23. Burung merpati.

6.1K 868 42
                                    

Rinai hujan perlahan jatuh membasahi bumi, membuat aroma khas campuran air dan tanah menyeruak ke permukaan. Masih terlalu pagi untuk memulai suatu hal di temani hujan.

Jefri menepikan motor trail milik nya ke depan salah satu ruko yang seperti nya tidak terpakai lagi. Sedang kan seorang gadis yang duduk di boncengan belakang menadahkan kedua tangan nya menampung air hujan.

Beruntung mereka dengan cepat berteduh karena berselang beberapa detik mereka berteduh hujan semakin turun dengan lebat nya, untungnya hujan kali ini tidak disertai dengan gemuruh.

Jefri mengusap lengan baju nya yang terasa basah begitu pula dengan Anjani, tidak terlalu basah hanya sebatas lembab.

"Aduh maaf ya jadi kehujanan gini" ujar Jefri sambil mengusap pundak Anjani yang berlapisi kaos.

"Kok jadi minta maaf, lagian kan cuaca emang ngga bisa ditebak" Anjani sedikit menunduk menyembunyikan gurat bibir yang melengkung ke atas.

Jefri mengacak rambut Anjani penuh gemas. Baru kali ini Jefri merasa senang karena terjebak hujan, iya jelas senang karena terjebak hujan nya berdua dengan Anjani.

Ini hari Sabtu dan Jefri ingin mengajak Anjani kesuatu tempat—sekaligus kencan pertama setelah jadian.

Sudah hampir dua minggu berpacaran baru hari ini mereka bisa meluangkan waktu, karena di beberapa hari yang lalu kedua nya masih sibuk dengan ujian tengah semester masing-masing.

Hujan semakin lebat membuat percikan air dari atap ruko yang tak terpakai ini membasahi ujung sepatu mereka. Dan itu sontak membuat mereka semakin mepet ke dinding ruko dengan bahu mereka yang bersinggungan.

Lebih banyak orang yang berteduh di sebrang jalan sana karena tempat berteduh yang lebih luas, namun ada juga sebagian orang yang tetap menorobos hujan tanpa peduli tubuh yang sudah basah kuyup.

Anjani sangat suka dengan bau dari tanah yang terkena hujan—bau yang mempunyai sensasi sendiri saat tercium oleh hidung.

Anjani menoleh kesamping saat sebuah jaket hinggap di bahu nya.

"Biar kamu ngga kedinginan, hujan nya semakin lebat"

"Tapi nanti kakak yang kedinginan"

"Ngga apa, kan ada kamu"

"Lah apa hubungan nya ada aku dengan kedinginan?" Bingung Anjani.

"Peluk"

"Hah?"

"Kalo kakak kedinginan tinggal peluk kamu"

"Ih apaan sih" balas Anjani sewot—atau lebih tepat nya salah tingkah—sembari memukul pelan lengan Jefri.

Membuat lelaki tampan ini terkekeh memperlihatkan kedua Dimple indah nya. Dan sukses membuat degub jantung Anjani berdetak tidak karuan.

"Sayang"

"Hah?!" saut Anjani spontan.

Jefri kekeh geli, lalu menggandeng tangan Anjani.

"Giliran di panggil sayang baru nyaut, hujan nya udah berenti ayo lanjut lagi" ajak Jefri lalu menuntun Anjani ke tempat ia memarkirkan motor tadi.

Anjani hanya mengerucutkan bibir nya lucu sambil melihat punggung lebar Jefri dari boncengan belakang.

Hujan nya sudah berhenti, tidak terlalu lama mungkin dikarenakan ia turun dengan lebat sehingga stok untuk menumpahkan air dari langit sudah habis.

Anjani tidak tau akan kemana Jefri membawanya, karena sudah tiga kali ia bertanya akan kemana mereka pergi jawaban Jefri tetap sama "Rahasia".

Jantung Anjani kembali menghangat karena perlakuan kecil Jefri yang mengusap dengkul kiri nya lembut saat sedang berada di lampu merah. Sumpah rasa nya Anjani dibuat semakin melayang.

Kuliah [REVISI]Where stories live. Discover now