjani bersyukur dengan keadaan keluarga yang ia rasakan sekarang ini, hidup sederhana tanpa mengharapkan kelebihan dan yang paling penting ia masih memiliki keluarga yang lengkap.

Setelah selesai makan dan sedikit bercerita-cerita dengan bapak Anjani kembali kekamar. Anjani tiba-tiba tersenyum saat mengingat kembali kata-kata bapak tadi.

"Dek kamu jangan pacaran-pacaran dulu ya, sekarang ini kamu fokus kuliah dulu belajar yang rajin, bapak juga ngak mau kamu jadi galau-galau atau sakit hati karena laki-laki yang cuma bisa ngecewain kamu"

"Kalo kaya gitu aku ngga bakal dapat jodoh dong pak"

"Jodoh itu ngga bakal kemana"

"Trus kapan aku boleh pacarannya?"

"Nanti, jika mulut bapak berkata 'setuju' saat lelaki yang pas itu datang untuk kamu"

Perasaan Anjani menghangat itu lah kasih sayang tulus seorang ayah, ia tidak akan rela anaknya tersakiti sedikit pun apalagi untuk anak perempuan nya—peri kecilnya sampai kapan pun itu.

***

Ini adalah hari terakhir ospek, bukan Anjani saja yang senang tapi juga seluruh maba lainnya. Karena ini ospek terakhir acara yang di adakan adalah acara nonformal tidak seperti dua hari belakang yang lebih banyak diisi dengan materi dan seputaran kampus.

Kuliah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang