10. Puncak dan sebuah jaket.

9K 1.3K 32
                                    

"Jaga diri baik-baik ya nak, jangan bandel"

"Iya bapak ku sayang"

"Disana jangan terlalu bahagia pamali"

"Iya pak, bapak udah ngomong itu empar kali dari semalam"

Bapak menyengir membuat Anjani menggeleng-gelengkan kepala nya, selalu saja ketika dirinya akan bepergian jiwa posesif bapak akan keluar—melebihi pacar oh Anjani lupa ia tak pernah pacaran.

"Ya udah Anjani pamit dulu, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Anjani mencium tangan bapak lalu mengeluarkan kan tos andalan mereka berdua yang diakhiri dengan toyora di kepala Anjani mereka berdua tertawa bahagia, menarik atensi pasang mata yang berada di sekitar.

Anjani berjalan ke arah barisan yang sudah mulai ramai, Vania sudah sibuk menghubungi nya sedari tadi. Kiri dan kanan Anjani berusaha mencari keberadaan Vania.

"Dorrr"

"Eh ayam kambing"

Teriak Anjani reflek karena kaget, Vania tertawa keras melihat reaksi Anjani.

"Hahah gila kocak banget muka lo" ucap Vania masih dengan tawa hingga membuat perut nya sakit.

Anjani diam memasang wajah datar setengah kesal. Menunggu Vania selesai dengan acara tawa receh nya itu.

"Ehem, haha aduh maaf maaf habis wajah lo kocak sumpah, ayam kambing" ulang Vania mengangkat kedua tangan keatas meniru kembali postur Anjani saat kaget tadi.

"Temen setan lo ya" Toyor Anjani pada kening Vania.

Selesai dengan urusan kerecehan mereka, Anjani dan Vania memasuki barisan mendengar kan arahan dari para senior karena sebentar lagi mereka akan berangkat.

Anjani sesekali melirik kearah Jefri yang sedang memberi kan pidato singkat nya. Setelah ajakan Jefri semalam Anjani merasa canggung jika bertemu dengan Jefri untuk saat ini sebisa mungkin ia akan menghindar dari Jefri sampai rasa canggung ini hilang.

Total ada 6 bus pariwisata yang akan membawa mereka ke puncak Bogor, Anjani dan Vania berada di bus nomor 3. Saat di dalam bus mereka berdua sempat berdebat karena berebut ingin duduk di dekat jendala, tapi akhir nya tempat itu di menang kan oleh Vania karena Anjani kalah suit batu gunting kertas.

Saat bus akan berangkat, seseorang masuk kedalam bus membuat Anjani kelabakan untuk menutupi wajah nya. Ternyata Jefri berada satu bus dengan diri nya, tetapi Anjani telat karena Jefri sudah terlebih dahulu melihat wajah nya.

"Anjani perasaan gue aja atau enggak kok kak Jefri dari tadi kek ngelirik-lirik lo mulu deh dari kita baris tadi" bisik Vania ke kuping Anjani sambil mengunyah oreo nya.

"Hah? Enggak kok perasaan lo aja kali"

"Masa sih? Kek nya kak Jefri demen deh ama lo"

"Mulut lo sembarangan aja deh kalo ngomong, ngak mungkin lah dia suka sama model tekwan gini"

"Iya juga ya, secara dia kan cakep sedang kan lo?" Vania melihat Anjani dari atas sampai bawah.

"Apa hah? Apa?" Kesal Anjani.

"Betul kata lo kek model tekwan, haha"

"Sialan"

Anjani mencibir kan mulut nya kesal. Sebenar nya ia sadar jika sedari tadi Jefri selalu curi-curi pandang ke arah nya. Cuma Anjani berusaha menekankan perasaan nya, agar ia tidak besar kepala dan percaya diri.

Kerena jika suatu hal sudah menyangkut perasaan semua akan menjadi rumit.

Jika di ibarat kan sama dengan,
Cinta itu sederhana yang rumit itu perasaan.

Kuliah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang